Category

Welcome Guys

Pages

Send Quick Massage

Name

Email *

Message *

ads

Saturday, September 26, 2015

by Unknown  |  in LAPORAN STUDI KASUS at  10:00 PM


BAB I
PENDAHULUAN

  
A.       Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih tinggi yaitu (AKI) 300 per 100.000 kelahiran hidup. Jika perkiraan persalinan di Indonesia sebesar 5.000.000 orang maka akan terdapat sekitar 15.000 sampai 15.500 kematian ibu setiap tahunnya atau setiap 30 sampai 40 menit. Jumlah kematian perinatal sekitar 40/1000 artinya jumlah absolut 200.000 orang atau setiap 2 – 2,5 menit. (Manuaba, 2010 : 3)
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi (AKB) mencapai 32 per 1000 kelahiran hidup. Sedangkan jumlah bayi yang meninggal di Indonesia berdasarkan estimasi SDKI 2012 mencapai 160.681 anak. (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2012)
AKI dan AKB di Jawa Barat yang masih tergolong tinggi dibandingkan dengan Provinsi lain yang ada di Indonesia. Namun, sudah terjadi penurunan dari 850 kasus yang terjadi pada tahun 2011 menjadi 804 kasus pada tahun 2012, dan pada tahun 2013 menurun menjadi 781 kasus. Sedangkan untuk AKB pada 3 tahun terakhir sudah terjadi penurunan yaitu 5142 kasus pada tahun 2011 menjadi 4803 kasus pada tahun 2012 dan pada tahun 2013 menjadi 4306 kasus. (Dinkes Jawa Barat, 2013)
Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu pada tahun 2013, terdapat jumlah kematian ibu sebanyak 40 kasus, adapun penyebabnya yaitu PEB 20 kasus, infeksi 2 kasus, perdarahan 5 kasus, decom 4 kasus dan lain-lain 9 kasus. Sedangkan Angka Kematian Bayi berjumlah 128 kasus dengan penyebab diantaranya yaitu BBLR 128 kasus, asfiksi 73 kasus, infeksi 16 kasus, tetanus neonatorum 2 kasus, dan 116 kasus meninggal Karena penyebab lainya. (Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu, 2013)
Berdasarkan data dari Puskesmas Tukdana tahun 2014  terdapat 2 kematian ibu yang di sebabkan karena emboli paru dan eklampsia,  sedangkan kasus kematian bayi terdapat 15 kasus yang disebabkan oleh 5 IUFD, 1 dehidrasi, 3 BBLR, 1 Anenchepal , 1 Aspirasi/Tersedak, 2 Lahir Mati, 1 Hypotermi dan 1 Tetanus Neonatorum. (Data Puskesmas Tukdana, 2014)
Berdasarkan literatur yang kami temukan bahwa kematian ibu dan kematian bayi sebenarnya dapat dicegah apabila ibu hamil mempunyai kesadaran untuk memeriksakan kehamilannya secara berkala ditenaga kesehatan minimal 4 kali, bersalin di fasilitas kesehatan sesuai standar Asuhan Persalinan Normal (APN), serta melakukan asuhan nifas dan bayi baru lahir secara rutin dengan dipantau oleh tenaga kesehatan (bidan), untuk petugas kesehatan harus memberikan asuhan sesuai dengan standar dan pengadaan pelayanan kesehatan harus mudah dijangkau apabila terjadi kegawatdaruratan sehingga kematian ibu dan kematian bayi dapat dicegah.
Dengan demikian salah satu ujung tombak pelayanan kesehatan dasar bagi ibu dan bayi adalah peranan bidan sangat besar dalam memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif sejak hamil, persalinan, masa nifas dan asuhan bayi baru lahir.
Dari uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif sesuai dengan Standar Pelayanan Kebidanan pada Ny.R, 19 Tahun di Bidan Praktik Mandiri Wilayah Kerja Puskesmas Tukdana Indramayu tahun 2015.

B.       Identifikasi Masalah
Dari latar belakang tersebut, maka identifikasi masalahnya yaitu “Bagaimana asuhan kebidanan secara komprehensif kepada Ny. R 19 tahun sejak kehamilan 39 minggu, bersalin, nifas dan bayi baru lahir, sampai minggu di Bidan Praktik Mandiri Wilayah Kerja Puskesmas Tukdana Kabupaten Indramayu tahun 2015”?

