Category

Welcome Guys

Pages

Send Quick Massage

Name

Email *

Message *

ads

Saturday, September 26, 2015

PROPOSAL PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN MASKER PADA PENGENDARA SEPEDA MOTOR DENGAN FREKUENSI MUNCULNYA GEJALA ISPA PADA SISWA SMK PELITA JATIBARANG

by Unknown  |  in PROPOSAL at  10:42 PM


BAB I
PENDAHULUAN

A.       LATAR BELAKANG
Sepeda motor merupakan salah satu alat transportasi yang  paling banyak kita jumpai di jalan raya. Tidak bisa kita pungkiri   bahwa alat transportasi sangat berperan penting dalam kehidupan  sehari-hari terutama sepeda motor, untuk bekerja, berangkat ke sekolah, dan berbagai kegiatan lainnya, penggunaannyapun dari   berbagai macam golongan, dari golongan ekonomi tinggi sampai rendah, dari yang muda sampai yang tua. Diduga hal ini disebabkan karena mereka lebih suka menggunakan kendaraan  pribadi  dari pada  jasa kendaraan umum. Terlebih lagi kendaraan  pribadi dinilai relative praktis, efisien dan ekonomis. Namun di luar itu semua   terdapat   sedikit banyak   member ikan   dampak   buruk   terhadap   kesehatan,   karena semakin banyak kendaraan berlalu-lalang dijalan semakin besar  kemungkinan terjadi polusi udara. Belum banyak orang yang menyadari akan bahaya polusi udara, sehingga masih sering kita dapati pengendara sepeda motor  dimana mereka masih   belum   menggunakan   pelindung   atau   yang   sering   disebut   dengan masker.
Masker adalah alat penutup muka yang melindungi bagian mulut dan hidung, saat ini banyak penjual masker yang kita jumpai dipinggir jalan, juga di sekitar  lampu merah. Meskipun  begitu belum banyak pengendara sepeda motor yang memproteksi diri terhadap efek negatif  dari polusi. Seperti yang kita ketahui  masker  ikut berperan serta dalam mencegah pengendara sepeda motor terhadap dampak polusi udara.
Penelitian pada jam-jam sibuk pukul 08:00 - 16:00, volume kendaraan   disekitar, jalan jatibarang menuju indramayu, mengalami peningkatan cukup signifikan.   “  Tingginya  volume   kendaran   berkorelasi  dengan   peningkatan polusi udara,” 
Namun pada beberapa  tempat yang diteliti ,  kandungan  CO dalam   udara   mencapai 10,5-14,42. meskipun lokasi yang menunjukan kelebihan CO hanya   24%   dari   seluruh   lokasi   yamg   diteliti,  menekankan, tidak ada alasan untuk mengabaikan temuan tersebut. CO merupakan gas yang dikeluarkan akibat  pembakaran bahan  bakar minyak (BBM) yang tidak sempurna. Pembakaran BBM yang sempurna, gas CO2. “gas  CO  mampu bertahan lebih lama dipermukaan atmosfer, sebab atmosfer bumi baru bisa menyerapnya setelah 1-5 tahun.”
Polusi CO dapat mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan. Karbon monoksida, kata dia, memiliki daya ikat yang lebih kuat  dari pada  Oksigen (O2). Apabila dihirup manusia, CO akan lebih mudah berikatan dengan darah   atau   Hemoglobin (Hb). “ jika CO berikatan  dengan Hb, darah akan mengeluarkan Oksigen. Akibatnya, orang akan menderita pusing, bahkan pada titik tertentu bisa keracunan, mengalami gangguan pada jantung, bahkan kematian”, pakarnya. Sebagai salah satu kota di Jawa Barat, Kota Indramayu tidak bisa lepas dari   permasalahan polusi udara yang secara langsung akan mempengaruhi tingkat  kesehatan warga Kota  indramayu. Banyaknya emisi dari kendaraan bermotor merupakan salah satu sumber dari pencemaran udara di Kota indramayu. Berdasarkan  data   Dinas   Kesehatan  Kota   indramayu,   jenis   penyakit Telah lebih dari dua dasa warsa ini penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut   (ISPA)   dan gangguan saluran pernafasan lain selalu   menduduki peringkat   pertama   dari   10 penyakit yang dilaporkan oleh pusat-pusat pelayanan kesehatan masyarakat   seperti   :   Puskesmas,   Klinik,   dan   Rumah Sakit.  Diketahui   bahwa  penyebab   tejadinya   ISPA  dan  penyakit   gangguan saluran pernafasan lain adalah: rendahnya kualitas udara di dalam rumah dan atau di luar rumah. Salah satu faktor penyebab terjadinya peningkatan jumlah pasien akibat pencemaran udara  di  Kota  indramayu adalah masih kurangnya informasi tentang dampak polusi udara terhadap kesehatan, masih minimnya kesadaran masyarakat untuk melakukan kegiatan pencegahan terhadap polusi udara misalnya dengan penggunaan masker di jalan raya untuk meminimalkan jumlah polutan yang masuk ke dalam tubuh serta masih minimnya kesadaran masyarakat untuk melakukan uji emisi kendaraan bermotor (Bappenas, 2007).
Berdasarkan  survey   awal   melalui   wawancara  yang   dilakukan  pada akhir bulan Mei oleh peneliti terhadap beberapa orang siswa (12 orang) terdapat 9 orang atau 75%  kadang-kadang menggunakan masker. Sedang sisanya sebanyak 3 orang atau 25% menggunakan masker. Kemudian dari 9 orang tersebut   didapatkan data sebanyak 6 orang atau   66,6% mengatakan dalam waktu 1 bulan sering mengalami gejala ISPA seperti batuk, bersin, dan sakit tenggorokan.   Sementara sisanya sebanyak 3 orang atau 33,3% tidak terlalu sering mengalami gejala ISPA. Kemudian dari 3 orang yang  menggunakan   masker  didapat   data   bahwa   mereka  jarang  mengalami gejala ISPA.
Terkait   dengan   uraian   diatas   penulis   tertarik   untuk   melakukan
penelitian  “Hubungan  antara  penggunaan   masker  pada  pengendara   sepeda motor dengan frekuensi kejadian ISPA pada siswa Smk Pelita Jatibarang”.

