Category

Welcome Guys

Pages

Send Quick Massage

Name

Email *

Message *

ads

Saturday, September 26, 2015

ANGKA PENDUDUK MISKIN MENINGKAT DI INDRAMAYU

by Unknown  |  in Makalah at  10:43 PM


BAB I
PENDAHULUAN


A.    LATAR BELAKANG
Kemiskinan memang sudah diibaratkan sebagai sebuah ‘mimpi buruk’ yang ditakuti oleh berbagai negara, baik dari pemerintah pusat sampai pemerintah daerah. Tidak terkecuali Indonesia sendiri, kemiskinan merupakan masalah pelik yang terus melanda dan tidak ada sebuah penyelesaian dalam menuntaskan masalah kemiskinan ini, sejak masa Orde Lama sampai pemerintahan sekarang ini, jumlah penduduk miskin terus bertambah. Meskipun pada saat melakukan kampanye partai politik dan penyusunan program kerja pemerintah selalu mencantumkan program pengentasan kemiskinan sebagai program utama dalam platform mereka, tapi belum juga dapat mengurangi angka kemiskinan.

Kemiskinan telah menjadi masalah serius yang dihadapai sepanjang sejarah Indonesia, karena kemiskinan telah membuat kemiskinan telah membuat jutaan anak-anak tidak bisa mengenyam pendidikan yang berkualitas, kesulitan membiayai kesehatan, kurangnya tabungan dan tidak adanya investasi, kurangnya akses ke pelayanan publik, kurangnya lapangan pekerjaan, kurangnya jaminan sosial dan perlindungan terhadap keluarga, menguatnya arus urbanisasi ke kota, dan yang lebih parah, kemiskinan menyebabkan jutaan rakyat memenuhi kebutuhan pangan, sandang dan papan secara terbatas.


Sedangkan persoalan kemiskinan di Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa Barat yang berupaya memberantas kemiskinan tersebut mengalami kesulitan karena terbelenggu faktor budaya yang membentuk pola kemiskinan kultural. Akibatnya, jumlah keluarga miskin terus bertambah, bahkan mencapai sepertiga dari total keluarga di kabupaten ini.

Melihat luas lahan pertanian Indramayu yang mencapai 120.000 hektar dan potensi hasil tangkap ikan di laut yang melimpah, seharusnya tidak ada rakyat miskin. Sayangnya, sempitnya rata-rata kepemilikan lahan, hanya 0,3 hektar, dan kebanyakan buruh tani, berakibat pada tingkat kesejahteraan yang mereka peroleh juga terbatas. Ironisnya, Indramayu merupakan lumbung padi nasional, tetapi hanya 30 persen produksi beras per tahun yang dikonsumsi masyarakat Indramayu. Sisanya dijual ke luar Indramayu. Selain itu, Kebiasaan menggelar hajatan besar-besaran dan budaya konsumtif masyarakat juga merupakan salah satu penyebab bertahannya angka kemiskinan keluarga itu.


B.     TUJUAN
1.      Untuk mengetahui tentang fase 1 (Diagnosis Sosial)
2.      Untuk mengetahui tentang fase 2 (Diagnosis Epidemiologi)
3.      Untuk mengetahui tentang fase 3 (Diagnosis lingkungan dan perilaku)
4.      Untuk mengetahui tentang fase 4 (Diagnosis Organisasi dan pendidikan)
5.      Untuk mengetahui tentang fase 5 (kebijakan dan administrasi)
6.      Untuk mengetahui planning of action (Evaluasi)

BAB II
ANALISIS MASALAH BERDASARKAN PROCEED


A.    FASE I (Dianosis Sosial)

Kualitas Hidup
Berdasarkan hasil registrasi penduduk pada akhir tahun 2009, jumlah penduduk Kabupaten Indramayu tercatat sebanyak 1.744.897 jiwa, dengan kepadatan penduduknya sebesar 849 jiwa/Km2. Kecamatan dengan kepadatan penduduk tertinggi yaitu Kecamatan Karangampel sebesar 1.916 jiwa/ Km2, sedangkan yang terendah yaitu Kecamatan Cantigi sebesar 242 jiwa/Km2.

Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) di Kabupaten Indramayu dari tahun 2005 – 2009 mengalami flutkuasi. LPP terbesar terjadi pada tahun 2007-2008, yakni sebesar 0,87, sedangkan LPP terkecil terjadi antara tahun 2006 -2007, yaitu 0,51. LPP 2008-2009 sebesar 0,7%. LPP yang menurun menunjukkan keberhasilan terhadap program pengendalian jumlah penduduk yang selain itu juga disebabkan oleh beberapa faktor lain yaitu banyaknya arus migrasi keluar daerah Kabupaten Indramayu seperti Tenaga Kerja Indonesia (TKI).

