Category

Welcome Guys

Pages

Send Quick Massage

Name

Email *

Message *

ads

Saturday, October 31, 2015

MAKALAH VAKSIN DAN ANTISERUM

by Unknown  |  in Makalah at  10:45 PM


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Vaksinasi telah menjadi tulang punggung kesehatan masyarakat sejak dulu. Apabila penyakit berjangkit, vaksinasi muncul dalam benak kita. Ia adalah suntikan kesehatan yang dianggap dokter (bahkan lembaga kesehatan negara) sangat penting sebagai pelindung dari serangan penyakit.
Untuk orang-orang yang memiliki riwayat auto-imun seperti rematoid arthritis, diabetes, asma dan multiple sclerosis, vaksin yang disuntikan akan menyebabkan sistem imun tubuh mereka menyerang lebih banyak dari yang seharusnya. Terutama untuk vaksin campak, tetanus dan flu. Efek sampingan suatu vaksin dapat terjadi segera setelah anak menerima suntikan, tapi juga baru terlihat setelah beberapa jam, beberapa hari atau bahkan beberapa bulan.
Gangguan autisme melibatkan otak, sistem imun dan saluran pencernaan. Berarti selain gangguan psikiatrik, hiperaktif, disleksia, masalah bicara dan bahasa, ketidak normalan sensorik, kesulitan kognisi dan perilaku yang tidak biasa, penderita autis juga memiliki masalah sistem imun yang berakibat alergi, asma dan infeksi, dan dalam saluran usus mereka ditemukan kelebihan virus, jamur dan organisme penyebab penyakit lainnya - yang menyebabkan masalah diare dan masalah penyerapan bahan gizi.
Dengan efek samping yang terjadi, muncul pro - kontra penggunaan vaksin, bagaimanapun kita memerlukan vaksin untuk melindungi diri dari beberapa penyakit. Beberapa solusinya antara lain: - Berikan ASI kepada bayi paing sedikit 6 bulan, supaya bayi menerima imunitas pasif dari ibunya. - Gunakan vaksin yang bebas timerosal (mercury), tunda vaksin hepatitis B hingga usia anak sekolah, kecuali bila anak berada dalam resiko tinggi. Berikan suntikan kedua sebulan sesudah yang pertama dan suntikan ketiga paling sedikit 4 bulan setelah suntukan pertama. - Selama hamil, hindari vaksin yang mengandung mercury dan perawatan gigi yang menggunakan mercury /amalgam
1.2  Tujuan
a.       Untuk mengetahui  vaksin dan antiserum dalam ilmu dan obat kebidanan.
b.      Memenuhi salah satu tugas mata kuliah farmakologi




























BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Definisi
Vaksin secara arti berasal dari bahasa latin ’vacca = melemahkan’. Definisi lengkapnya kurang lebih adalah suatu kuman (bakteri/virus) yang sudah dilemahkan yang kemudian dimasukkan ke dalam tubuh seseorang untuk membentuk kekebalan tubuh (imunitas) secara aktif. Cara memasukkannya bisa dengan disuntik ataupun dengan oral (diteteskan – red). Fungsi utama dari vaksin adalah untuk pencegahan terhadap suatu penyakit yang diakibatkan oleh kuman.
Serum secara definisi adalah suatu cairan tubuh yang mengandung sistem kekebalan terhadap suatu kuman yang apabila dimasukkan ke dalam tubuh seseorang, maka orang tersebut akan mempunyai kekebalan terhadap kuman yang sama (imunitas pasif – red). Fungsi utama serum adalah mengobati suatu penyakit yang diakibatkan oleh kuman.
Mana yang dapat kita pilih untuk pembentukan kekebalan tubuh? Tergantung kondisi dan keadaan. Jika kita menginginkan pencegahan terhadap suatu penyakit, maka kita boleh memilih vaksin. Namun apabila kita telah terkena oleh suatu penyakit, maka kita pilih serum.
Akan tetapi apabila kita hanya menggunakan serum, maka sifatnya hanya mengobati dan tidak meninggalkan imunitas terhadap penyakit yang diobatinya. Jadi, kemungkinan besar kita akan bisa terkena penyakit yang sama berulang kali. Oleh karena itu, selain pemberian serum apabila tubuh kita sudah sembuh dari penyakit segeralah lakukan vaksinasi.
Bagaimana vaksin dibuat? Vaksin dibuat dengan cara melumpuhkan atau mematikan kuman. Dengan konsentrasi tertentu, vaksin disuntikkan ke dalam tubuh seseorang sehingga sistem kekebalan tubuhnya memberikan respon terhadap vaksin tersebut. Pada saat ini vaksin banyak yang dibuat hanya dengan mengambil bagian gen kuman, sehingga relatif lebih aman (contoh : HbsAg, Hepatitis B surface antigen – red).
Bagaimana serum dibuat? Serum dibuat dengan cara memasukkan vaksin ke dalam tubuh suatu hewan (sapi, kuda, kambing, dll) sehingga kekebalan tubuhnya memberikan respon terhadap vaksin tersebut. Setelah diuji dan hasilnya menunjukkan bahwa hewan tersebut telah kebal terhadap vaksin yang dimasukkan, maka dilakukan pengambilan darah melalui vena leher (vena jugularis). Setelah diambil, darah kemudian dipisahkan antara plasma dengan sel-sel dan protein darahnya. Plasma darah kemudian dimurnikan menjadi serum. Serum inilah yang akan memberikan kekebalan kepada seseorang yang melakukan imunisasi dengan serum.
Jadi mulai sekarang pastikan keluarga anda telah diimunisasi, karena selama bertahun-tahun imunisasi telah memberikan sumbangan yang nyata terhadap kesehatan manusia di seluruh dunia. Jangan terjebak oleh isu-isu yang tidak benar. Pastikan selalu konsultasi dengan pihak pelayan kesehatan.
Secara unum, vaksin dibedakan menjadi vaksin bakteri dan vaksin virus. Contoh vaksin bakteri adalah vaksin TT, vaksin DT, vaksin DTP, vaksin BCG Kering, vaksin Td, vaksin DTP-HB, dan sebagainya. Contoh vaksin virus adalah vaksin Polio, vaksin Campak, vaksin Hepatitis B, dan sebagainya.