B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan  latar   belakang  diatas   maka   rumusan   permasalahan   ini adalah,   “Adakah   hubungan   antara   penggunaan   masker   pada   pengendara sepeda   motor   dengan   frekuensi   munculnya   gejala   ISPA   pada  siswa Smk Pelita Jatibarang”.

C.       Tujuan Penelitian
1.         Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini  adalah untuk mengetahui  hubungan antara penggunaan   masker   pada   pengendara   sepeda   motor   dengan   frekuensi munculnya gejala  ISPA pada Siswa SMK PELITA JATIBARANG
2.         Tujuan Khusus
a.         Mendriskipsikan penggunaan masker pada pengguna sepeda motor.
b.         Mendiskripsikan frekuensi  munculnya gejala  ISPA pada pengendara sepeda motor.
c.         Menganalisis  hubungan  antara penggunaan masker  pada  pengendara sepeda motor dengan frekuensi munculnya gejala  ISPA.


D.       Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian sbb:
1.         Bagi Mahasiswa Ilmu Kesehatan Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi Mahasiswa kesehatan Masyarakat dalam  mengembangkan wawasan   dan   pengetahuan khususnya  tentang  bahayanya  polusi  udara  dan  pentingnya penggunaan masker.

2.         Bagi Masyarakat
1.         Menambah pengetahuan masyarakat khususnya para pengendara sepeda motor tentang bahayanya polusi udara.
2.         Menambah   pengetahuan   masyarakat   khususnya   para   pengendara sepeda motor tentang pentingnya penggunaan masker.
E.       Keaslian penelitian
Penelitian mengenai hubungan   antara   penggunaan   masker   pada   pengendara sepeda   motor   dengan   frekuensi   munculnya   gejala   ISPA   pada  siswa Smk Pelita Jatibarang”.  belum pernah dilakukan di Indramayu.
 =============================================================
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.       ISPA
1.         Definisi
Ispa sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernafasan atas. Yang benar ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut. ISPA meliputi saluran pernafasan atas dan saluran pernafasan bawah.
Istilah ISPA diadaptasi dari istilah dalam bahasa inggris Acute Respiration Infection (ARI). Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernafasan, dan akut, dengan pengertian sebagai berikut :
a.         Infeksi adalah suatu keadaan dimana kuman penyakit berhasil menyerang tubuh manusia, kemudian berkembang baik dalam tubuh dan menyebabkan penyakit. (Depkes RI, 1985)
b.         Saluran Pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa saluran pernafasan. Dengan batasan ini, jaringan paru termasuk dalam saluran pernafasan. (Dinkes, 2002)
c.         Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari, batas 14 hari diambil untuk menujukan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari. (Dinkes, 2002)
ISPA adalah penyakit infeksi pada saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh  masuknya kuman microorgansme (bakteri dan virus) kedalam organ saluran pernafasan yang berlangsung selama 14 hari. (Dinkes, 2002)
2.         Etiologi
Etiologi ispa terdiri dari lebih 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri penyebab ISPA antara lain streptokokus, stapilokokus, pnemokokus, hemofilus, bordetella, dan Korinobakteriun. Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan mikosovirus, adenovirus, koronavirus, pikornavirus, mikoplasma, herpesvirus. (Dinkes, 2002)
3.         Tanda dan Gejala
ISPA merupakan proses inflamasi yang terjadi pada setiap bagian saluran pernafasan atas maupun bawah, yang meliputi infiltrat peradangan dan edema mukosa, kongestif vaskuler, bertambahnya sekresi muskus serta perubahan struktur dan fungsi silia.
Tanda dan gejala ISPA sangat bervariasi antara lain myalgia (badan pegal-pegel) , rhinorrhea (beringus), batuk, sakit kepala, sakit pada tenggorokan, demam, pusing, malaise (lemas), anokreisa (tidak nafsu makan), vomitus (muntah), keluar secret, gelisah, hipoksia (kurang oksigen). (nelson, 1999)


