Category

Welcome Guys

Pages

Send Quick Massage

Name

Email *

Message *

ads

Saturday, September 26, 2015

MAKALAH FILSAFAT ILMU DAN KARAKTERISTIKNYA

by Unknown  |  in Makalah at  10:51 PM


BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Disini, filsafat ilmu sangat berkaitan erat dengan epistemologi dan ontologi. Filsafat ilmu berusaha untuk dapat menjelaskan masalah-maslah seperti apa dan bagaimana suatu konsep dan pernyataan dapat disebut sebagai ilmiah, bagaimana konsep tersebut dilahirkan, bagaimana ilmu dapat menjelaskan, memperkirakan serta memanfaatkan alam melalui teknologi; cara menentukan validitas dari sebuah informasi; formulasi dan penggunaan metode ilmiah; macam-macam penalaran yang dapat digunakan untuk mendapatkan kesimpulan; serta implikasi metode dan model ilmiah terhadap masyarakat dan terhadap ilmu pengetahuan itu sendiri.
Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling berkaitan baik secara subtansial maupun historis. Kelahiran suatu ilmu tidak dapat dipisahkan dari peranan filsafat, sebaiknya perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat.
Ilmu atau Sains merupakan komponen terbesar yang diajarkan dalam semua tingkat pendidikan. Walaupun telah bertahun-tahun mempelajari ilmu, pengetahuan ilmiah tidak digunakan sebagai acuan dalam kehidupan sehari-hari.
Filsafat ilmu diberikan sebagai pengetahuan bagi orang yang ingin mendalami hakikat ilmu dan kaitannya dengan pengetahuan lainnya. Dalam masyarakat religius ilmu dipandang sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari nilai ketuhanan karena sumber ilmu yang hakiki adalah Tuhan. Manusa diberi daya fikir oleh Tuhan, dan dengan daya fikir inilh manusia menemukan teori-teori ilmiah dan teknologi. Pengaruh agama yang kaku dan dogmatis kadang kala menghambat perkembangan ilmu.
Oleh karenanya, diperlukan kecerdasan dan kejelian dalam memahami kebenaran ilmiah dengan sistem nilai dalam agama, agar keduanya tidak saing bertentangan.
B.  Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud filsafat ilmu?
2.      Bagaimana ukuran kebenaran filsafat ilmu ?
3.      Apa ciri-ciri atau karakteristik dari filsafat ilmu?

C.    Tujuan
1.      Dapat mengetahui tentang pemahaman dan karakteristik filsafat ilmu
2.      Mengetahui ukuran kebenaran filsafat ilmu























BAB II
PEMBAHASAN
A.    Filsafat Ilmu
Istilah filsafat bisa ditinjau dari dua segi, semantik dan praktis. Segi semantik perkataan filsafat berasal dari kata Arab falsafah, yang berasal dari bahasa Yunani, philosophia yang berarti philos = cinta, suka (loving) dan Sophia = pengetahuan, hikmah (wisdom). Jadi philosopia berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran. Maksudnya, setiap orang yang berfilsafah akan menjadi bijaksana. Orang yang cinta kepada pengetahuan disebut philosopher dalam bahasa Arab disebut failasuf. Dari segi praktis filsafat berarti alam pikiran atau alam berfikir. Berfilsafat artinya berpikir. Namun tidak semua berpikir berarti berfilsafat. Berfilsafat maknanya berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh.
Mohammad Hatta mendefinisikan ilmu sebagai pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut hubungannya dari dalam.
Harsojo, Guru Besar antropolog di Universitas Pajajaran mendefinikan ilmu adalah akumulasi pengetahuan yang disistematisasikan suatu pendekatan atau metode pendekatan terhadap seluruh dunia empiris yaitu dunia yang terikat oleh faktor ruang dan waktu yang pada prinsipnya dapat diamati panca indera manusia. 
Berfikir merupakan suatu aktifitas manusia untuk menemukan kebenaran dari suatu keilmuan. Apa yang disebut benar oleh seseorang belum tentu benar bagi orang lain. Oleh karena itu diperlukan suatu ukuran atau criteria kebenaran.