2.2  Vaksin, Antiserum & Imunologikal
Vaksin, antiserum, dan imunologikal diperlukan manusia untuk membantu mencegah atau mengatasi penyakit-penyakit tertentu. Vaksin diberikan untuk mencegah terkena penyakit tertentu seperti polio, hepatitis, cacar, dll; sedangkan antiserum dan imunologikal diberikan pada penderita yang sudah terinfeksi penyakit seperti tetanus, hepatitis B, dll.
1.      Vaksin adalah sebuah senyawa antigen yang berfungsi untuk meningkatkan imunitas tubuh terhadap virus dengan menghasilkan antibodi. Vaksin terbuat dari virus yang telah dimatikan atau "dilemahkan" dengan menggunakan bahan-bahan tambahan lainnya seperti formalaldehid, thymerosal dan lainnya. Sedangkan vaksinasi adalah suatu usaha memberikan vaksin tertentu ke dalam tubuh untuk menghasilkan sistem kekebalan tubuh terhadap penyakit/virus tersebut.
Vaksin terdiri dari beragam jenis. Jenis-jenis vaksinasi yang ada antara lain vaksin terhadap penyakit hepatitis, polio, Rubella, BCG, DPT, Measles-Mumps-Rubella (MMR) cacar air dan jenis penyakit lainnya seperti influenza.
Di Indonesia, vaksinasi yang umum dilakukan pada bayi dan balita adalah Hepatitis B, BCG, Polio dan DPT. Selebihnya seperti vaksinasi MMR adalah bersifat tidak wajib. Ada pun vaksinasi terhadap penyakit cacar air (smallpox) termasuk vaksinasi yang sudah tidak dilakukan lagi di Indonesia.
Vaksin secara umum cukup aman. Keuntungan perlindungan yang diberikan vaksin jauh lebih besar daripada efek samping yang mungkin timbul. Dengan adanya vaksin maka banyak penyakit masa kanak-kanak yang serius, yang sekarang ini sudah jarang ditemukan.
2.      Antiserum atau antitoksin merupakan zat anti terhadap toksin. Zat toksin ini berasal dari sejenis racun yang dikeluarkan oleh kuman atau virulen. Racun ini dikeluarkan dari hewan (zootoksin) dan tumbuhan (fitotoksin).
Zat antitoksin ini digunakan sebagai penangkal dari berbagai macam penyakit pada manusia. Zat ini menggunakan serum binatang, tumbuhan, atau manusia yang telah dibuat kebal terhadap suatu penyakit akibat racun tersebut.
Antitoksin yang biasa digunakan untuk menetralkan racun di dalam tubuh adalah antitetanus serum (ATS), antidifteri serum (ADS), dan serum antibisa ular (SABU), dan jenis antitoksin lainnya.
Antitoksin diphteheria dihasilkan dari larutan steril globulin-globulin antibodi yang dimurnikan dan dipekatkan. Zat ini berasal dari serum atau plasma darah seekor binatang sehat seperti kuda yang diimunisasi terhadap toksin difteri. Antitoksin ini digunakan sebagai agen imunisasi pasif, yang diberikan secara intramuskuler dan intravena.
Sedangkan untuk tetanus antitoksin, merupakan larutan steril globulin-globulin antibodi yang dimurnikan dan dikonsentrasikan. Zat ini diperoleh serum atau plasma daerah dari binatang sehat yang diimunisasi terhadap toksin atau toksoid tetanus. Penggunaannya dilakukan secara intramuskuler dan subkutan atau intravena.

2.3  Macam – Macam Vaksin
Ketersediaan. Antitoksin Anstrak, rabies dan vaksin demam kuning, antitoksin botulism dan antiracun laba – laba dan ular tersedia di pusat keracunan setempat dan PT. Biofarma.
A.    VAKSIN BCG
BCG (Bacilius  calmette- Guerin) adalah starin hidup Mycobactrium bovis yang dilemahkan yang merangsang hipersentivitas terhadap M.tuberkulosis. vaksin BCG harus diberikan secara intradermal oleh orang yang menguasai teknik ini (lihat bawah)
Dalam 2-6 minggu timbul pembengkakan kecil ditempat injeksi yang papula atau ulkus benigna berdiameter sekitar 10 mm dan akan sembuh dalam 6-12 minggu.  Perban kering dapat digunakan bila ulkus pecah, tetapi udara harus bisa lewat.
BCG dianjurkan untuk kelompok berikut ini bila belum pernah mendapat imunisasi BCG sebelumnya, yang dibuktikan dengan parut yang spesifik, dan bila reaksi hipersentivitas tuberkuloproteinnya negatif :
-          Yang berkontrak dengan mereka yang menderita tuberculosis paru aktif.
-          Imigran (termasuk bayi dan anak) dari Negara yang prevalensi tuberkulosisnya tinggi;
-          Staf pelayanan kesehatan (termasuk mahasiswa kedokteran, staf kesehatan di rumah sakit, dan semua yang mengadakan kontrak  dengan pasien, termasuk fisioterapist dan radiographer, staff teknis di departemen patologi, dan orang lain yang diperkirakan berisiko khusus karena kemungkinan kontak dengan pasien atau sputum mereka; sangat penting untuk menguji staf laboratorium yang kontak dengan pasien yang immunocompromised, misalnya staf unit transplantasi, onkologi, dan HIV, dan staf di bagian kebidanan dan bagian pediatri;
-          Anak antara umur 10 – 14 tahun (lihat tabel 14.1);
-          Dokter hewan dan staf lain yang menangani spesies binatang yang diketahui mudah terserang tuberculosis;
-          Staf yang bekerja di penjara, rumah jompo, dan hostel untuk pengungsi dan tuna wisma;
-          Mereka yang tinggal lebih dari 1 bulan di Negara yang kejadian tuberkulosisnya tinggi (lihat14.6);
-          Bayi baru lahir, anak kecil atau dewasa yang minta imunisasi.
Selain bayi sampai usia 3 bulan, semua orang yang akan diberi imunisasi BCG harus menjalani skin test (tes kulit) dulu untuk melihat hipersentivitasnya terhadap tuberkuloprotein (lihat test diagnostic, dibawah).
Vaksin BCG dapat diberikan bersama dengan vaksin hidup lainnya (juga lihat 14.1), tetapi bila tidak diberikan secara bersamaan, harus ada interval sedikitnya 3 minggu di antara pemberian kedua vaksin. Bila BCG diberikan pada bayi, tidak ada kebutuhan untuk menunda imunisasi primer, termasuk untuk poliomielistis.
a.      Injeksi intrademal
Vaksin bacillus Calmette – Guerin
Sediaan beku-kering (freeze- dried) dari bakteri hidup suatu strain turunan basil calmette dan Guerin
Dosis: 0,1 ml (BAYI di bawah usia 3 bulan 0,05 ml) dengan cara  injeksi intradermal.
Vaksin BCG kering (bio farma)
BCG Vaccine SSI (Statent Serum Institut – Denmark) serbuk Inj. 0,75 mg/ml (K)