4.         Klasifikasi
ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) meliputi saluran pernafasan atas dan saluran pernafasan bawah. ISPA terbagi dalam 2 golongan yaitu yang bukan pnemonia dan pnemonia berikut penjelasannya:
a.         Bukan Pnemonia (Saluran Pernafasan Atas)
Saluran pernafasan atas berfungsi menghangatkan, melembabkan, dan menyaring udara. Bersama udara masuk berbagai phatogen, yang dapat tersangkut di hidung, faring, laring atau trakea dan dapat berproliferasi, bila daya tahan tubuh menurun. Penyakit saluran pernafasan atas meliputi sinusitis, rhinitis, pharingitis, tonsilitis, dan laringitis, memiliki pola-pola yang khusus dan khas.
1)        Sinusitis
Sinusitis didefinisikan sebagai  inflamasi/peradangan pada suatu atau lebih dari sinus pranasal. Sinus adalah merupakan suatu rongga/ruang berisi udaradengan dinding yang terdiri dari membran mukosa. Meskipun tipe sinusitis fungal dan bakterial yang akurat sangatlah penting bagi kebaikan pasien dan pencegahan komplikasi yang mungkin terjadi seperti sinusitis kronis atau menyebarnya infeksi ketempat lain (misal meningiti).
Infeksi saluran pernafasan atas biasanya diikuti sinusitis bacterial akut. Bakterial pathogen yang biasa menjadi penyebab penyakit ini meliputi Haemo philus Influenza, Streptococcus Pyogenes, dan Streptococcus Pnemonal. Adanya infeksi yang berulang pada sinusitis kronis makaakan terjadi sikatrik yang berakibat pada penebalan membran-membran dan aliran pembuangan secret menjadi terhambat. Selanjutnya pada keadaan ini Sangat kondusif bagi tumbuhnya bakteri dan berkembang dengan subur di lingkungan ini.
Keluhan utama dari pasien bervariasi, akan tetapi semuanya berkaitan dengan nyeri dan tekanan pada sinus yang disertai dengan sakit kepala.Pada sinusitis akut, pasien akan mengalami nyeri yang amat sangat dan sifatnya menetap. Tekanan dan nyeri yang dirasaakan semakin memberat dalam 3–4 jam setelah  bangun tidur, karena akumulasi eksudasi pada sinus. Gejalalannya Menunjukkan adanya demam,sakit tenggorok, postnasal drip, dan aliran sekret dari nasal.
2)        Rhinitis
Rhinitis didefinisikan sebagai penyakit inflamasi membrane mukosa dari cavum nasal dan nasopharyng. Sama halnya dengan sinusitis, rhinitis bias berupa penyakit akut dan kronis yang kebanyakan disebabkan oleh virus dan alergi. Keluhan utama yang dirasakan pasien meliputi hidung berair (rhinorrhea). Rhinitis paling sering akan menyertai infeksi virus akut pada saluran pernafasan atas, yang sering dikenal dengan influenza (common cold). Virus disebarkan melalui droplet (titik-titik) yang berasal dari bersin. Phato fisiologi rhinitis adalah terjadinya inflamasi dan pembengkakan mukosa hidung, sehingga menyebabkan edema dan mengeluarkan secret hidung. Rhinitis persisten (menetap) mengakibatkan sikatrik fibrosa pada jaringan pengikat dan atropi kelenjar yang mengeluarkan lender atau ingus. Manifestasi klinis penyakit rhinitis ini meliputi bersin, batuk, hidung berair, demam ringan, sakit tenggorokan, dan tidak enak badan.
3)        Pharingitis