C.       Tujuan
1.         Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif pada ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir sampai dengan 2 minggu dengan pendekatan manajemen kebidanan yang sesuai dengan standar pelayanan kebidanan dan di tuangkan dalam bentuk Subjektif, Objektif, Analisa, dan Penatalaksanaan (SOAP).


2.         Tujuan Khusus
a.         Mampu melakukan pengkajian pada ibu dalam masa kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir.
b.         Mampu menginterpretasikan data untuk mengidentifikasi diagnosa atau masalah pada ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir
c.         Mampu menegakkan diagnose atau masalah potensial yang terjadi pada ibu dalam masa kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir.
d.        Mampu menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera dengan mandiri/berkolaborasi pada ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir.
e.         Mampu menyusun rencana asuhan yang akan diberikan pada masa kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir.
f.          Mampu melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan masalah kebutuhan pada waktu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir.
g.         Mampu melakukan evaluasi hasil asuhan pada ibu hamil, bersalin. Nifas dan bayi baru lahir.

D.       Ruang Lingkup
Asuhan ini di batasi Asuhan Kebidanan sejak  usia kehamilan 39 minggu, bersalin, nifas dan bayi baru lahir sampai dengan 2 minggu yang dilakukan dari tanggal 20 Maret sampai dengan 07 April 2015 di Bidan Praktik Mandiri Desa Bangodua, Kecamatan Tukdana, Kabupaten Indramayu tahun 2015.


E.       Manfaat Penelitian
1.         Bagi Peyusun
Bisa menerapkan ilmu dan keterampilan dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir.
2.         Bagi Institusi Kesehatan/Puskesmas
Sebagai masukan tentang pelaksanaan Asuhan Kebidanan Komperhensif pada ibu hamil, bersalin, nifas serta bayi baru lahir dan saran yang membangun untuk peningkatan pelayanan kesehan ibu dan anak sesuai standar pelayanan.
3.         Bagi Pendidikan
Dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dan penilaian terhadap mahasiswa dalam menerapan teori yang telah didapat pada masa kuliah ke tatanan nyata dilapangan terutama dalam melakukan asuhan kebidanan secara komprhensif melalui pendekatan manajemen kebidanan.
4.         Bagi Klien
Agar klien dapat mengetahui keadaan kesehatannya, juga mendapatkan pelayanan yang komprehensif sesuai dengan standar pelayanan asuhan kebidanan.
=============================================================== 
BAB II
TINJAUAN TEORI