b.      Teknik Injeksi Intradermal
Setelah diusapkan dengan alcohol dan dibiarkan mongering, kulit ditarik diantara jempol dan telunjuk, dan jarum (ukuran 25G dan 26G) ditusukkan (bevel di atas) sekitar 2 mm ke lapisan kulit superficial (hamper parallel dengan permukaan). Jarum harus pendek dengan bevel pendek (biasanya dapat dilihat melalui epidermis sewaktu penyuntikan). Bula putih yang timbul di kulit dan memperlihatkan ujung folikel rambut menandakan injeksi telah dilakukan demham nemar; bula 7 mm= injeksi 0,1 ml; bila tidak dirasakan tahanan kembali sebelum menambahkan vaksin lagi.
Injeksi dilakukan ditempat insersi m.deltoidesus di humerus (tempat yang lebih tinggi di lengan cenderung menimbulkan pembentukan keloid); ujung bahu harus dihindari; untuk alasan kosmetis, permukaan paha atas-lateral dapat juga dipilih dan ini merupakan alternative yang dapat diterima.



c.       Injeksi perkuatan
Teknik tusukan ganda perkutan (percutaneous multiple pucture ) hanya dapat di terima sebagai alternative untuk bayi usia muda yang mungkin sulit diberi injeksi intradermal (dibutuhkan 18-20 titik ulang)
ZAT DIAGNOSTIK. Pada uji Mantoux, dosis diagnostic adalah injeksi intradermal Tuberculin Purified Protein Derivative (PPD)
Rutin : 10 unit PPD 1 ml 100 unit/ml (1 dalam 1.000)
Khusus (hipersensitifitas atau diduga TB): 1 unit PPD 0,1 10 unit/ml (1 dalam 100)
Khusus (sensitivitas rendah) : 100 unit PPD 0,1 ml 1.000 unit/ml (1 dalam 100)
Pada uji Heaf (multiple puncture) larutan mengandung tuberculin purified protein Derivative digunakan 100.000 unit dalam 1 ml.
Catatan. Uji Tuberkulin tidak boleh dilaksanakan dalam 4 minggu setelah menerima vaksin virus hidup karena respons terhadap tuberkulin dapat terhambat.

d.      Tubercullin PPD. (Bio Farma), cairan Inj. 2 TU, 5 TU (K)
Dibuat dari produk biakan hasil pemanasan dan lisis dari spesies mikrobakterium yang sesuai, dan mengandung 100.000 unit/ml. 1 ampul. Juga tersedia yang dilarutkan 1 dalam 1.000 (100 unit/ml), dan 1 dalam 10.000 (10 unit/ml).

B.     Antitoksin Botulism
Antitoksin botulism trivalent tersedia untuk profilaksis paska permaparan botulism dan untuk pengobatan orang yang dianggap menderita botulism. Secara spesifik mentralisir toksin yang diproduksi oleh Clostridium botulism tipe A, B, dan E.
Tidak efektif terhadap botulism pada anak karena toksinnya (tipe A), bila ada, jarang ditemukan dalam darah pada infeksi jenis ini.
Reaksi hipersentivitas merupakan masalah. Penting untuk membaca kontraindikasi, peringatan dan rincian dari uji sensitivitas pada brosur kemasan. Sebelum pengobatan, harus dilakukan dicek adanya pemberian antitoksin sebelumnya dan riwayat alergi, seperti asma, hay fever, dan lain – lain. Semua pasien harus menjalani uji sensitivitas (mengencerkan antitoksin bila ada riwayat alergi).
a.      Botox (Allergean Pharmaceutical, Bio Farma )
Serbuk Inj. 100 UI (K)
Sediaan mengandung glubolin antitoksin spesifik yang memiliki kekuatan netralisir toksin yang terbentuk oleh Clostridium botulinum tipe A, B, dan E.
Catatan. Nama Botulinum Antitoxin BP tidak digunakan karena sediaan yang sekarang ada kandungan fenolnya lebih tinggi (0,45% vs. 0,25%)
Dosis. Profilaksis, 20 ml injeksi intramuscular secepat mungkin  setelah pemaparan; pengobatan, 20ml (diencerkan hingga  100ml dengan natrium  klorida 0,9%) secara infuse perlahan intravena dilanjutkan dengan 10 ml 2-4 jam kemudian, dan dosis berikut dengan interval 12-24 jam.

C.    VAKSIN KOLERA
Vaksin kolera mengandung vibria cholera serovar O1. Sub tipe Inaba dan Ogawa yang dimatikan dengan pemanasan.
Vaksin kolera dapat member sedikit perlindungan infeksi tetapi tidak dapat mengendalikan penyebaran penyakit. Staf laboratorium yang kontak langsung dengan kuman kolera harus diperingatkan akan resiko yang mungkin terjadi, dan keharusan untuk vaksinasi harus ditetapkan. Vaksinasi kolera tidak lagi diharuskan untuk perjalanan internasional. Departemen Kesehatan telah mengeluarkan pernyataan:
“Vaksin konvensional memberikan sedikit perlindungan dan tidak perlu lagi diberikan untuk perjalanan internasional. Kadang – kadang bila diduga ada permintaan yang tidak resmi, maka pernyataan tidak diperlukannya vaksinasi kolera diberikan oleh dokter secara resmi dengan tanda tangan dan stempel dokter”.
Wisatawan yang berkunjung ke Negara yang ada kolera diperingatkan bahwa memperhatikan makanan, air, dan hygiene adalah sangat penting.
Vaksinasi Kotipa (kombinasi vaksin kolera, tifus dan paratifus) (Bio Farma) (K).
Dosis: Dosis pertama, seperti dijelaskan pada label, biasanya 0,5 ml dengan cara injeksi subkutan  dalam atau injeksi intramuscular; dosis kedua, setelah paling sedikit 1 minggu dan lebih baik 4 minggu, 1 ml; dosis penguat setiap 6 bulan bila terjadi pemaparan yang terus menerus; ANAK usia 1-5 tahun 0,1 ml, dosis kedua 0,3 ml, usia 5-10 tahun, 0,3 ml, dosis kedua 0,5 ml.