Pharingitis adalah proses peradangan pada tenggorokan. Penyakit ini juga sering dilihat sebagai inflamasi virus, namun juga disebabkan oleh bakterial, seperti Hemolytic Streptococcy, Staphylococci, atau bakterilainnya. Manifestasi klinis yang ditimbulkan infeksi streptococcal meliputi sakit tenggorakan, nyeri dan dysphagia berat, demam, batuk kering, plak putih pada amandel, tenggorokan edema dan berwarna merah. Pada anak-anak gejala yang Nampak meliputi demam, susah makan,susah tidur dan mual.
4)        Amandel atau Tonsilitis
Tonsilitis merupakan inflamasi atau pembengkakan akut pada tonsil atau amandel. Organisme penyebabnya yang utama meliputi Streptococcus atau Staphylococcus. Infeksi terjadi pada hidung atau pharyng menyebar melalui system limpa ke tonsil. Hiperthropi yang disebabkan oleh infeksi, bias menyebabkan tonsil membengkak sehingga bias  menghambat keluar masuknya udara. Manifestasi klinis yang ditmbulkan meliputi pembengkakan tonsil; pharyng yang mengalami edema dan berwarna merah, sakit tenggorokan; sakit ketika menelan, demam tinggi dan eksudat berwarna putih keabuan pada tonsil. Selain itu juga muncul abses pada tonsil.
5)        Laryngitis
Laryngitis adalah proses peradangan dari membrane mukosa yang membentuk laryng. Peradangan ini mungkin akut atau kronis sedang penyebabnya bias berupa virus, bakteri, lingkungan maupun karena alergi. Gejala yang muncul diakibatkan oleh pembengkakan pita suara. Bakteri penyebabnya adalah Streptococcus Pneumoniae dan BetaHemolytic Streptococcus. Akibat yang timbul bias berupa suara serak atau kehilangan suara (aphonia), demam, tidak enak badan, sakit ketika menelan, batuk kering dan tenggorokan gatal.Bagi pasien yang mengidap laryngitis, gangguan seperti stridor dan dyspnea ini juga bias muncul.
b.         Pneumonia (Infeksi Saluran Pernafasan Bawah)
Pnemonia didefinisikan sebagai penyakit infeksi saluran pernafasan bawah, yang meliputi parenkim paru-paru, termasuk alveoli dan struktur pendukungnya. Pnemonia disebabkan oleh virus phatogen yang masuk kedalam tubuh melalui aspirasi, inhalasi atau penyebaran sirkulasi. Pnemoniainhalasi disebabkan melalui droplet batuk dan bersin. Agen penyebabnya biasanya adalah virus.
Pnemonia bacterial, organism gram-positif yang menyebabkan pneumonia bacteri adalah Streptococcus Pneumonia, S.aureus, dan Streptococcuc Pyogenes. Insiden penyakit pneumonia ini paling tinggi terjadi dimusim dingin, dan biasanya merupakan akibat lajutan dari infeksi saluran pernafasan atas.
Pnemonia Virus yang merupakan tipe pneumonia paling umum ini disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui transmisi droplet. Cytomegalo vius dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus.
Pnemonia Fungal, infeksi yang disebabkan jamur seperti Histoplasmosis, menyebar melalui penghirupan udara yang mengandung spora. Infeksi histoplama terkadang hilang dengan sendirinya sehingga tidak memerlukan perawatan.
