Category

Welcome Guys

Pages

Send Quick Massage

Name

Email *

Message *

ads

Saturday, September 26, 2015

KURANGNYA PERHATIAN PELAYANAN KESEHATAN PADA LANSIA DI WILAYAH INDRAMAYU

by Unknown  |  in Makalah at  10:45 PM


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Keadaan masyarakat Indonesia yang beragam sangat dipengaruhi oleh perkembangan masyarakat dari usia dini.  Pemerintah telah memperhatikan kelangsungan pekembangan usia dini ini dengan mengoptimalkan berbagai bentuk pengembangan di usia muda, seperti peningkatan mutu pendidikan, pengembangan pola-pola intelektual, pola pendidikan moral dan banyak aspek lainnya. Hal ini tentu saja menggembirakan, meskipun tidak bisa menjadi jaminan bahwa upaya tersebut dapat meningkatkan kualitas generasi selanjutnya.
Begitu besar perhatian pemerintah kepada generasi muda, dengan harapan akan membuat bangsa ini menjadi baik. Pemerintah begitu intens memfokuskan pengembangan dan perbaikan pada anak-anak dan remaja, sesungguhnya melupakan keberadaan para lansia. Lansia sesungguhnya memiliki hak untuk mendapatkan apresiasi yang sama dengan usia produktif lainnya. Meskipun telah ada undang-undang yang difokuskan pada lansia yaitu UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, tetap saja para lansia ini menjadi hal yang terabaikan.
Lansia sering dianggap sebagai golongan yang lemah, tetapi sesungguhnya lansia memiliki peran yang berarti bagi masyarakat. Lansia memiliki penalaran moral yang bagus untuk generasi dibawahnya. Lansia memiliki semacam gairah yang tinggi karena secara alami, manusia akan cenderung memanfaatkan masa-masa akhirnya secara optimal untuk melakukan pewarisan nilai dan norma. Hal ini justru mempermudah kita untuk membina moral anak-anak.
Namun sebelum kita merasakan keberadaan lansia yang sebenarnya dapat membantu pembelajaran moral ini, kita senantiasa menganggap bahwa lansia adalah simbol yang merepotkan dan kurang kontribusi. Hal ini dikarenakan kita sendiri kurang mengapresiasi para lansia tersebut, sehingga tidak jarang para lansia itu terlantar meskipun mempunyai keluarga. Banyak keluarga yang karena kesibukannya terkesan melalaikan orang tua dan memasukkannya ke panti jompo (Hardin and Hudson, 2005).
Masa lanjut usia adalah masa dimana individu dapat merasakan kesatuan, integritas, dan refleksi dari kehidupannya. Jika tidak, ini akan menimbulkan ketimpangan dan bahkan dapat mengakibatkan patologis, semacam penyakit kejiwaan (Latifah, 2010). Jika ini terjadi maka keadaan masyarakat juga terganggu, dimana lansia sebagai penguat transformator nilai dan norma berkurang, baik secara kualitas dan kuantitas. Banyak contoh yang terjadi dimasyarakat kita, dimana lansia berlaku yang kurang sopan atau bahkan kurang beradab sehingga secara tidak langsung akan mengganggu ketentraman kehidupan bermasyarakat. Lansia di Indonesia, menurut Depkomindo 2010, pada tahun 2008 berjumlah 23 juta orang, sedangkan lansia yang terlantar mencapai 1,7 juta sampai 2 juta orang.
Dari berbagai kejadian yang ada, kita harusnya sadar bahwa sudah saatnya kita mengapresiasi para lansia dengan bersikap adil, yang tidak dapat disamakan dengan perlakuan kita terhadap anak-anak dan para remaja. Kita seharusnya mempunyai mekanisme untuk memberdayakan lansia sesuai dengan umur mereka, membantunya melalui tahap perkembangan, dan menyertakannya dalam proses transformasi pendidikan moral. Dengan demikian mereka tidak merasa terabaikan.
Seiring dengan meningkatnya populasi lansia, pemerintah telah berusaha merumuskan berbagai kebijakan untuk usia lanjut tersebut, terutamanya pelayanan dibidang kesehatan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan keberadaannya.
Wujud dari usaha pemerintah ini adalah dicanangkannya pelayanan bagi lansia melalui beberapa jenjang yaitu pelayanan kesehatan ditingkat masyarakat adalah Posyandu Lansia. Pelayanan kesehatan lansia tingkat dasar adalah Puskesmas, dan pelayanan tingkat lanjutan adalah Rumah Sakit.
Dengan demikian, posyandu lansia sangat kita perlukan, dimana posyandu lansia ini dapat membantu lansia sesuai dengan kebutuhannya dan pada lingkungan yang tepat, sehingga para lansia tidak merasa lagi terabaikan didalam masyarakat.