D.    VAKSIN DIFTERI
Perlindungan terhadap difetri terutama adalah karena timbulnya antitoksin yang diproduksi karena rangsangan oleh vaksin yang dibuat  dari toksin Corynnebcterium diptheriae. Vaksin ini lebih efektif dan lebih sedikit menyebabkan efek samping bila dijerap (ad-sorbed) pada carrier mineral. Vaksin jerap difetri dianjurkan untuk imunisasi rutin bayi dan diberikan dalam bentuk triple vaccine, vaksin jerap difteri, tetanus, dan (oral) biasanya diberikan bersamaan dengan tiap dosis vaksin  DPT.
Vaksin jerap difteri dan tetanus (DT) dipakai sebagai pengganti DPT bila imunisasi terhadap pertusis dikontraindikasikan .
Dosis penguat dari vaksin jerap difteri dan tetanus dianjurkan pada anak yang akan masuk sekolah (usia 4-5 tahun). Ini lebih baik diberikan setelah interval paling tidak diberikan setelah interval paling tidak 3 tahun dari dosis terakhir suntikan dasar. Dosis penguat lebih lanjut dianjurkan pada saat meninggalkan sekolah; untuk tujuan ini tersedia vaksin jerap difteri dan tetanus (DT) untuk dewasa  dan remaja (versi dosis tunggal dengan vaksin tetanus). Untuk rincian mengenai dosis booster dari vaksin difteri pada anak diatas usia 13 tahun yang memerlukan pengobatan pada luka yang rentan tetanus. Bila ternyata, ketika tiba saatnya untuk memberikan dosis penguat vaksin difteri dan tetanus di akhir masa sekolah, ditemukan catatan bahwa pernah diberikan dosis tetanus  kelima, maka diberikan dosis penguat antigen tunggal berupa vaksin jerap difteri dosis rendah.
Dosis penguat vaksin difteri lain tidak dianjtkan untuk vaksinasi rutin, kecuali untuk staf yang berhubungan dengan pasien difteri, atau menangani specimen klinik yang bisa patogenik, atau bekerja langsung dengan Corynebacterium diphtheria; mereka harus dipertimbangkan untuk booster atau imunisasi primer setelah penilaian tentan resiko. Vaksin dosis rendah. Vaksin jerap difteri untuk dewasa. Tersedia untuk tujuan ini.
Wisatawan yang sudah diimunisasi dan berkunjung ke Negara tempat difteri bersifat endemic atau epidemic memerlukan dosis penguat bila imunsisasi primer dilakukan lebih dari 10 tahun yang lalu. Wisatawan yang belum diimunisasi memerlukan 3 dosis dengan interval  bulanan (penting; dewasa dan anak diatas usia 10 tahun yang memerlukan dosis primer atau penguat harus diberi vaksin dosis rendah- mereka yang juga memerlukan perlindungan terhadap tetanus dapat diberi dosis rendah dikombinasikan dengan vaksin tetanus.
a.      Vaksin difteri untuk anak
Dengan tetanus dan pertusis (triple accine)
Vaksin Jerap Diphteria, Tetanus, dan Pertuis (DPT) (Bio Farma) (K)
Dibuat dari toksoid difteri, toksoid tetanus, tetanus, toksoid, dan vaksin pertuis dalam bentuk vaksin jerap.
Dosis. Imunisasi primer pada ANAK, 0,5 ml secara intramuskuler pada umur 2 bulan disusul dengan dosis kedua setelah 4 minggu dan dosis ketiga setelah 4 minggu berikutnya (lihat Tabel 14.1)
Dengan tetanus
Vaksin Jerap Difteri dan Tetanus (Anak) (Bio Farma) (K)
Dibuat dari toksoid difteri dan toksoid tetanus diadsorbsi dengan pembawa (carrier) mineral
Dosis: imunisasi primer ANAK tanpa komponen pertusis, 0,5 ml secara Intramuskular atau injeksi subkutan dalam pada usia 2 bulan disuse dengan dosis kedua setelah 4 minggu dan dosis ketiga setelah 4 minggu berikutnya (lihat tabel 14.1); booster pada saat masuk sekolah, 0,5 ml(lihat tabel 14.1)
Antigen tugal
Dibuat dari toksoid difteri yang dijerap pada carrier mineral. Tersedia dalam sediaan untuk anak – anak dan remaja. Vaksin jerap untuk anak hanya digunakan untuk kontak kasus difteri atau karier; anak – anak yang diimunisasi di bawah usia 10 tahun diberikan satu dosis 0,5 ml secara intramuscular atau subkutan dalam, anak yang tidak diimunisasi di bawah usia 10 tahun diberikan tiga dosis  0,5 ml dengan interval 4 minggu antara ketiga dosis; dewasa dan anak – anak usia 10 tahun harus diberi vaksin jerap difteri untuk dewasa (lihat di bawah).
Vaksin jerap difteri untuk dewasa  dan anak diatas 10 tahun.
PENTING. Untuk pemakaian pada anak usia 10 tahun atau lebih.
Jumlah kecil toksoid difteri yang terdapat dalam sediaan di  bawah ini cukup untuk memicu kekebalan pada individu yang sebelumnya telah mendapat imunisasi difteri tetapi yang kekebalannya sudah menghilang dengan waktu; tidak cukup untuk menyebabkan reaksi – reaksi efek samping serius seperti  bila vaksin difteri formula konvensional digunakan untuk dewasa dan anak diatas usia 10 tahun; untuk yang akan meninggalkan sekolah, juga tersedia versi dosis rendah yang dikombinasi dengan vaksin tetanus dalam injeksi tunggal (lihat catatan di atas).
Bila terjadi dewasa yang tidak diimunisasi dan anak diatas 10 tahun berkontak dengan kasus difteri atau karir harus diberi imunisasi primer; dewasa yang telah di imunisasi dan anak di atas usia 10 tahun dapat diberi dosis penguat.
Dengan tetanus.
Vaksin Jerap Difteri and Tetanus untuk Dewasa dan Remaja (Dewasa) (Bio Farma) (K)
Dibuat dari toksoid difteri dan toksoid tetanus yang dijerap pada carrier mineral.
Dosis: imunisasi primer pada pasien diatas usia 10 tahun, tiga dosis masing – masing 0,5 ml secara intramuscular atau subkutan dalam interval 4 minggu; penguat; 0,5 ml setelah 10 tahun.

E.     ANTITOKSIN DIFTERI
Antitoksin difteri digunakan untuk imunisasi pasif; disiapkan di dalam tubuh kuda, karena itu reaksi setelah penyuntikan merupakan hal biasa.
Sekarang hanya digunakan untuk dugaan kasus difteri (tanpa menunggu konfirmasi bakteriologis); harus dilakukan dulu ujisensitivitas.
Sekarang tidak digunakan lagi untuk profilaksis karena resiko hipersensitivitas; kontak yang diimunisasi harus segera diperiksa dan diberi profilaksis eritromisin (lihat seksi 5.1, tabel 2) dan vaksin (lihat catatan di atas)
Serum Anti-Diphteria (kuda) (Bio Farma),
Cairan Inj. 2000 UI/ml (K)
Dosis
Profilaksis anak : 1000-3000 UI, injeksi intramuskuler, tegantung umum anak.
Profilaksis dewasa : 3000-5000 UI, infeksi intramuskuler.