Biasanya penderita pneumonia mengalami serangan berupa demam, gemetar,dingin yang menusuk, batuk-batuk, sputum yang purulen dan nyeri dada pleuristik. Manifestasi pneumonia yang paling utama adalah hipoksemia. Kemudian komplikasinya meliputi asidosis metabolisme. Penyakit multilobar, dehidrasi, dan gagal nafas. Organisme utama penyebabnya adalah Streptococcus Pneumoni, Haemophilus Influenza, dan Klepsiella Pneumonia. Organisme ini menyebabkan jumlah sel darah putih meningkat dan dengan sinar x dada maka akan Nampak adanya infiltrat. Pnemonia biasanya menimbulkan serangan yang bertahap dan tidak jelas serta kurang dramatis dalam penampakan klinisnya. Pasien yang mengidap penyakit ini akan mengalami sakit kepala, radang tenggorakan, otot kaku, dan resah selain itu juga disertai dengan batuk-batuk dan suhunya tidak panas serta sel lekositn ya tidak akan bertambah. (Reeves, 2001)
5.         Faktor-faktor yang Mungkin Mempengaruhi
a.         Cuaca dan musim
Di negara dengan empat musim, kejadian ISPA cenderung meningkat pada musim dingin, di Negara tropis yang umumnya mempunyai 2 musim ISPA 2 atau 3 kali lebih sering terjadi pada musim hujan.
b.         Kepadatan Penduduk
David Morley (1973) menekankan, yang paling bertanggung jawab terhadap terjadinya ISPA adalah kepadatan penghuni didalam atau diluar rumah; dikatakannya meningkatnya kejadian ISPA pada musim - musim tertentu bukan  diakibatkan perubahan cuaca atau musim. Di Inggris kejadian infeksi ISPA pada anak Lebih sering pada anak yang mempunyai saudara dibandingkan dengan yang tidak; disebut juga puncak kejadian ISPA berhubungan dengan masa masuknya anak sekolah kembali setelah masa libur.
c.         Umur dan Jenis Kelamin
Anak berusia dibawah 2 tahun mempunyai resiko mempunyai resiko mendapatkan ISPA Lebih besar dari pada anak yang lebih tua. Keadaan ini mungkin karena pada anak di bawah usia 2 Tahun imunitasnya belum sempurna dan lumen saluran nafasanya relative sempit. Kejadian ISPA atas tidak ada bedanya antara anak laki-laki dengan perempuan, sedangISPA bawah pada umur kurang dari 6 tahun lebih sering pada anak- anak laki-laki. (Sinuhaji, 2000)
d.        Lingkungan
Lingkungan dapat berperan terhadap kejadian ISPA, yaitu dari udara yang tercemar atau terpolusi. Menurut Chambers (1976) dan Masters (1991), Yang dimaksud dengan pencemaran udara adalah bertambahnya bahan atau substrat fisik atau kimIake dalam lingkungan udara normal yang mencapai sejumlah tertentu, sehingga dapat dideteksi oleh manusia (atau yang dapat dihitung dan diukur) serta dapat memberikan efek pada manusia, binatang, vegetasi, dan material. Selain itu pencemaran udara dapat pula dikatakan sebagai perubahan atmosfer oleh karna masuknya bahan kontaminan alami atau buatan ke dalam atmosfer tersebut (Parker, 1980)
6.         Pencegahan ISPA
a.         Perilaku hidup bersih dan sehat.
b.         Peningkatan kualitas gizi.
c.         Mengikuti penyuluhan kesehatan.
d.        Menggalakan immunisasi.
e.         Jagalah kebersihan tubuh, makanan, dan lingkungan.
f.          Memproteksi diri terhadap paparan polusi atau pencemaran udara, khususnya pada pengendara sepeda motor, missal dengan menggunakan pelindung (masker). (Sinuhaji, 2000)