Jumlah Penduduk yang tergolong miskin di Indramayu masih realtif tinggi, namun telah mengalami penurunan sebesar 14,94% selama 4 tahun terakhir. Pada tahun 2005 angka kemiskinan sebesar 50,15% menjadi 35,21% pada tahun 2009. Penurunan prosentase penduduk miskin ini tergolong tinggi jika diperbandingkan dengan daerah lain di Jawa Barat.


Jumlah pengangguran pada tahun 2005 sebesar 8,21% dan pada tahun 2009 mencapai 10,25%. Hal ini berarti telah mengalami peningkatan sebesar 2,04%. Jumlah pengangguran merupakan proporsi jumlah penduduk yang mencari kerja secara aktif terhadap jumlah seluruh angkatan kerja. Saat ini pemerintah terus melakukan pembangunan di bidang ketenagakerjaan, sehingga pada akhirnya dapat memberikan pilihan pekerjaan dan jenis usaha yang layak dan beretika bagi masyarakat.





















B.     FASE II  (Diagnosis Epidemiologi)

Indramayu merupakan sebuah daerah yang sangat berpotensial untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakatnya, karena didukung dengan roda perekonomian yang kuat di sektor minyak dan gas bumi, luar areal persawahan yang mencapai 120.000 hektar yang sangat mencukupi kebutuhan di sektor pangan, dan perikanan yang menjadikan ribuan nelayan Indramayu memanfaatkan Laut Jawa yang ada disebelah Utara wilayah Indramayu menjadi lahan mata pencaharian sehari-hari.
• Komposisi penduduk berdasarkan Jenis Kelamin
Dari total populasi, penduduk yang berjenis kelamin laki-laki sedikit lebih banyak dibanding perempuan dengan sex ratio sebesar 103.81. Penduduk laki-laki sebanyak 888.579 jiwa sedangkan penduduk perempuannya berjumlah 856.318 jiwa
• Komposisi penduduk berdasarkan kelompok usia
Komposisi penduduk menurut kelompok usia digolongkan menjadi 2 (dua) yaitu usia produktif dan non produktif. Kelompok usia produktif adalah kelompok penduduk berusia antara 15-64 tahun, sedangkan non produktif dibedakan menjadi kelompok usia belum produktif dan tidak produktif. Termasuk kelompok usia belum produktif yaitu usia balita (0-5 tahun) dan usia sekolah (6-14 tahun), sedangkan kelompok usia tidak produktif adalah penduduk berusia diatas 64 tahun.

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Indramayu, 2009
Kelompok usia produktif merupakan jumlah terbesar dari total penduduk Kabupaten Indramayu namun berada dikisaran usia sekolah (6-19 tahun), sedangkan usia produktif lainnya berada di kelompok usia 35-55 tahun dan 55-64 tahun.
C.    FASE III (Diagnosis Lingkungan dan Perilaku)

1.         Perilaku dan Gaya Hidup
Ironisnya, Indramayu merupakan lumbung padi nasional, tetapi hanya 30 persen produksi beras per tahun yang dikonsumsi masyarakat Indramayu. Sisanya dijual ke luar Indramayu. Selain itu, Kebiasaan menggelar hajatan besar-besaran dan budaya konsumtif masyarakat juga merupakan salah satu penyebab bertahannya angka kemiskinan keluarga itu. Pola berpikir kreatif dan produktif belum banyak dimiliki warga Indramayu sehingga mereka cenderung bergantung pada alam, tanpa ada upaya lebih. Bagi mereka, tanpa modal, usaha produksi tidak bisa berjalan. Faktor lain yang menyebabkan besarnya angka kemiskinan ini adalah tingkat pendidikan sebagaian masyarakat Indramayu yang rendah. Selain itu, meski aliran dana remittance dari warga Indramayu yang bekerja di luar negeri per tahun mencapai Rp 300 miliar, atau lima kali pendapatan asli daerah Indramayu, tetap saja angka kemiskinan masih tinggi. Sebab, besarnya dana yang masuk malah digunakan untuk membiayai kebutuhan konsumtif, seperti memperbaiki rumah dan membeli perabot rumah tangga, bukannya dipakai untuk kegiatan produktif.
2.         Lingkungan
Melihat luas lahan pertanian Indramayu yang mencapai 120.000 hektar dan potensi hasil tangkap ikan di laut yang melimpah, seharusnya tidak ada rakyat miskin. Sayangnya, sempitnya rata-rata kepemilikan lahan, hanya 0,3 hektar, dan kebanyakan buruh tani, berakibat pada tingkat kesejahteraan yang mereka peroleh juga terbatas.