F.     VAKSIN HAEMOPHILUS INFLUENZAE TIPE B
Vaksin Hemophilus influenza tipe b
(Hib) diberikan dalam seri 3 dosis dengan interval 1 bulan biasanya bersamaan dengan imunisasi rutin anak terhadap difteri, tetanus, pertuis, dan poliomeilitis (lihat lampiran tabel Imunisasi Anak dan Dewasa) untuk bayi sedari usia 2 bulan. Anak dibawah usia 13 tahun yang telah menyelesaikan imunisasi rutin primer masih harus menerima 3 dosis vaksin Hib dengan interval 1 bulan. Anak di atas usia 13 tahun memiliki resiko infeksi lebih rendah, dan vaksin efektif setelah dosis tunggal. Resiko infeksi turun dengan tajam setelah usia 4 tahun oleh karena itu vaksin biasanya tidak dibutuhkan untuk anak diatas usia 4 tahun. Tetapi, vaksin boleh diberikan kepada mereka yang berusia di atas 4 tahun yang diperkirakan memiliki resiko tinggi terhadap penyakit Haemophilus influenza tipe b yang invasif (seperti pasien sickle cell disease dan mereka yang menerima terapi keganasan). Juga anak dan dewasa tanpa limpa, terlepas dari usia atau interval waktu sejak splenektomi, perlu menerima dosis tunggal vaksin Haemophilus influenza tipe b, mereka yang berusia di bawah 1 tahun harus diberi 3 dosis.
Untuk spnelektomi elektif, vaksin harus diberikan paling sedikit 2 minggu sebelum pembedahan. Efek samping yang dilaporkan meliputi demam, sakit kepala, malaise, iritabilitas, menangis yang berkepanjangan, hilang selera makan, muntah, diare, dan gatal – gatal (termasuk urtikaria); konvulsi, eritema multiforme, dan sianosis sementara dari tungkai bawah telah dilaporkan. Lihat seksi 14.1 untuk kontraindikasi umum.
Act-Hib (Pasteur Meriux, Bio Farma) Serbuk Inj. 10 mcg/vial (K).
Capsular conjugated polysaccharide vaccine.
Dosis: 0,5 ml intramuskuler atau subkutan dalam di tungkai berbeda dari vaksin lain yang diberikan bersamaan. Untuk imunisasi primer 3 dosis diperlukan dengan interval 1 bulan. (lihat jadwal, seksi 14.1).
Act-Hib dapat digunakan untuk menyelesaikan seri imunisasi yang dimulai dengan vaksin lainnya.
Catatan. Produsen Act-Hib (vaksin Haemophilus influenza tipe b) menganjurkan bahwa vial dosis tunggal dapat dilarutkan dengan 0,5 ml vaksin jerap difteri, tetanus, dan pertusis dari Pasteur Meriux. Pak mengandung kedua vaksin tersedia sebagai Tetract-Hib.

G.    VAKSIN HEPATITIS A.
Vaksin hepatitis A dibuat dari virus hepatitis A yang dikembangbiakan dalam sel diploid manusia dan diinaktivasi dalam formaldehid.
Imunisasi dianjurkan untuk; staf laboratorium yang bekerja langsung dengan virus; pasien hemophilia yang diobati dengan konsentrat Faktor VIII atau factor IX; wisatawan yang bepergian ke daerah resiko tinggi; individu yang memiliki resiko tinggi karena perilaku seksualnya.
Imunisasi harus dipertimbangkan  untuk: pasien dengan penyakit hati kronis; staf dan penghuni rumah sakit cacat mental; pekerja yang memiliki resiko terpapar limbah yang tidak diproses.
Pasien hemophilia dan pasien penyakit hati kronis baru harus dicek apakah ada pemaparan sebelum imunisasi.
Wisatawan yang akan bepergian ke daerah resiko tinggi baru diimunisasi kurang dari 2 minggu sebelum keberangkatan dapat diberi vaksin dosis tunggal ditambah dengan imuglobin normal pada tempat injeksi yang berbeda. Pemberian imunoglobin normal manusia pada waktu bersamaan dengan vaksin ini, pada tempat  injeksi yang berbeda, tidak mempengaruhi laju serokonversi tetapi kadar antibody mungkin berkurang.
Efek samping vaksin hepatitis A, biasanya ringan, termasuk rasa sakit sementara, eritema, dan indurasi pada tempat suntik. Efek lain yang jarang termasuk demam, malaise, lelah, sakit kepala, mual dan hilangnya selera makan. Telah dilaporkan bahwa Havrix memberikan imunisasi yang aman dan efektif terhadap hepatitis A, dan bahwa sampai sekarang laporan yang diperoleh adalah gatal – gatal seluruh tubuh dan kadang – kadang reaksi neurologis yang sangat jarang (yang tidak selalu disebabkan oleh vaksin).
a.      Havrix (Smith Kline Biological sa Belgium-Bio Farma), Cairan Inj. 360 Elisa Units, (K) Suspensi virus hepatitis A yang telah dilemahkan dengan formaldehid (GBM yang dikembangbiakan dalam sel diploid manusia) 320 antigen unit/ml dijerap pada aluminium hidroksida. 0,5 ml prefilled syringe.
Dosis. Injeksi intramuscular (lihat catatan di atas). 0,5 ml sebagai dosis tunggal; dosis penguat 0,5 ml 6 bulan kemudian  setelah dosis awal; dosis penguat lanjutan, 0,5 ml tiap 10 tahun; ANAK di bawah usia 16 tahun, tidak dianjurkan menggunakannya. Daerah deltoid lebih dipilih sebagai tempat injeksi. Injeksi subkutan dapat digunakan  untuk pasien hemophilia.
b.      Havrix 1440 (Smith Kline Biological Sa Belgium-Bio Farma), Cairan Inj. 1440 Elisa Units (K).
Suspensi virus hepatitis A (H 175 dikembangbiakan dalam sel diploid manusia) yang dilemahkan dalam formaldehid 1440 ELISA unit/ml dijerap pada aluminium hidroksida. 1 ml (1440 ELISA unit) prefilled syringe; 0,5 ml (720 ELISA unit) prefiled syringe (Havrix Junior Monodose)
Dosis : Injeksi intramuscular (lihat catatan di bawah), 1 ml sebagai dosis tunggal; dosis penguat, 1 ml 6 – 12 bulan setelah dosis awal; ANAK usia 1 – 15 tahun 0,5 ml.
Individu yang telah selesai diimunisasi dengan dosis primer Havrix Yunior (720 Eliza unit/ dosis) bila memerlukan 4 dosis tunggal Havrix 1440.
Catatan
Daerah deltoid lebih dipilih sebagai tempat injeksi pada orang dewasa. Injeksi subkutan dapat digunakan untuk pasien hemophilia.