B.       Tujuan
1.      Terpenuhinya kebutuhan jasmani, rohani, sosial dan psikologis lanjut usia secara memadai serta teratasinya masalah-masalah akibat usia lanjut.
2.      Terlindunginya lanjut usia dari perlakuan yang salah
3.      Terlaksananya kegiatan-kegiatan yang bermakna bagi lanjut usia.
4.      Terpeliharanya hubungan yang harmonis antara lanjut usia dengan keluarga dan lingkungan.
5.      Terbentuknya keluarga dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab pelayanan terhadap lanjut usia.
6.      Melembaganya nilai-nilai penghormatan terhadap lanjut usia.
7.      Tersedianya pelayanan alternative diluar pelayanan panti sosial bagi lanjut usia.























BAB II
ANALISIS
A.     Fase 1
Berdasarkan usianya, organisasi kesehatan dunia (WHO) mengelompokan usia lanjut menjadi empat macam, meliputi:
a.       Usia pertengahan (middle age), kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
b.      Usia lanjut (elderly), kelompok usia antara 60 sampai 70 tahun.
c.       Usia lanjut usai (old), kelompok usia antara 75 sampai 90 tahun.
d.      Usia tua (veryold), kelompok usia diatas 90 tahun
Meskipun batasan usia sangat beragam untuk menggolongkan lansia namun perubahan-perubahan akibat dari usia tersebut telah dapat diindentifikasi, misalnya perubahan pada aspek fisik berupa perubahan neurologis & sensorik, perubahan visual, perubahan pendengaran. Perubahan-perubahan tersebut dapat menghambat proses penerimaan & interpretasi terhadap maksud komunikasi. Perubahan ini juga menyebabkan klien lansia mengalami kesulitan dalam berkomunikasi. Belum lagi perubahan kognitif yang berpengaruh pada tingkat intelegensia, kemampuan belajar, daya memori dan motivasi klien.
Perubahan emosi yang sering nampak adalah berupa reaksi penolakan terhadap kondisi yang terjadi. Gejala-gejala penolakan tersebut misalnya:
a.       Tidak percaya terhadap diagnosa, gejala, perkembangan serta keterangan yang diberikan petugas kesehatan
b.      Mengubah keterangan sedemikian rupa, sehingga diterima keliru
c.       Menolak membicarakan perawatannya di rumah sakit
d.      Menolak ikutserta dalam perawatan dirinya secara umum, khususnya tindakan yang langsung mengikutsertakan dirinya
e.       Menolak nasehat-nasehat misalnya, istirahat baring, berganti posisi tidur, terutama bila nasehat tersebut demi kenyamanan klien