A.       Kehamilan
1.         Pengertian
Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilasi hingga lahirnya bati, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 50 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional(Prawirohardjo, 2010 : 213)
Kehamilan dibagi atas 3 triwulan (trimester) :                    
a.         Kehamilan triwulan I antara 0 – 12 minggu
b.         Kehamilan triwulan II antara 13 – 27 minggu
c.         Kehamilan triwulan III antara 28 – 40 minggu
(Prawihardjo, 2010 : 213)
2.     Tanda Pasti Kehamilan
a.     Terdapat denyut jantung janin (DJJ)
b.     Terasa gerakan janin
c.     Pada pemeriksaan USG terlihat adanya kantong kehamilan, ada gambaran embrio
d.    Pada pemeriksaan rotgen terlihat adanya rangka janin. (16 minggu)
(Sulistyawati, 2013 : 83)                                
3.    Perubahan Fisiologi Pada Kehamilan Trimester III
Ciri utama perkembangan janin pada trimester ke III adalah penyempurnaan struktur organ khusus atau detail dan penyempurnaan fungsi berbagai sistem organ. Satu ciri perkembangan akhir masa janin adalah perlambatan pertumbuhan badan. Pada awal bulan ketiga, ukuran kepala merupakan  separuh ukuran kepala bokong crown-rump length (CRL). Akan tetapi, sejak awal bulan kelima, ukuran kepala relatif  berkurang sepertiga dari CRL, sampai pada saat lahir ukuran kepala hanya seperempat dari CRL, hal ini disebabkan peningkatan pertumbuhan badan dan ekstermitas, seiring penurunan pertumbuhan kepala. (Yulaikhah, 2009 : 45)
Pada ibu hamil trimester III perubahan-perubahan itu muncul sangat nyata, sehingga pada trimester III kunjungan minimal 2 kali, perubahannya adalah :
a.    Rahim dan uterus membesar
Rahim atau uterus yang semula besarnya sejempol atau beratnya 30 gram akan mengalami perubahan sehingga menjadi seberat 1000 gram saat akhir kehamilan. Otot rahim mengalami hyperplasia dan hipertrofi menjadi lebih besar, lunak, dan dapat mengikuti pembesaran rahim karena pertumbuhan janin. (Manuaba, 2010 : 85)
b.    Sistem Respirasi
Dalam keadaan istirahat, pernapasan orang dewasa normal berkisar 12-20 kali dalam satu menit. Untuk memelihara kesehatan ibu dan janin dalam kandungan, pada tubuh ibu hamil akan terjadi upaya mengompensasi pemasukan oksigen ke dalam tubuh ibu yang semula hanya untuk satu individu pada saat hamil menjadi dua individu dan 3-4 individu pada kehamilan ganda. Fungsi dan anatomi pernapasan juga berubah menjadi sebagian besar pernapasan dilakukan secara diagfragmatik. Diagfragma terkadang ke atas, sedangkan tulang rusuk lebih menonjol akibat adanya pembesaran uterus. Adanya peningkatan kadar hormon progesteron menyebabkan otot-otot polos alveoli menjadi rileks. Uterus menahan diagfragma dari bawah. Dengan demikian, pernapasan pada ibu hamil lebih dalam, namun frekuensi tidak berubah. (Mandriwati, 2012 : 72).
c.    Ovarium
Dengan terjadinya kehamilan, indung telur yang mengandung korpus luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai terbentuknya plasenta yang sempurna pada usia 16 minggu. (Manuaba, 2010 : 92)
d.   Vulva dan perineum
Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hiperemia terlihat jelas pada kulit dan otot-otot di perineum dan vulva, sehingga vagina akan terlihat berwarna keungu-unguan yang dikenal dengan tanda chadwick. (Prawirohardjo, 2010 : 178).
e.    Serviks
Pada saat kehamilan mendekati aterm, terjadi penurunan lebih lanjut dari konsentrasi kolagen. Konsentrasinya menurun secara nyata dari keadaan yang relatif dilusi dalam keadaan menyebar (dispersi) dan ter-remodel menjadi seratn lebih. Dispersi meningkat oleh peningkatan rasio dekorin terhadap kolagen. Penurunan konsentrasi kolagen lebih lanjut ini secara klinis terbukti dengan melunaknya serviks. (Prawirohardjo, 2010 : 177-178).
f.     Payudara
Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan payudaranya menjadi  lebih lunak. Setelah bulan kedua payudara akan bertambah ukurannya dan vena-vena di bahwa kulit akan lebih terlihat. Puting payudara lebih besar, kehitaman dan tegak. Ukuran payudara sebelum hamil tidak mempengaruhi hubungan dengan banyaknya air susu yang dihasilkan. (Prawirohardjo, 2010: 179)
g.    Sirkulasi darah
Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya
1)   Meningkatnya sirkulasi kebutuhan darah sehingga dapat memenuhi kebutuhan perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim.
2)   Terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkulasi retro plasenta.
3)   Pengaruh hormon estrogen dan progesteron semakin meningkat.
Akibat dari faktor-faktor di atas di jumpai beberapa perubahan peredaran darah seperti volume darah semakin meningkat, sel darah merah semakin meningkat untuk mengimbangi pertumbuhan janin dalam rahim.
(Manuaba, 2010 : 93).
h.    Perubahan metabolik
Sebagian besar penambahan berat badan selama kehamilan berasal dari uterus dan isinya. Kemudian payudara , volume darah, dan cairan ekstraselular. Diperkirakan selama kehamilan berat badan akan bertambah 12,5 kg (Prawirohardjo, 2010 : 180).
i.      Traktus urinarius
Pada awal kehamilan kandung kemih akan tertekan oleh uterus yang semakin membesar sehingga menimbulkan sering berkemih. Keadaan ini akan hilang dengan bertambahnya usia kehamilan bila uterus keluar dari rongga panggul. Pada akhir kehamilan jika kepala janin mulai turun ke pintu atas panggul, keluhan berkemih akan timbul kembali. (Prawirohardjo, 2010 : 185)
4.    Perubahan Psikologis Pada Ibu Hamil Pada Trimester III