H.    VAKSIN HEPATITIS B
Vaksin Hepatitis B mengandung inactivated hepatitis b virus surface antigen (HBsAg) dijerap pada adjuvant aluminium hidroksida. Dibuat secara biosintesis menggunakan teknologi DNA rekombinan. Vaksin digunakan pada individu yang memiliki resiko tinggi tertular hepatitis B.
Yang termasuk high risk groups meliputi :
-          Pemakai obat terlarang suntikan;
-          Individu yang sering berganti pasangan seksual;
-          Keluarga dekat seorang yang sakit atau carrier
-          Bayi lahir dari ibu yang telah mendapat hepatitis B selama kehamilan, atau positif untuk antigen permukaan hepatitis B dan e-antigen atau antigen permukaan positif tanpa e-markers (atau bila belum ditentukan); imunisasi aktif bayi dimulai segera lahir dan imunoglobin hepatitis B diberikan pada waktu bersamaan dengan vaksinnya. Bayi yang lahir dari ibu yang positif untuk antigen permukaan hepatitis B dan untuk antibody e-antigen harus menerima vaksin tetapi bukan imunoglobinnya.
-          Pasien hemophilia yang menerima transfuse darah atau produk darah secara teratur, dan perawat yang bertanggung jawab dalam pemberian produk demikian.
-          Pasien dengan gagal ginjal kronis.
-          Personel pelayanan kesehatan yang berkontak langsung dengan darah atau cairan tubuh yang tercemar darah atau jaringan pasien.
-          Traine pelayanan kesehatan
-          Grup resiko lain seperti orang bekerja di rumah duka dan pembalseman.
-          Staf dan pasien di pusat day-care atau asrama untuk mereka yang terbelakang dan kesulitan belajar.
-          Penghuni rumah tahanan
-          Wisatawan yang ke daerah prevalensi tinggi yang berniat untuk mencari pekerjaan sebagai pelayan kesehatan atau mereka yang merencanakan untuk tinggal di sana untuk jangka waktu yang lama dan oleh karena itu beresiko lebih tinggi untuk terinfeksi karena prosedur medis atau dental di Negara itu;
-          Keluarga yang mengadopsi anak dari Negara dengan prevalensi tinggi hepatitis B
Wisatawan jangka pendek atau business traveler umumnya tidak beresiko lebih tinggi untuk terkena infeksi tetapi dapat menjadi demikian karena perilaku seksual mereka di luar negeri.
Harus diingat bahwa imunisasi memelukan waktu 6 bulan untuk memberikan perlindungan yang memadai; lamanya kekebalan tidak diketahui secara tepat; tetapi dosis penguat tunggal 5 tahun setelah dosis primer mencukupi untuk mempertahankan kekebalan mereka yang terus berada dalam resiko tertular.
Petunjuk lebih lanjut diberikan dalam memorandum Immunisation against infectious Disease. Imunisasi tidak menghilangkan kebutuhan untuk berhati – hati dalam menghindari resiko infeksi dari carier yang telah jelas diketahui. Inokulasi dengan darah yang tercemar hepatitis B ke dalam luka, insisi, bekas tusukan jarum, atau abrasi dapat menyebabkan infeksi, sedangkan paparan tak langsung dari karier tidak akan menyebabkan terinfeksi.
Immunoglobulin hepatitis B spesifik tersedia untuk digunakan dengan vaksin pada mereka yang tanpa sengaja terinfeksi dan bayi (seksi 14.5)
a.      Engerix B (Smith Kline Biological SA Belgium, Bio Farma) Cairan Inj. (K)
Suspense antigen permukaan hepatitis B (rby, dibuat dari sel ragi dengan teknik DNA rekombinan) 20 mikrogram/ml dijerap pada aluminium hidroksida. 0,5 ml vial; 1 ml vial; 1 ml prefiled syringe.
Dosis : Injeksi intramuskuler (lihat catatan di bawah). 3 dosis 1 ml (20 mikrogram), yang kedua satu bulan, dan yang ketiga 6 bulan setelah dosis pertama; cara lebih cepat (untuk yang berpergian), dosis ketiga 2 bulan setelah dosis pertama dengan penguat pada bulan ke 12; ANAK lahir hingga 12 tahun 3 dosis 0,5 ml (10 mikrogram); BAYI lahir dari ibu dengan HBsAg-positif (lihat juga diatas), 3 dosis dari 0,5 ml (10 mikrogram), dosis pertama ketika lahir dengan injeksi imunoglobin hepatitis B (tempat yang berbeda).
Catatan. Otot deltoid adalah tempat injeksi yang terpilih pada orang dewasa; paha anterolateral adalah tempat terpilih pada bayi dan anak. Bokong tidak boleh digunakan karena efikasi vaksin bisa berkurang. Injeksi subkutan digunakan untuk pasien hemophilia.
b.      HB-Vaz (Merck Sharp & Dohme, Pharos Indonesia). Cairan Inj. 10 mcg/ml (K)
Suspensi antigen permukaan hepatitis B (dibuat dari sel ragi dengan tekhnik DNA rekombinan) 10 mikrogram/ml dijerap pada aluminum hidroksida. 1 ml prefiled syringe; 1 ml vial.
Dosis: injeksi intramuskuler (lihat catatan di bawah) 3 dosis 1 ml (10 mikrogram), yang kedua 1 bulanan dan yang ketiga 2 bulan setelah dosis pertama dengan penguat untuk 12 bulan; ANAK dari lahir hingga 15 tahun 3 dosis 0,5 ml (5 mikrogram); BAYI yang baru lahir dari ibu dengan HBsAg-postif (lihat juga diatas), 3 dosis 0,5 ml (5 mikrogram), dosis pertama ketika lahir dengan injeksi immunoglobulin hepatitis B (pada tempat injeksi yang berbeda).
Catatan: Otot deltoid adalah tempat injeksi yang terpilih pada orang dewasa: antero lateral terpilih pada bayi dan anak; bokong tidak boleh digunakan karena efikasi vaksin dapat berkurang. Jalur subkutan digunakan pada pasien hemophilia.
c.       Bimmugen (The Chemo – Sero Therapeutic Research Institute, Bio Farma) Cairan Inj 20 mcg/ml (K)
d.      Gwen Hevac B Pasteur (Institute Pasteur, Bio Farma) Cairan Inj. 0 mcg/0,5 ml (K)
e.       Hepa-B (Korea Green Cross Corporation, Bio Farma) Cairan Inj. 10 mcg/ml (K).
f.       Hepaccine – B (Cheil Sugar & Co) Cairan Inj. 3mcg/ml (K)