B.       Fase II
Kesehatan pada lansia :
Ø  Kurang bergerak: gangguan fisik, jiwa, dan faktor lingkungan dapat menyebabkan lansia kurang bergerak. Penyebab yang paling sering adalah gangguan tulang, sendi dan otot, gangguan saraf, dan penyakit jantung dan pembuluh darah.
Ø  Instabilitas: penyebab terjatuh pada lansia dapat berupa faktor intrinsik (hal-hal yang berkaitan dengan keadaan tubuh penderita) baik karena proses menua, penyakit maupun faktor ekstrinsik (hal-hal yang berasal dari luar tubuh) seperti obat-obat tertentu dan faktor lingkungan.
Ø  Beser: beser buang air kecil (bak) merupakan salah satu masalah yang sering didapati pada lansia, yaitu keluarnya air seni tanpa disadari, dalam jumlah dan kekerapan yang cukup mengakibatkan masalah kesehatan atau sosial. Beser bak merupakan masalah yang seringkali dianggap wajar dan normal pada lansia, walaupun sebenarnya hal ini tidak dikehendaki terjadi baik oleh lansia tersebut maupun keluarganya.
Ø  Gangguan intelektual: merupakan kumpulan gejala klinik yang meliputi gangguan fungsi intelektual dan ingatan yang cukup berat sehingga menyebabkan terganggunya aktivitas kehidupan sehari-hari.
Ø  Infeksi:  merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting pada lansia, karena selain sering didapati, juga gejala tidak khas bahkan asimtomatik yang menyebabkan keterlambatan di dalam diagnosis dan pengobatan serta risiko menjadi fatal meningkat pula. Beberapa faktor risiko yang menyebabkan lansia mudah mendapat penyakit infeksi karena kekurangan gizi, kekebalan tubuh:yang menurun, berkurangnya fungsi berbagai organ tubuh, terdapatnya beberapa penyakit sekaligus (komorbiditas) yang menyebabkan daya tahan tubuh yang sangat berkurang. Selain daripada itu, faktor lingkungan, jumlah dan keganasan kuman akan mempermudah tubuh mengalami infeksi.
Ø  Gangguan pancaindera, komunikasi, penyembuhan, dan kulit: akibat prosesd menua semua pancaindera berkurang fungsinya, demikian juga gangguan pada otak, saraf dan otot-otot yang digunakan untuk berbicara dapat menyebabkn terganggunya komunikasi, sedangkan kulit menjadi lebih kering, rapuh dan mudah rusak dengan trauma yang minimal.
Ø  Sulit buang air besar (konstipasi): beberapa faktor yang mempermudah terjadinya konstipasi, seperti kurangnya gerakan fisik, makanan yang kurang sekali mengandung serat, kurang minum, akibat pemberian obat-obat tertentu dan lain-lain. Akibatnya, pengosongan isi usus menjadi sulit terjadi atau isi usus menjadi tertahan. Pada konstipasi, kotoran di dalam usus menjadi keras dan kering, dan pada keadaan yang berat dapat terjadi akibat yang lebih berat berupa penyumbatan pada usus disertai rasa sakit pada daerah perut

Ø  Depresi: perubahan status sosial, bertambahnya penyakit dan berkurangnya kemandirian sosial serta perubahan-perubahan akibat proses menua menjadi salah satu pemicu munculnya depresi pada lansia


Ø  Kurang gizi: kekurangan gizi pada lansia dapat disebabkan perubahan lingkungan maupun kondisi kesehatan. Faktor lingkungan dapat berupa ketidaktahuan untuk memilih makanan yang bergizi, isolasi sosial (terasing dari masyarakat) terutama karena gangguan pancaindera, kemiskinan, hidup seorang diri yang terutama terjadi pada pria yang sangat tua dan baru kehilangan pasangan hidup, sedangkan faktor kondisi kesehatan berupa penyakit fisik, mental, gangguan tidur, alkoholisme, obat-obatan dan lain-lain.
Ø  Tidak punya uang: dengan semakin bertambahnya usia maka kemampuan fisik dan mental akan berkurang secara perlahan-lahan, yang menyebabkan ketidakmampuan tubuh dalam mengerjakan atau menyelesaikan pekerjaannya sehingga tidak dapat memberikan penghasilan.
Untuk dapat menikmati masa tua yang bahagia kelak diperlukan paling sedikit tiga syarat, yaitu :memiliki uang yang diperlukan yang paling sedikit dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, memiliki tempat tinggal yang layak, mempunyai  peranan di dalam menjalani masa tuanya.
Ø  Penyakit akibat obat-obatan: salah satu yang sering didapati pada lansia adalah menderita penyakit lebih dari satu jenis sehingga membutuhkan obat yang lebih banyak, apalagi sebahagian lansia sering menggunakan obat dalam jangka waktu yang lama tanpa pengawasan dokter dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat pemakaian obat-obat yaqng digunakan.
Ø  Gangguan tidur: dua proses normal yang paling penting di dalam kehidupan manusia adalah makan dan tidur. Walaupun keduanya sangat penting akan tetapi karena sangat rutin maka kita sering melupakan akan proses itu dan baru setelah adanya gangguan pada kedua proses tersebut maka kita ingat akan pentingnya kedua keadaan ini.
Ø  Daya tahan tubuh yang menurun: daya tahan tubuh yang menurun pada lansia merupakan salah satu fungsi tubuh yang terganggu dengan bertambahnya umur seseorang  walaupun tidak selamanya hal ini disebabkan oleh proses menua, tetapi dapat pula  karena berbagai keadaan seperti penyakit yang sudah lama diderita (menahun) maupun penyakit yang baru saja diderita (akut) dapat menyebabkan penurunan daya tahan tubuh seseorang. Demikian juga penggunaan berbagai obat, keadaan gizi yang kurang, penurunan fungsi organ-organ tubuh dan lain-lain.
Ø  Impotensi: merupakan ketidakmampuan untuk mencapai dan atau mempertahankan ereksi yang cukup untuk melakukan sanggama yang memuaskan yang terjadi paling sedikit 3 bulan.  
C.      Fase III
Perilaku dan gaya hidup dan lingkungan lansia :
Ø  Pola makanan yang tidak seimbang antara asupan dengan kebutuhan baik jumlah maupuin jenis makanannya, seperti makan makanan tinggi lemak, kurang mengkonsumsi sayuran dan buah dan sebagainya. Selain itu,makanan yang melebihi kebutuhan tubuh yang bisa menyebabkan obesitas atau kegemukan.
Ø  Kurangnya berolahraga Akibatnya, timbul penyakit yang sering diderita antara lain diabetes militus atau kencing manis, penyakit jantung, hipertensi, kanker atau keganasan dan lain-lain.
Ø  Pola hidup yang tidak sehat seperti merokok
Ø  Lingkungan keluarga yang kurang memperhatikan para lansia.