Trimester III biasanya disebut periode menunggu dan waspada sebab pada saat itu ibu tida sabar menunggu kelahiran bayinya. Gerakan bayi dan membesarnya perut merupakan dua hal yang mengingatkan ibu akan bayinya. Kadang-kadang ibu merasa khawatir bahwa bayinya akan lahir sewaktu-waktu. Ini menyebabkan ibu meningkatkan kewaspadaannya akan timbulnya tanda dan gejala terjadinya persalinan pada ibu. Sering kali ibu merasa khawatir atau takut kalau bayi yang akan dilahirkannya tidak normal. Kebanyakan ibu juga akan bersikap melindungi bayinya dan akan menghindari orang atau benda apa saja yang dianggap membahayakan bayinnya. Seorang ibu mungkin mulai merasa takut akan rasa sakit bahaya fisik yang akan timbul pada waktu melahirkan. (Hani, 2014 : 69)
5.      Ketidaknyamanan Fisiologis Pada Kehamilan Trimester III
a.         Sering Berkemih
Hal tersebut disebabkan oleh penebalan rahim yang terisi janin dan terus membesar. Rahim tersebut berada di bawah kandung kemih sehingga menekan kandung kemih dan menimbulkan rangsangan untuk berkemih lebih awal, tanpa menunggu kandung kemih penuh seperti biasanya. Kejadian tersebut timbul kembali ketika trimester ke tiga kehamilan akibat bagian terendah janin(kepala atau bokong) turun ke dalam panggul dan menekan kandung kemih.(Astuti, 2011 : 30).
Kebutuhan fisiologis sering BAK, yaitu : KIE tentang penyebab sering BAK, kosongkan kandung kemih ketika ada dorongan, perbanyak minum pada siang hari, jangan kurangi minum dimalam hari kecuali mengganggu tidur dan mengalami kelelahan, hindari minum kopi atau teh sebagai diuresis, berbaring miring  kiri saat tidur untuk meningkatkan dieresis, tidak memerlukan pengobatan farmakologis. (Hani, 2014 : 59)
b.         Braxton-Hicks
Ibu hamil dapat merasakan kontraksi yang timbul sesekali, tepatnya berada di perut bagian bawah, misalnya perasaan nyeri dan tegang. Nyeri tersebut juga  dapat timbul secara tiba-tiba pada saat perut ibu dilakukan palpasi (periksa raba) dan saat periksa dalam (Astuti, 2011 : 32)
c.         Linea nigra dan Striae gravidarum
Terdapat garis pigmentasi dari simfisis pubis sampai ke  bagian atas fundus di garis tengah tubuh diinduksi hormone timbul (linea nigra). Terdapat juga tanda regangan yang timbul pada 50-90% wanita selama pertengahan kedua kehamilan yang dapat disebakan oleh kerja adenokortikosteroid, menunjukkan pemisahan jaringan ikat (kolagen)  dibawah kulit (striae gravidarum). Kebutuhan fisiolgis pada Linea nigra dan Striae gravidarum, yaitu : gunakan emollien luar atau antiprurutik menurut  indikasinya, gunakan/kenakan pakaian yang menopang payudara dan abdomen. (Hani, 2014 : 62)
d.        Hemoroid/ Varises vena
Disebabkan karena oleh kelemahan katup di vena yang mengembalikan darah ke jantung dari ekstremitas bawah sehingga varises vena dapat terjadi di tungkai, vulva, dan rectum. Selama kehamilan, ekstra volume darah yang bersirkulasi meningkatkan tekanan di dinding pembuluh darah dan progesteron merelaksasi dinding pembuluh darah. Berat dari uterus yang terus tumbuh menciptakan tekanan balik pada pembuluh darah panggul dan tungkai. Konstipasi memperburuk hemoroid. Kebutuhan fisiologis pada hemoroid, yaitu : hindari konstipasi dan mengejan ditolet, konsumsi asupan serat yang adekuat, hindari berdiri untuk periode waktu yang lama, jangan duduk dengan menyilangkan kaki, dapat juga digunakan krim hemoroid dengan merk tertentu. (Medforth, dkk. 2011 : 81-82)
6.         Pelayanan Asuhan Standar Minimal Asuhan Kehamilan Termasuk ”10 T”, Yaitu :
a.       Timbang Berat Badan dan ukur tinggi badan
Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin. Penambahan berat badan yang kurang dari 9 kilogram selama kehamilan atau kurang dari 1 kilogram setiap bulannya menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan janin.
Pengukuran tinggi badan pada pertama kali kunjungan dilakukan untuk menapis adanya faktor risiko pada ibu hamil. Tinggi badan ibu hamil kurang dari 145 cm meningkatkan risiko untuk terjadinya CPD (Cephalo Pelvic Disproportion)
b.         Ukur Tekanan Darah
Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah ≥ 140/90 mmHg) pada kehamilan dan prerklampsia (hipertensi disertai edema wajah dan atau tungkai bawah, dan atau proteinuria)
c.         Nilai status gizi (Ukur lingkar lengan atas)
Pengukuran LILA hanya dilakukan pada kontak pertama oleh tenaga kesehatan di trimester I untuk skrining ibu hamil berisiko Kurang Energi Kronis (KEK), disini maksudnya ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi dan telah berlangsung lama (ebeapa bulan/tahun) dimana LILA kurang dari 23,5 cm. ibu hamil dengan KEK akan dapat melahirkan bayi barat lahir rendah (BBLR)
d.        Ukur Tinggi Fundus Uteri
Pengukuran tinggi fundus uteri pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur kehamilan. Jika tinggi fundus uteri tidak sesuai dengan umur kehamilan, kemungkinan ada gangguan pertumbuhan janin. Standar pengukuran menggunakan pita ukur setelah kehamilan 24 minggu.
e.         Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin(DJJ)
Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui letak jain. Jika trimester III bagian terbawah janin bukan kepala, atau kepala janin belum masuk ke panggul berarti ada kelainan letak, panggul sempit atau ada masalah lain. DJJ lambat kurang dari 120 kali/menit atau DJJ cepat lebih dari 160 kali/menit menunjukkan adanya gawat janin.
f.          Skrining Status Imunisasi Tetanus dan berikan Imunisasi Tetanus Toxoid bila diperlukan.
Tabel 2.1
Interval dan Lama Perlindungan Imunisasi Tetanus Toksoid
Antigen
Interval
Lama Perlindangan
TT 1
Pada kunjungan antenatal pertama
-
TT 2
4 minggu setelah TT 1
3 tahun
TT 3
6 minggu setelah TT 2
5 tahun
TT 4
1 minggu setelah TT 3
10 tahun
TT 5
1 minggu setelah TT 4