B.       Pengendara Sepeda Motor
1.         Definisi
Menurut kamus bahasa Indonesia (2002) :
a.         Pengendara adalah orang yang mengendarai.
b.         Sepeda adalah kereta angin
c.         Motor adalah alat untuk mengadakan kekuatan penggerakan (dengan mesin).
d.        Sepeda motor adalah sepeda yang dijalankan dengan mesin. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengendara sepeda motor adalah orang yang mengendarai sepeda yang di jalankan dengan mesin.

C.       Masker
1.         Definisi
Menurut kamus bahasa Indonesia (2005) masker adalah alat penutup muka.
2.         Manfaat Untuk menghindari pengaruh langsung dari udara yang tidak bersahabat (Polusi). (Sugiarto, 2004)


D.       Pencemaran Udara
1.         Definisi
Menurut Kumar (1987), pencemaran udara adalah adanya bahan polutan di atmosfer yang Dalam konsentrasi tertentuakan mengganggu keseimbangan dinamik di atmosfer dan mempunyai efek pada manusia dan lingkungannya.
2.         Klasifikasi
Polusi Udara Bahan pencemaran udara atau polutan dapat dibagi menjadi dua bagian:
a.         Polutan Primer
Polutan primer adalah polutan yang dikeluarkan langsung dari sumber tertentu, dan dapat berupa:
1)        Polutan Gas terdiri dari:
a)         Senyawa karbon, yaitu hidrokarbon, hidrokarbon teroksigenasi, dan karbon oksida (CO atau CO2).
b)        Senyawa sulfur, yaitu sulfur oksida.
c)         Senyawa nitrogen, yaitu nitrogen oksida dan amoniak.
d)        Senyawa halogen, yaitu flour, klorin, hydrogen klorida, hidrokarbon terklorinasi, dan bromin. Penyebab terjadinya pencemaran lingkungan di atmosfer biasanya berasal dari sumber kendaraan bermotor dan atau industri. Bahan pencemaran yang dikeluarkan antara lain adalah gas NO2, SO2, SO3, ozon, CO, HC, dan partikel debu. Gas NO2, SO2, HC, dan CO dapat dihasilkan oleh proses pembakaran dari mesin yang menggunakan bahan bakar yang berasal dari bahan fosil.
2)        Partikel
Partikel yang di atmosfer mempunyai karakteristik yang spesifik, dapat berupa zat padat maupun Suspense aerosol cair di atmosfer. Bahan partikel tersebut dapat berasal dari proses kondensasi, proses dipersi (misalnya proses menyemprot/spraying) maupun proses erosi bahan tertentu. Asap (smoke) seringkali dipakai untuk menunjukkan campuran bahan partikulat (partikulatematter), uap (fumes), gas, dan kabut (mist).
b.         Polutan Sekunder
Polutan sekunder biasanya terjadi karena reaksi dari dua atau lebih bahan kimia diudara, misalnya reaksi foto kimia. Sebagai contoh adalah disosiasi NO2 yang menghasilkan NO dan O radikal. Proses kecepatan dan arah reaksinya dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain:
1)        Konsetrasi relative dari bahan reaktand
2)        Derajat foto aktivasi
3)        Kondisi iklim
4)        Topografi local dan adanya embun Polutan sekunder ini mempunyai sifat fisik kimia yang tidak stabil. Termasuk dalam polutan sekunder ini adalah ozon, Peroxy Acyl Nitrat (PAN), dan formaldehid.
3.         Efek Bahan Pencemaran Udara Terhadap Lingkungan
Adapun efek dari bahan pencemaran uadara. Efek bahan pencemaran udara terhadap lingkungan antara lain:
a.         Efek terhadap kondisi fisik Atmosfer Efek negative bahan pencemaran udara terhadap kondisi fisik atmosfer antara lain adalah:
1)        Gangguan jarak pandang (visibility)
2)        Memberikan warna tertentu pada atmosfer
3)        Mempengaruhi struktur dari awan
4)        Mempengaruhi keasaman air hujan
5)        Mempercepat pemanasan atmosfer