D.      Fase IV
a.      Factor predisposisi
Ø  Pola makanan yang tidak seimbang antara asupan dengan kebutuhan baik jumlah maupuin jenis makanannya, seperti makan makanan tinggi lemak, kurang mengkonsumsi sayuran dan buah dan sebagainya. Selain itu,makanan yang melebihi kebutuhan tubuh yang bisa menyebabkan obesitas atau kegemukan.
Ø  Kurangnya berolahraga Akibatnya, timbul penyakit yang sering diderita antara lain diabetes militus atau kencing manis, penyakit jantung, hipertensi, kanker atau keganasan dan lain-lain.
Ø  kurangnya pengetahuan lansia mengenai penyakit-penyakit lansia
Ø  kurangnya pengetahuan lansia tentang PHBS
b.      Factor pemungkin 
Ø  Kurangnya sarana dan prasarana untuk lansia
Ø  Tidak terjangkaunya pelayanan kesehatan untuk lansia
Ø  Pengobatan untuk lansia yang terbilang cukup mahal
Ø  Kurangnya program-program penyehatan lansia
Ø  Karena sudah pension jadi kebanyakan lansia banyak yang ekonominya rendah.
c.       Factor penguat
Ø  Kurangnya perhatian keluarga
Ø  Keluarga menganggapnya sebagai beban
Ø  Kurangnya kasih saying yang diberikan oleh keluarga

E.       Fase V
Pendidikan kesehatan pada lansia :
Pokok-pokok kegiatannya sebagai berikut:
  1. Olahraga secara teratur minimal 3 kali dalam seminggu yakni berjalan kaki, kalau bisa dengan kecepatan 6 km/jam selama 45 menit sampai 1 jam setiap kalinya. Kecepatan ini disesuaikan dengan kemampuan, yang terpenting adalah teraturnya olahraga tersebut dijalankan.
  2. Diet dengan pedoman sebagai berikut :
a.       Susunan makanan yang beraneka ragam,
b.      Mengurangi konsumsi gula,
c.       Mengurangi konsumsi garam,
d.      Membatasi  konsumsi lemak,
e.       Meningkatkan serat dan pati sebagai sumber kalori
f.       Untuk menjaga disiplin, kiat yang dapat dijalankan adalah 3 kali seminggu pada hari senin, Rabu, Jumat tidak mengkonsumsi sama sekali makanan hewani. Sedangkan pada hari-hari lainnya berpedoman kepada apa ang disebutkan di atas.

Dalam kaitanya dengan mental, diusahakan:
  1. Tetap aktif secara mental,
  2. Tetap aktif dalam kehidupan sosial,
  3. Menerima proses menjadi tua dengan ikhlas dan menyesuaikan diri dengan realitas,
  4. Menjahui polusi mental,
  5. Meningkatkan kehidupan spiritual.