D.    FASE IV (Diagnosis Organisasi dan Pendidikan)

1.      Faktor Pedisposisi
Yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, persepsi, tradisi dan sebagainya.Perilaku sesorang tentang kesehatan ditentukan dan dibentuk oleh pengetahuan yang diterima.Kemudian timbul persepsi dari individu dan memunculkan sikap, keyakinan dan persepsi yang dapat memotivasi dan mewujudkan keinginan menjadi suatu perbuatan.
Factor pendorongnya yaitu :
·         Thougt and Feeling (pemikiran dan perasaan).
Bentuk dari pemikiran dan perasaan ini adalah pengetahuan, kepercayaan, sikap dan nilai-nilai.
Pola berpikir kreatif dan produktif belum banyak dimiliki warga Indramayu sehingga mereka cenderung bergantung pada alam, tanpa ada upaya lebih. Bagi mereka, tanpa modal, usaha produksi tidak bisa berjalan.

·         Personal Reference (orang penting sebagai referensi). Orang-orang yang dianggap penting sebagai referensi seperti : guru, alim ulama, kepala suku, kepala desa, dan sebagainya.
Dari warga Indramayu yang bekerja di luar negeri seperti Tenaga Kerja Indonesia (TKI).




·         Culture (kebudayaan) bentuknya seperti : perilaku norma, kebiasaan, nilai-nilai, dan penggunaan sumber-sumber didalam suatu masyarakat atau menghasilkan suatu pola hidup yang pada umumnya disebut kebudayaan.
Kebiasaan menggelar hajatan besar-besaran dan budaya konsumtif masyarakat juga merupakan salah satu penyebab bertahannya angka kemiskinan keluarga itu.

·         Resources (sumber-sumber) yang termasuk dalam sumber disini adalah fasilitas, uang, waktu, tenaga kerja, pelayanan, keterampilan dan sebagainya.
sempitnya rata-rata kepemilikan lahan, hanya 0,3 hektar, dan kebanyakan buruh tani, berakibat pada tingkat kesejahteraan yang mereka peroleh juga terbatas.


2.      Factor Penguat
Adalah faktor-faktor yang memperkuat terjadinya perilaku. 
Faktor lain yang menyebabkan besarnya angka kemiskinan ini adalah tingkat pendidikan sebagaian masyarakat Indramayu yang rendah. Selain itu, meski aliran dana remittance dari warga Indramayu yang bekerja di luar negeri per tahun mencapai Rp 300 miliar, atau lima kali pendapatan asli daerah Indramayu, tetap saja angka kemiskinan masih tinggi. Sebab, besarnya dana yang masuk malah digunakan untuk membiayai kebutuhan konsumtif, seperti memperbaiki rumah dan membeli perabot rumah tangga, bukannya dipakai untuk kegiatan produktif.

3.      Faktor Pemungkin
Yaitu faktor-faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan.
LPP yang menurun menunjukkan keberhasilan terhadap program pengendalian jumlah penduduk yang selain itu juga disebabkan oleh beberapa faktor lain yaitu banyaknya arus migrasi keluar daerah Kabupaten Indramayu seperti Tenaga Kerja Indonesia (TKI).





















E.     FASE V (Diagnosis Kebijakan dan Administrasi)

1.      Pendidikan Kesehatan
Meski aliran dana remittance dari warga Indramayu yang bekerja di luar negeri per tahun mencapai Rp 300 miliar, atau lima kali pendapatan asli daerah Indramayu, tetap saja angka kemiskinan masih tinggi. Sebab, besarnya dana yang masuk malah digunakan untuk membiayai kebutuhan konsumtif, seperti memperbaiki rumah dan membeli perabot rumah tangga, bukannya dipakai untuk kegiatan produktif. Maka dari itu, butuh sebuah pengarahan dan sosialisasi dari pihak pemerintah untuk mengarahkan masyarakat Indramayu ini agar sadar, mempunyai pola pikir yang maju, agar tidak terus terjebak dalam jurang kemiskinan.

2.      Organisasi dan Kebijakan
Untuk pemberantasan kemiskinan, Pemerintah Kabupaten Indramayu telah melakukan sejumlah program, baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung. Bantuan langsung yang berbentuk Program Keluarga Harapan bertujuan memberi bantuan pendidikan dan kesehatan kepada keluarga miskin bersyarat. Selain itu, ada juga Yayasan Gerakan Masyarakat Peduli Rakyat Keluarga Miskin yang kini memiliki dana berkisar Rp 14 miliar untuk membantu menyejahterakan keluarga miskin. Bentuk pemberantasan kemiskinan secara tidak langsung adalah dengan penyediaan dana pendidikan dan pengobatan gratis, serta membangun infrastruktur jalan desa. Setidaknya, butuh 40 persen dari APBD Indramayu atau 1,2 trilyun untuk memberantas kemiskinan di Indramayu.