1.   Ukuran Kebenaran Filsafat ilmu
Kebenaran adalah satu nilai utama di dalam kehidupan human. Sebagai nilai-nilai yang menjadi fungsi rohani manusia. Artinya sifat manusiawi atau martabat kemanusiaan (human dignity) selalu berusaha “memeluk” suatu kebenaran[1].

Manusia selalu mencari kebenaran, jika manusia mengerti dan memahami kebenaran, sifat asasinya terdorong pula untuk melaksankan kebenaran itu. Sebaliknya pengetahuan dan pemahaman tentang kebenran, tanpa melaksankan konflik kebenaran, manusia akan mengalami pertentangan batin, konflik spilogis. Karena di dalam kehidupan manusia sesuatu yang dilakukan harus diiringi akan kebenaran dalam jalan hidup yang dijalaninya dan manusia juga tidak akan bosan untuk mencari kenyataan dalam hidupnya yang dimana selalu ditunjukkan oleh kebanaran.

2.   Teori Kebenaran Filsafat

Ø Teori Korespondensi (correspondence Theorhy of Truth)
Menerangkan bahwa kebenaran atau suatu keadaan itu terbukti benar bila ada kesesuaian antara arti yang dimaksud suatu pernyataan atau pendapat dengan objek yang dituju atau dimaksud oleh pernyataan atau pendapat tersebut.
Kebenaran adalah kesesuaian kenyataan dengan fakta, yang berselaras dengan realitas, yang serasi dengan situasi actual. Dengan demikian ada lima unsure yang perlu, yaitu pernyataan (statement), situasi (situation), kenyataan (realitas), dan putusan (judgement).
Kebenaran adalah fidelityto objective reality atau kesesuaian pikiran dengan kenyataan.

Teori ini dianut oleh aliran realis, pelopornya Plato, Aristoteles dan Moore. Dikembangkan lebih lanjt oleh Ibnu Sina, Thomas AquinasDiabadskolastik, serta oleh Bertrand Russel pada abad modern.
                                                      
Ø Teori Koherensi (The Choherence Theory of Truthi)
Teori ini mengganggap suatu pernyataan benar bila didalamnya tidak ada pertentangan, bersifat koherensi dan konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang telah dianggap benar. Dengan demikian suatu pernyataan dianggap benar, jika pernyataan itu dilaksanakan atas pertimbangan yang konsisten dan pertimbangan lain yang telah diterima kebenarannya.
Rumusan kebenarannya adalah : Jika A = B dan B = C, maka A = C.
 Logika matematika yang deduktif memakai teori kebenaran koherensi ini. Logika ini menjelaskan bahwa kesimpulan akan benar, jika premis-premis yang digunakan juga benar. Teori ini digunakan oleh aliran metafisikus, rasionalis dan idealis. Teori ini sudah ada sejak pra Socrates, kemudian dikembangkan oleh Benedictus Spinoza dan George Hegel. Suatu teori di anggap benar apabila telah di buktikan (justifikasi) benar dan tahan uji (testable). Kalau teori ini bertentangan dengan data terbaru yang benar atau dengan teori lama yang benar, maka teori itu akan gugur atau batal dengan sendirinya.

Ø  Teori Pragmatisme (the pragmatic theory of truth)
Teori ini menganggap suatu pernyataan, teori atau dalil itu memiliki kebenaran bila memiliki kegunaan dan manfaat bagi kehidupan manusia. Kaum pragmatis menggunakan criteria kebenarannya dengan keguanaan (utility), dapar dikerjakan (workability), dan akibat yang memuaskan.oleh karena itu tidak ada kebenaran yang mutlak atau tetap, kebenarannya tergantung pada kerja, manfaat dan akibatnya.

Akibat atau hasil yang memuaskan bagi kaum pragmatis adalah :
1.  Sesuai dengan keinginan dan tujuan.
2.  Sesuai dan teruji dengan suatu eksperimen.
3.  Ikut membantu dan mendorong perjuangan untuk tetap eksis (ada).