BAB III
RANCANGAN EVALUASI


A.     Planning Of Action
Pemberdayaan tidak  hanya masalah pembangkitan kesadaran, tetapi juga upaya mengubah keadaan kehidupan material orang-orang yang tertindas dan lemah dalam masyarakat. Menurut Mas’ud (1993) upaya untuk memperkuat posisi seseorang melalui penumbuhan kesadaran dan kemampuan individu. Untuk mengidentifikasi persoalan yang dihadapi dan memikirkan langkah-langkah untuk mengatasinya. Menurut Tjandraningsih (1995), merupakan suatu proses perubahan dari ketergantungan kepada kemandirian, melalui perwujudan kemampuan  yang dimiliki. Menurut Sumodiningrat (1996) Usaha pemberdayaan didasari filsafat tentang akan hak dan kewajiban manusia, serta adanya anggapan bahwa manusia mempunyai potensi atau kemampuan daya yang dapat dikembangkan.
Dengan demikian pemberdayaan merupakan usaha untuk memberi daya atau kekuatan agar lansia memiliki kemandirian terutama dalam aspek fisik, maka perlu diberdayakan fisiknya dengan cara meningkatkan kebugaran jasmani. Kebugaran yang mampu memberi kesanggupan atau kemampuan kepada seseorang untuk menjalankan hidup produktif dan dapat menyesuaikan diri dengan beban fisik yang layak.
Pemberdayaan memiliki berbagai tujuan adalah :
1.         Agar individu memiliki keberdayaan, yaitu kemampuan individu untuk membangun diri agar sehat fisik, mental, terdidik, kuat, memiliki nilai-nilai yang instrinsik yang menjadi sumber keberdayaan.
2.         Agarindividu dapat bertahan (survive) dalam pengertian yang dinamis, mengembangkan diri dan meningkatkan harkat dan martabat manusia.
3.         meningkatkan kemampuan dan kemandirian manusia.
Perubahan sikap tingkah laku dan status menurut Sumodiningrat (1996) , Untuk mencapai keberdayaan dapat diupayakan dengan :
1.         Menciptakan iklim atau suasana yang memungkinkan potensinya berkembang.
2.         Memperkuat potensi yang telah dimiliki.
3.         Melindungi dan mencegah yang lemah menjadi lemah.
4.         Melalui latihan praktik secara langsung melalui proses belajar.
Lanjut usia, menjadi tua merupakan proses alami yang dialami oelah semua makhluk. Pada manusia proses tersebut ditandai oleh menurunnya beberapa aspek, terutama aspek physiologis, psikis dan fungsi-fungsi sensio motorik (Prawiro Husodo, 1991), sedangkan aspek lainnya yang dipengaruhi oleh pengalaman malah justru meningkat (Munandar, 1989). Dalam  hal ini dikenal dua teori yang menerangkan manusia dengan kegiatannya yaitu teori disangegement dan teori aktivity (Suardiman, 1995). Teori yang pertama mengatakan bahwa semakin tinggi usia manusia akan diikuti secara berangsur-angsur oleh semakin mundurnya interaksi sosial, fisik dan emosi dengan kehidupan di dunia, sedangkan dengan teori yang  kedua mengatakan bahwa semakin tua akan semakin memelihara hubungan fisik, sosial dan emosionalnya.
Jika lansia lebih bugar secara fisiknya maka akan memberi harapan hidup lebih lama, dan tidak akan merepotkan keluarganya serta dalam hubungannya dengan kesehatan, lansia akan lebih ekonomis dalam pemeliharaan kesehatannya.
Menurut Nitisemito (1984) pengertian pelatihan (training) yaitu sebagai suatu kegiatan dari suatu lembaga yang bertujuan untuk memperbaiki dan mengambangkan sikap, tingkah laku dan keterampilan serta pengetahuan.
Menurut Soekidjo Notoatmojo (1991) pelatihan adalah merupakan upaya untuk pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) terutama untuk pengembangan aspek kemampuan intelektual dak kepribadian manusia.
Senam Lansia Bugar (SLB) adalah suatu bentuk senam kebugaran yang diperuntukkan para lanjut usia (Lansia) sehingga bentuk kegiatan latihannya disesuaikan dengan orang lanjut usia. Sehingga pelatih atau instruktur yang baik harus memiliki beberapa kemampuan antara lain kemampuan fisik, psikis, pengendalian emosi, sosial serta kemampuan untuk dapat mewujudkan kemampuan-kemampuan yang dilandasi oleh tanggung jawab dan pengabdian.
Metode Kegiatan PPM
Metode yang diperguanakan dalam proses pelatihan terdiri dari:
a.       Metode ceramah : untuk menjelaskan tentang materi yang akan diberikan yaitu mengenai Senam Lansia Bugar (SLB) beserta manfaatnya baik secara fisik, psykis dan ekonomis.
b.      Metode Demonstrasi : mendemonstrasikan gerakan gerakan Senam Lansia Bugar (SLB), yang diikuti oleh peserta.
c.       Metode Komando : untuk memberi komado atau aba-aba dalam pelaksanaan pelatihan Senam Latihan Bugar (SLB).
d.      Metode Resiprokal : metode dengan ciri ada pelaku dan pengamatnya, sehingga peserta bisa saling melakukan dan saling menilai terhadap temannya
Langkah-Langkah Kegiatan PPM
A.    Persiapan
      Tahap persiapan yang dilakukan meliputi pembuatan proposal dan observasi awal. Hal ini dimanfaatkan untuk menunggu pengumuman hasil proposal yang diterima/yang tidak diterima.
B.     Seminar Proposal
      Tahap seminar proposal dan instrument dilaksanakan pada 26-4-2010. Beberapa masukan antara lain : latihan SLB diperjerjelas versi Jakarta atau Yogyakarta?. Apa indikator/tolok ukur keberhasilan SLB dan peningkataan Kebugaran Jasmani?. Jam pelatihan SLB diuraikan secara rinci.
C.     Pelaksanaan Kegiatan PPM
      Kegiatan PPM dilaksanakan pada 16 -17 Juli 2010, hari Jum’at dan sabtu. Pelaksanaan hari jumat dimulai lebih awal, mengingat waktunya pendek untuk sholat Jum’at
D.    Evaluasi Kegiatan PPM
      Evaluasi dilakukan segera setelah proses pelaksanaan pelatihan selesai berdasarkan kehadiran, keaktifan, penguasaan teknik & taktik, dan kesungguhan penampilan  serta terlaksana lomba senam dari hasil binaan peserta pelatihan yang direncanakan dalam rangka hari jadi kabupaten dan memperingati hari kemerdekaan RI.
E.     Seminar Hasil Kegiatan PPM
Seminar akhir dilaksanakan pada tanggal 20 Sepetember 2010 di LPM, dengan masukan  bahwa lomba senam yang diadakan oleh kecamatan Gantiwarno tidak sebagai tindak lanjut tetapi dimasukkan dalalm program PPM.