Target lain dari pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan ini adalah membentuk Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan dibentuk di bawah koordinasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), seperti yang telah dijelaskan oleh Bupati Anna Sophanah dan Wakil Bupati Supendi. Tim ini dibentuk untuk membuat target penanggulangan kemiskinan bisa dilakukan secara terukur dengan realisasi pengurangan warga miskin secara bertahap dan pasti dalam lima tahun ke depan masa kepemimpinannya.





















BAB III
RENCANA EVALUASI PKM


A.    PLANNING OF ACTION
Penanganan paling penting adalah dibidang pendidikan, karena mayoritas masyarakat Indramayu adalah berpendidikan rendah, tidak sedikit dari mereka yang belum pernah mengenyam bangku sekolah, oleh karena itu meraka masih belum maksimal dalam pengelolaan manfaat sumber daya alam untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan sangat penting ditonjolkan karena kunci dari permasalahan suatu daerah atau pemerintahan itu terletak pada penanganan sumber daya manusianya, karena dengan membangun sumber daya manusia yang lebih berkualitas, maka persoalan pun akan sedikit demi sedikit dapat teratasi, masyarakat memiliki daya pikir yang lebih maju, pengelolaan manfaat sumber daya alam pun akan jadi maksimal, dan yang terakhir adalah angka kemiskinan pun akan semakin berkurang.
Pemerintah pun sedianya tidak menaikkan biaya pendidikan, karena kebanyakan masyarakat mengeluhan biaya pendidikan yang mahal. Seharusnya pemerintah memberikan fasilitas pendidikan yang murah dengan memberikan Biaya Operasional Sekolah (BOS) selama 9 tahun, sesuai dengan program pemerintah pusat yang mewajibkan belajar 9 tahun.




B.     PROMOSI KESEHATAN
Walaupun angka kemiskinan tiap tahun selalu berkurang, karena digerakkannya program-program pemerintah itu, akan tetapi belum mampu membawa Indramayu keluar dari masalah pelik ini. Tapi dengan adanya program-program diatas, maka telah ditemukan salah satu pemecah dari permasalahan dalam mengentaskan dan mengurangi angka kemiskinan ini.

Penyuluhan dan sosialisasi pemerintah kepada masyarakat agar mengurangi budaya komsutif dan mengadakan hajatan yang berlebihan, setidaknya semakin berkurang di tengah-tengah masyarakat, mereka mulai membudayakan prilaku produktif seperti membuka lapangan pekerjaan yang memberi peluang kepada yang belum memperoleh pekerjaan untuk bekerja disektor perusahaan rumah tangga tersebut. Kemudian kebijakan pemerintah dalam meningkatkan taraf pendidikan masyarakat sudah cukup bernilai positif, dengan banyaknya bantuan dari pemerintah untuk merenovasi sekolah-sekolah, menambah fasilitas-fasilitas penunjang pendidikan, disamping dengan adanya program Biaya Operasional Sekolah (BOS), menjadikan kualitas pendidikan di Indramayu semakin meningkat. 










BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A.    KESIMPULAN
Kesimpulan utama dari kajian ini adalah bahwa percepatan penanggulangan kemiskinan dapat dilakukan dengan mengubah paradigma pemberdayaan masyarakat dari yang bersifat top-down menjadi partisipatif, dengan bertumpu pada kekuatan dan sumber-sumber daya lokal. Penanggulangan kemiskinan yang tidak berbasis komunitas dan keluarga miskin itu sendiri akan sulit berhasil. Proses otonomi daerah yang sedang berlangsung di Indonesia saat ini, meskipun gamang pada awalnya, diyakini nanti akan berada pada jalur yang sesuai. Yang diperlukan adalah konsistensi dari pemerintah pusat untuk membimbing ke arah otonomi yang memberdayakan tersebut. Maka disarankan agar program-program penanggulangan kemiskinan ke depan mengarah pada penciptaan lingkungan lokal yang kondusif bagi keluarga miskin bersama komunitasnya dalam menolong diri sendiri.

B.     SARAN
 Saran yang ingin saya utarakan adalah agar pemerintah pusat dan daerah khususnya Indramayu, untuk lebih mengawasi dan lebih serius yang menanggulangi masalah yang pelik ini, yaitu kemiskinan. Karena kemiskinan dapat menimbulkan banyak masalah bagi masyarakat di daerah itu sendiri. Dampak negatif yang dapat kita lihat dari masalah kemiskinan itu sendiri diantaranya tingginya angka pengangguran, angka kematian, angka kejahatan, pendidikan yang rendah, tingkat kesehatan dan kebersiahan yang rendah karena kurangnya kebutuhan gizi. Maka perlu kebijakan pemerinah yang terarah untuk menanggulangi semua masalah.

0 comments:

Proudly Powered by Blogger.