b.         Efek terhadap Faktor Ekonomi Efek negative pencemaran udara terhadap factor yang berhubungan dengan ekonomi antara lain:
1)        Meningkatkan biaya rehabilitas karena rusaknya bahan (keropos)
2)        Meningkatnya biaya pemeliharaan (pelapisan, pengecatan)
3)        Kerugian akibat kontaminasi bahan pencemaran udara pada makanan /minuman oleh bahan beracun (kontaminasi oleh Dioksin)
4)        Meningkatnya biaya perawatan/pengobatan penyakit yang disebabkan oleh pencemaran udara.
c.         Efek terhadap Vegetasi Efek negative bahan pencemaran udara terhadap kehidupan vegetasi antara lain ialah:
1)        Perubahan morfologi, pigmen, dan kerusakan fisiologi sel tumbuhan terutama pada daun
2)        Mempengaruhi pertumbuhan vegetasi
3)        Mempengaruhi proses reproduksi tanaman
4)        Mempengaruhi komposisi komunitas tanaman
5)        Terjadi akumulasi bahan pencemar pada vegetasi tertentu (missal limut kerak (lichen) dan mempengaruhi kehidupan serta morfologi vegetasi tersebut)
d.        Efek terhadap Kehidupan Binatang Efek terhadap kehidupan binatang, baik binatang peliharaan maupun bukan (binatang liar), dapat terjadi karena adanya proses bioakumulasi dan keracunan bahan berbahaya. Sebagai contoh adalah terjadi migrasi burung karena udara ambien terpapar oleh gas SO2.
e.         Efek Estetik
Efek estetik yang diakibatkan adanya bahan pencemaran udara antara lain timbulnya bau dan adanya lapisan debu pada bahan yang mengakibatkan perubahan warna permukaan bahan dan mudahnya terjadi kerusakan bahan tersebut.
f.          Efek terhadap Kesehatan Manusia pada Umumnya Baik gas maupun partikel yang berada
Diatmosfer dapat menyebabkan kelainan pada tubuh manusia. Secara umum efek pencemaran udara terhadap individu atau masyarakat dapat berupa:
1)        Sakit, baik yang akut maupun yang kronis
2)        Penyakit yang tersembunyi yang dapat memperpendek umur, menghambat pertumbuhan, dan perkembangan
3)        Mengganggu fungsi fisiologis dari:
a)         Paru
b)        Saraf
c)         Transpor oksigen oleh hemoglobin
d)        Kemampuan sensorik
4)        Kemunduran penampilan, missal pada:
a)         Aktifitas atlet
b)        Aktifitas motorik
c)         Aktifitas belajar
5)        Iritasi sensorik
6)        Penimbunan bahan berbahaya dalam tubuh
7)        Rasa tidak nyaman (bau)
g.         Efek terhadap Saluran Pernafasan Secara umum efek pencemaran udara terhadap saluran pernafasan dapat menyebabkan terjadinya:
1)        Iritasi pada saluran pernafasan yang dapat menyebabkan pergerakan silia menjadi lambat bahkan dapat terhenti, sehingga tidak dapat membersihkan saluran pernafasan.
2)        Peningkatan produksi lendir, akibat iritasi oleh bahan pencemar
3)        Produksi lender dapat menyebabkan penyempitan saluran pernafasan
4)        Rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran pernafasan
5)        Pembengkakan saluran pernafasan dan merangsang pertumbuhan sel, sehingga saluran pernafasan mnjadi menyempit
6)        Lepasnya silia dan lapisan sel selaput lender
7)        Akibat dari semua hal tersebut diatas, akan menyebabkan terjadinya kesulitan bernafas, sehingga benda asing termasuk bakteri/mikroorganisme lain tidak dapat dikeluarkan dari saluran pernafasan dan hal ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran pernafasan. (Mukono, 2000)


 =========================================================


0 comments:

Proudly Powered by Blogger.