B.          Materi Promosi Kesehatan
Metode yang diperguanakan dalam proses pelatihan terdiri dari:
e.       Metode ceramah : untuk menjelaskan tentang materi yang akan diberikan yaitu mengenai Senam Lansia Bugar (SLB) beserta manfaatnya baik secara fisik, psykis dan ekonomis.
f.       Metode Demonstrasi : mendemonstrasikan gerakan gerakan Senam Lansia Bugar (SLB), yang diikuti oleh peserta.
g.      Metode Komando : untuk memberi komado atau aba-aba dalam pelaksanaan pelatihan Senam Latihan Bugar (SLB).
h.      Metode Resiprokal : metode dengan ciri ada pelaku dan pengamatnya, sehingga peserta bisa saling melakukan dan saling menilai terhadap temannya










BAB IV
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Keadaan masyarakat Indonesia yang beragam sangat dipengaruhi oleh perkembangan masyarakat dari usia dini.  Pemerintah telah memperhatikan kelangsungan pekembangan usia dini ini dengan mengoptimalkan berbagai bentuk pengembangan di usia muda, seperti peningkatan mutu pendidikan, pengembangan pola-pola intelektual, pola pendidikan moral dan banyak aspek lainnya. Hal ini tentu saja menggembirakan, meskipun tidak bisa menjadi jaminan bahwa upaya tersebut dapat meningkatkan kualitas generasi selanjutnya.





0 comments:

Proudly Powered by Blogger.