Teori ini merupakan sumbangan paling nyata dari para filsuf Amerika. Tokohnya adalah Charles S. Pierce (1839-1914) dan diikuti oleh William James dan John Dewey (1859-1952).[2]

Ø  Teori Kebenaran Religius
Ketiga teori kebenaran sebelumnya menggunakan alat, budi, fakta, realitas dan kegunaan sebagai landasannya. Dalam teori kebanran agama digunakan wahyu yang bersumber dari Tuhan. Sebagai makluk pencari kebeanran, manusia dan mencari dan menemukan kebenaran melalui agama. Dengan demikian, sesuatu dianggap benar bila sesuai dan koheren dengan ajaran agama atau wahyu sebagai penentu kebenaran mutlak.agama dengan kitab suci dan haditsnya dapat memberikan jawaban atas segala persoalan manusia, termasuk kebenaran.
Kebenaran tak cukup hanya diukur dnenga rasion dan kemauan individu. Kebenaran bersifat objective, universal,berlaku bagi seluruh umat manusia, karena kebenaran ini secara antalogis dan oxiologis bersumber dari Tuhan yang disampaikan melalui wahyu.
Nilai kebenaran mutlak yang bersumber dari Tuhan itu adalah objektif namun bersifat supra rasional dan supra individual. Bahkan bagi kaum religius kebenarn illahi ini adalah kebenarna tertinggi, dimnaa semua kebanaran (kebenaran indera, kebenaran ilmiah, kebenaran filosofis) taraf dan nilainya berada di bawah kebanaran ini[3] :

       Ada tiga jenis kebenaran yaitu : Kebenaran epistemology (berkaitan dengan pengetahuan), kebenaran ontologis (berkaitan dengan sesuatu yang ada atau diadakan), dan kebenaran semantic (berkaitan dengan bahasa dan tutur kata).
       Ada empat teori kebenaran yaitu teori korespondensi, teori koherensi, teori pragmatism dan teori agama. Ketiga teori pertama mempunyai perbedaan paradigm. Teori koherensi mendasarkan diri pada kebenaran rasio, teori korespondensi pada kebenaran factual, dan teori fragmatisme pada fungsi dan kegunaan kebenaran itu sendiri.

B.     Karakteristik Filsafat Ilmu
Sesuai dengan definisi Endang syaifuddin ansori bahwa filasat adalah meliputi  tentang hakikat semua yang ada secara radikal, integral, dan sistematis. Dari pengertian tersebut secara tidak langsung telah dijelaskan tentang karakteristik filsafat yang meliputi radikal, integral dan sistematis.
Berfilsafat adalah berfikir, namun tidak semua berfikir adalah berfilsafat. Berfikir filsafat mempunyai karakteristik, diantaranya akan dijelaskan sebagai berikut[4].

1.      Radikal
Berfilsafat berarti berfikir radikal. Filsuf adalah pemikir yang radikal. Karena berfikir secara radikal, ia tidak akan pernah berhenti hanya pada suatu wujud realitas tertentu. Keradikalan berfikirnya itu akan senantiasa mengobarkan hasratnya untuk menemukan realitas seluruh kenyataan, berarti dirinya sendiri sebagai suatu realitas telah termasuk ke dalamnya sehingga ia pun berupaya untuk mencapai akar pengetahuan tentang dirinya sendiri. .
Telah jelas bahwa artinya berfikir radikal bisa diartikan berfikir sampai ke akar-akarnya, tidak tanggung-tanggung, sampai kepada konsekuensinya yang terakhir. Berfikir itu tidak setengah-setengah, tidak berhenti di jalan tetap terus sampai ke ujungnya.
Berfikir radikal tidak berarti hendak mengubah, membuang atau menjungkirbalikkkan segala sesuatu, melainkan dalam arti sebenarnya, yaitu berfikir secara mendalam. Untuk mencapai akar persoalan yang dipermasalahkan. Berfikir radikal justru hendak memperjelas realitas.