I.       VAKSIN INFLUENZA
Meskipun kebanyakan virus stabil secara antigenic, virus influenza A dan B (khususnya A) selalu mengubah struktur antigeniknya seperti yang terlihat dari perubahan pada hemaglutin (H) dan neuraminidases (N) yang terdapat di permukaan virus. Penting di ketahui bahwa vaksin influenza yang dipasarkan dan dipakai mengandung komponen H dan N dari strain yang sering timbul. Setiap tahun WHO (World Health Organization) memberi rekomendasi strain mana yang sering muncul itu.
Strain tersebut kemudian dikembangbiakan dalam rongga alantoik embrio ayam (oleh karena itu dikontraindikasikan untuk mereka yang hipersensitif terhadap telur ayam)
Karena Vaksin influenza tidak dapat mengendalikan epidemic, maka vaksinasi hanya dianjurkan bagi orang – orang yang beresiko tinggi. Imunisasi tahunan sangat dianjurkan untuk semua golongan umur, khususnya usia lanjut, dengan kondisi berikut; peyakit respirasi kronik; termasuk asma; penyakit jantung kronik; gagal ginjal kronik; diabetes mellitus; imunosupresi karena penyakit atau pengobatan, termasuk asplenia atau disfungsi limpa.
Imunisasi influenza juga diajurkan untuk penghuni panti jompo, dan fasilitas lainnya untuk tinggal lama.
Dalam tahun nonpandemik imunisasi tidak dianjurkan untuk staf pelayanan kesehatan, kecuali mereka yang beresiko tinggi (akibat penyakit)


a.      Vaxigrip (Pasteur-Merieux-Bio Farma) (K)
Inactivated influenza vaccine (split virion) 0,5 ml disposable syringe, vial 5 ml
Dosis: 0,5 ml secara subkutan-dalam atau injeksi intramuscular; ANAK usia 6-47 bulan, 0,25 ml diulang sekali 4-6 minggu; 4-12 tahun, 0,5 ml diulang sekali setelah 4-6 minggu; dosis tunggal cocok untuk anak yang telah diimunsasi.

2.4  Fungi Vaksin
Fungsi-fungsi dari beberapa vaksin yang disebutkan di atas adalah sebagai berikut :
1.      Vaksin TT
Berfungsi untuk pencegahan terhadap penyakit tetanus dan tetanus neonatal (tetanus yang terjadi pada bayi yang baru lahir).
2.      Vaksin DT
Berfungsi untuk pencegahan terhadap penyakit difteri dan tetanus.
3.      Vaksin DTP
Berfungsi untuk pencegahan terhadap penyakit difteri, tetanus, dan pertusis (batuk rejan).
4.      Vaksin BCG Kering
Berfungsi untuk pencegahan terhadap penyakit TBC (tuberculosis).
5.      Vaksin Td
Berfungsi untuk pencegahan terhadap penyakit Tetanus dan Difteri (konsenstrasi lebih kecil) pada anak usia 7 tahun ke atas.
6.      Vaksin DTP-HB
Berfungsi untuk pencegahan terhadap penyakit difteri, tetanus, pertusis, dan hepatitis B.
7.      Vaksin Polio
Berfungsi untuk pencegahan terhadap penyakit poliomyelitis.
8.      Vaksin Campak
Berfungsi untuk pencegahan terhadap penyakit campak.
9.      Vaksin Hepatitis-B
Berfungsi untuk pencegahan terhadap penyakit hepatitis-B.
Serum karena jumlahnya tidak terlalu banyak seperti vaksin, maka tidak perlu kita kelompokkan. Contoh serum yang sudah dapat dibuat di Indonesia adalah serum anti tetanus, serum anti difteri, serum anti bisa ular, dan serum anti rabies.

2.5  Fungsi Serum
Fungsi-fungsi dari beberapa serum yang disebutkan di atas adalah sebagai berikut :
1.      Serum Anti Tetanus
Berfungsi untuk pengobatan terhadap penyakit tetanus.
2.      Serum Anti Difteri
Berfungsi untuk pengobatan terhadap penyakit difteri.
3.      Serum Anti Bisa Ular
Berfungsi untuk pengobatan terhadap gigitan ular berbisa yang mengandung efek neurotoksik (Naja sputatrix / ular Kobra, Bungarus fasciatus / ular Belang) dan efek hemotoksis (Ankystrodon rhodostoma / ular Tanah).
Indikasi
Untuk pengobatan terhadap gigitan ular berbisa.

Komposisi
Tiap ml dapat menetralisasi
10 - 15 LD50 bisa ular tanah (Ankystrodon rhodostoma)
25 - 50 LD50 bisa ular belang (Bungarus fasciatus)
25 - 50 LD50 bisa ular kobra (Naja sputatrix)
Dan mengandung fenol 0,25% v/v


Dosis dan Cara Pemberian
Dosis yang tepat sulit untuk ditentukan karena tergantung dari jumlah bisa ular yang masuk peredaran darah korban dan keadaan korban sewaktu menerima anti serum .
Dosis pertama sebanyak 2 vial @ 5 ml sebagai larutan 2% dalam garam faali dapat diberikan sebagai infus dengan kecepatan 40-80 tetes per menit, kemudian diulang setelah 6 jam. Apabila diperlukan (misalnya gejala-gejala tidak  berkurang  atau  bertambah)  anti  serum  dapat  terus  diberikan  setiap 24 jam sampai maksimum (80-100 ml).
Anti serum yang tidak diencerkan dapat diberikan langsung sebagai suntikan intravena dengan sangat perlahan-lahan. Dosis anti serum untuk anak-anak sama atau lebih besar daripada dosis untuk orang dewasa.
Efek Samping
1.    Reaksi anafilaktik; jarang terjadi, tetapi bila ada timbulnya dapat segera atau dalam waktu beberapa jam sesudah suntikan.
2.    Serum Sickness; dapat timbul 7 - 10 hari setelah suntikan berupa demam, gatal-gatal, eksantema, sesak nafas dan  gejala alergi lainnya.
3.    Demam disertai menggigil yang biasanya timbul setelah pemberian serum secara intravena.
4.    Rasa nyeri pada tempat suntikan; yang biasanya timbul pada penyuntikan serum dalam jumlah besar. Reaksi ini biasanya terjadi dalam 24 jam.
Penyimpanan dan Daluarsa
Disimpan pada suhu 2O - 8OC dalam lemari es, jangan dalam freezer.
Daluarsa : 2 tahun