2.      Integral
Integral yang berarti mempunyai kecenderungan untuk memperoleh pengetahuan yang utuh sebagai suatu keseluruha atau filsafat memandang objeknya secara integral.

3.      Sistematis
Sistematis disini artinya susunan dan urutan (hierarki), juga kaitan suatu masalah dengan materi atau masalah lain yang terdapat pada filsafat. Lantas, apa yang dimaksud dengan materi atau permasalahn filsafat dan bagai mana susunan dan hubungan satu masalah dengan masalah yang terjadi?
Menurut Langeveld (1959) mengajukan tiga masalah  pokok dalam filsafat yang melahirkan jenis jenis filsafat, disebut dengan problematika filsafat. Ketiga masalah tersebut antara lain:
a.       Masalah mengenal dan mengetahui atau cognition
b.      Masalah segala sesuatu atau metafisika
c.       Masalah penilaian dan aksiologi

C.    Ciri-ciri filsafat
Menurut Clarence I. Lewis seorang ahli logika mengatakan bahwa filsafat itu sesungguhnya suatu proses refleksi dari bekerjanya akal. Sedangkan sisi yang terkandung dalam proses refleksi adalah berbagai kegiatan atau problema  kehidupan manusia. Kegiatan atau problem tersebut terdapat beberapa ciri yang dapat mencapai derajat pemikiran filsafat yaitu[5]:

1)      Sangat umum dan universal
Pemikiran filsafat mempunyai kecenderungan sangat umum dan tingkat keumumannya sangat tinggi. Karena pemikiran filsafat tidak bersangkutan dengan obyek-obyek khusus, akan tetapi bersangkutan dengan konsep-konsep yang sifatnya umum. Misalnya tentang manusi, tentang keadilan , tentang kebebasan dan lainnya.

2)      Tidak faktual
Pengertian tidak factual kata lainnya adalah spekulatif, yang artinya filsafat membuat dugaan-dugaan yang masuk akal mengenai sesuatu dengan tidak berdasarkan ada bukti. Hal ini sebagai sesuatu hal yang melampaui batas.

3)      Bersangkutan dengan nilai
C. J. Ducasse mengatakan bahwa filsafat merupakan usaha untuk mencari pengetahuan berupa fakta-fakta yang disebut penilaian. Yang dibicarakan dalam penilaian adalah tentang baik buruk, dan akhirnya filsafat filsafat sebagai suatu usaha untuk mempertahankan nilai. Selanjutnya, Ducasse menyatakan bahwa tugas filsafat dewasa ini memberikan patokan-patokan dan membicarakan persoalan-persoalan moral yang disajikan pada manusia oleh lingkungan sosialnya.[6]
            The Liang Gie menyatakan, “kata nilai dalam etika tradisional diartikan sebagai baik dan buruk. Secara luas, nilai adalah cita-cita dan cita-cita yang mutlak terkenal dalam filsafat  adalah hal yang benar, hal yang baik, dan hal yang indah.[7]
4)      Berkaitan dengan arti
di atas telah dikemukakan bahwa nilai selalu dipertahankan dan dicari. Sesuatu yang bernilai tentu di dalamnya penuh dengan arti. Agar upaya para filosof dalam mengungkapkan ide-idenya agar syarat dengan arti, maka para filosof harus dapat menciptakan kalimat-kalimat yang logis dan bahasa yang tepat(ilmiah), kesemuanya itu berguna untuk menghindari adanya kesalahan.




















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

Disina ditegaskan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan memikirkan segala sesuatunya secara mendalam dan sungguh-sungguh, serta radikal sehingga mencapai hakikat segala situasi tersebut. Filsafat mengantarkan manusia untuk lebih jernih, mendasar dan bijaksana dalam berfikir, bersikap, berkata, berbuat dan mengambil kesimpulan.
Ada beberapa bentuk karakteristik dalam filsafat ilmu, diantaranyam adalah teori korespondensi, teori koherensi, teori pragmatism dan teori agama. Ketiga teori pertama mempunyai perbedaan paradigm. Teori koherensi mendasarkan diri pada kebenaran rasio, teori korespondensi pada kebenaran factual, dan teori fragmatisme pada fungsi dan kegunaan kebenaran itu sendiri
Manusia dalam memperoleh pengetahuan dalam perkembangannya melalui sumber-sumber dari sebuah Ilmu. Dan dalam menentukan sebuah ilmu ada beberapa teori sebagai ukuran kebenaran dari suatu ilmu tersebut.













DAFTAR PUSTAKA

Suriasumantri. Jujun S., 2009.  Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
Anshari, Endang saifuddin. 1981. Ilmu, filsafat dan agama. Bandung: bina ilmu
Sudarsono, Drs., S.H., M.Si.,2001, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, Jakarta, Rineka Cipta
Sumantri Surya. 1994. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Tafsir, Prof. Dr. Ahmad, 2006, Filsafat Ilmu, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya Bandung











 
 

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya. Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang diberi judul “Karakteristik Filsafat Ilmu dan Ukuran Kebenarannya”, sebagai salah satu tugas dari mata kuliah Filsafat Umum.
Makalah ini dibuat dengan harapan penulis dapat dipergunakan oleh siapa saja baik itu di lingkungan Universitas Wiralodra maupun masyarakat sekitar kampus, adapun tujuan penulis membuat makalah ini supaya bisa menjadi salah satu sumber bacaan penambah wawasan kita untuk lebih mengenal lagi tentang bagaimana berfikir secara filsafat dan dapat mengetahui bentuk karakteristik filsafat ilmu dan bagaimana ukuran kebenaranya. dengan adanya makalah ini mudah-mudahan menjadi sumber pengetahuan yang berguna bagi banyak orang.
Kepada Bpk. Murip Yahya,Drs,M.Pd dan Bpk. Suhendrik,S.Pd.I selaku dosen dan Asisten Dosen mata kuliah Filsafat Ilmu, yang telah memberikan pengarahan tentang tugas untuk menyusun makalah ini, penulis mengucapkan terimakasih.
Dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, maka penulis mengharapkan ada masukkan yang membangun kepada penulis dari para pembaca semuanya demi perbaikan yang lebih baik lagi untuk kedepannya.
Kepada para pembaca kami mengucapkan terima kasih, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Amin.






i
 
 

DAFTAR ISI

Kata Pengantar .........................................................................................         i
Daftar Isi.....................................................................................................         ii
PENDAHULUAN
A.       Latar  Belakang...............................................................................         1
B.       Rumusan masalah...........................................................................         2
C.       Tujuan.............................................................................................         2
BAB II PEMBAHASAN
A.       Filsafat Ilmu....................................................................................         3
1.      Ukuran Kebenaran Filsafat Ilmu..............................................         3
2.      Teori Kebenaran Filsafat Ilmu..................................................         4
B.       Karakteristik  Filsafat Ilmu.............................................................         7
1.      Radikal .....................................................................................         7
2.      Integral......................................................................................         8
3.      Sistematis..................................................................................         8
C.       Ciri-ciri Filsafat...............................................................................         8
1.      Universal..................................................................................         9
2.      Tidak Faktual...........................................................................         9
3.      Bersangkutan dengan nilai.......................................................         9
4.      Berkaitan dengan arti...............................................................         10
BAB III PENUTUP
A.       kesimpulan .....................................................................................         11
ii
 
DAFTAR PUSTAKA


[1] Sumantri Surya. 1994. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
[2] Sudarsono, Drs., S.H., M.Si.,2001, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, Jakarta, Rineka Cipta
[3] Anshari, Endang saifuddin. 1981. Ilmu, filsafat dan agama. Bandung: bina ilmu

[4]  Suriasumantri. Jujun S., 2009.  Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
[5] Suriasumantri. Jujun S., 2009.  Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
[6]  Curt John Ducasse, Philosophi as a Science, Cet. 1941
[7]  The Liang Gie, Suatu Konsepsi Kearah Penertiban Bidang Filsafat, Karya Kencana,       Yogyakarta, 1997, h. 67.

0 comments:

Proudly Powered by Blogger.