Peringatan
Karena tidak ada netralisasi-silang (cross-neutralization) serum Anti Bisa Ular ini tidak berkhasiat terhadap gigitan ular yang terdapat di Indonesia bagian Timur (misalnya jenis-jenis Acanthopis antarticus, Xyuranus scuttelatus, Pseudechis papuanus dan lain-lain) dan terhadap gigitan ular laut (Enhydrina cystsa).
Kemasan
Vial    5 ml
Tindakan Pertama pada Gigitan Ular
1.    Luka dicuci dengan air bersih atau dengan larutan kalium permanganat untuk menghilangkan atau menetralisir bisa ular yang belum teradsorpsi.
2.    Insisi atau eksisi luka tidak dianjurkan, kecuali apabila gigitan ular baru terjadi beberapa menit sebelumnya.
    Insisi luka yang dilakukan dalam keadaan tergesa-gesa atau dilakukan  oleh orang yang tidak berpengalaman, justru sering merusak jaringan di bawah kulit dan akan meninggalkan parut luka yang cukup besar.
3.    Anggota badan yang digigit secepatnya diikat untuk menghambat penyebaran racun.
4.    Lakukan kemudian imobilisasi anggota badan yang digigit dengan cara memasang bidai karena gerakan otot dapat mempercepat penyebaran racun.
5.    Bila mungkin anggota badan yang digigit didinginkan dengan es batu.
6.    Penderita dilarang bergerak dan apabila perlu dapat diberi analgetika atau sedativa.
7.    Penderita secepatnya harus dibawa ke dokter atau rumah sakit yang terdekat untuk menerima perawatan selanjutnya.
4.      Serum Anti Rabies
Berfungsi untuk pengobatan terhadap gigitan hewan yang sakit atau diduga rabies.
Sekedar informasi, bahwa tidak semua penyakit dapat dibuat serumnya. Hal ini disebabkan karena keterbatasan pengetahuan, peralatan, dan bahkan teknologi. Tidak saja di Indonesia namun juga di dunia.
Konon sekarang ini para peneliti di seluruh dunia sedang berupaya agar imunisasi dapat dilakukan secara lebih menyenangkan, yaitu dengan edible vaccine (vaksin yang dapat dimakan), vaksin yang hanya ditempel seperti plester, dan lainnya. Kita doakan saja mudah-mudahan para peneliti tersebut berhasil menemukan cara terbaik untuk vaksinasi tanpa rasa takut akan jarum suntik.
Silahkan anda hubungi pusat layanan kesehatan masyarakat, rumah sakit, atau balai imunisasi untuk informasi lebih lengkap. Upayakan agar anda dan keluarga selalu terlindungi dari penyakit serta biasakanlah hidup sehat.






















BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Vaksin secara arti berasal dari bahasa latin ’vacca = melemahkan’. Definisi lengkapnya kurang lebih adalah suatu kuman (bakteri/virus) yang sudah dilemahkan yang kemudian dimasukkan ke dalam tubuh seseorang untuk membentuk kekebalan tubuh (imunitas) secara aktif. Cara memasukkannya bisa dengan disuntik ataupun dengan oral (diteteskan – red). Fungsi utama dari vaksin adalah untuk pencegahan terhadap suatu penyakit yang diakibatkan oleh kuman.
Serum secara definisi adalah suatu cairan tubuh yang mengandung sistem kekebalan terhadap suatu kuman yang apabila dimasukkan ke dalam tubuh seseorang, maka orang tersebut akan mempunyai kekebalan terhadap kuman yang sama (imunitas pasif – red). Fungsi utama serum adalah mengobati suatu penyakit yang diakibatkan oleh kuman.
Vaksinasi telah menjadi tulang punggung kesehatan masyarakat sejak dulu. Apabila penyakit berjangkit, vaksinasi muncul dalam benak kita. Ia adalah suntikan kesehatan yang dianggap dokter (bahkan lembaga kesehatan negara) sangat penting sebagai pelindung dari serangan penyakit.











DAFTAR PUSTAKA

Buku informatorium obat nasional indonesia 2000
http://medicastore.com/apotik_online/vaksin_antiserum_&_imunologikal.htm
http://biohealth.wordpress.com/2008/09/01/jenis-vaksin-dan-serum/
https://bentengkesehatanumat.wordpress.com/tag/anti-serum/
http://www.biofarma.co.id/index.php/detil/items/serum-anti-bisa-ular.html

























DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..............................................................................................          i
Daftar Isi .......................................................................................................         ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang ............................................................................         1
1.2  Tujuan ..........................................................................................         2
BAB II PEMBAHASAN
2.1    Definisi .......................................................................................         3 
2.2    Vaksin, Antiserum Dan Imunologikal ........................................         4
2.3    Macam – macam Vaksin ............................................................         6
A.    Vaksin BCG .........................................................................         6
B.     Antitoksin Botulism .............................................................         9
C.     Vaksin Kolera .......................................................................       10
D.    Vaksin Difteri .......................................................................       11
E.     Antitoksin Difteri .................................................................       14
F.      Vaksin Haemophilus Influenza Tipe B ................................       15
G.    Vaksin Hepatitis A ...............................................................       16
H.    Vaksin Hepatitis B ...............................................................       18
I.       Vaksin Influenza ..................................................................       21
2.4    Fungsi Vaksin .............................................................................       22
2.5    Fungsi Serum ..............................................................................       23
BAB III PENUTUP
3.1  Kesimpulan ..................................................................................       27
Daftar Pustaka






 

MAKALAH
VAKSIN DAN ANTISERUM
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Farmakologi
Dosen : Nurtendi, S.Far., Apt.

 








Di susun Oleh:
1.      Aniyawati
2.      Dinda Milla Krisna
3.      Elvina Agustin
4.      Halipah
5.      Intan Ayu , M
6.      Nyesia Anastasia Pratiwi
7.      Titi Sunarti
8.      Oom Komisah
9.      Risti Daniati
10.  Sri Rasni Anggraeni
11.  Susi Susanti
12.  Puput Citra Ningrat
13.  Vuticha
Kelas : 3c
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)  INDRAMAYU
PROGRAM STUDY D3 KEBIDANAN
2011
KATA PENGANTAR


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “VAKSIN DAN ANTISERUM”
Makalah ini berisikan tentang informasi Pengertian VAKSIN DAN ANTISERUM atau yang lebih khususnya membahas tentang macam – macam dan juga fungsi dari vaksin dan antiserum itu sendiri. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang Vaksin dan Antiserum.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.



Indramayu,  November 2011



Penyusun


i
 

0 comments:

Proudly Powered by Blogger.