            (Saifuddin, 2009 : 91)
g.         Beri Tablet tambah darah (tablet besi)
Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapat tablet tambah darah (tablet zat besi) dan Asam Folat minimal 90 tablet selama kehamilan yang diberikan sejak kontak pertama.
h.         Periksa laboratorium (rutin dan khusus)
Meliputi : pemeriksaan golongan darah, kadar Hemoglobin darah (Hb), protein dalam urin, kadar gula darah, pemeriksaan darah Malaria, tes Sifilis, tes HIV, dan pemeriksaan BTA.
i.           Tata laksana kasus
Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal diatas dan hasil pemeriksaan laboratoriun, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga kesehatan. Kasus-kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan. (Kemenkes RI, 2012 : 8-12)
j.      Temu wicara konseling
Suatu proses bantuan oleh bidan pada ibu hamil, yang dilaksanakan lewat tatap muka dalam bentuk wawancara, dengan tujuan untuk memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan kehamilannya, pemahaman diri tentang permasalahan yang sedang dihadapi, dan penyusunan rencana pemecahan masalah yang sesuai dengan kemampuan yang dimilki. (Mandriwati, 2011 : 166)                                           
7.         Tujuan Asuhan Kehamilan / Antenatal care
a.         Pengertian
Antenatal care adalah pengawasan sebelum persalinan terutama ditunjukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.
b.        Tujuan Antenatal care
1)        Mengenal dan menangani sedini mungkin penyulit yang terdapat saat kehamilan, persalinan dan nifas
2)        Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai kehamilan, persalinan dan kala nifas
3)        Memberikan nasehat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, kala nifas, laktasi dan aspek keluarga berencana
4)        Menurutkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal
c.         Jadwal Antenatal care
1)        Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui terlambat haid
2)        Pemeriksaan ulang :
a)        Setiap bulan sampai usia kehamilan 6-7 bulan
b)        Setiap 2 minggu sampai usia kehamilan 8 bulan
c)        Setiap 1 minggu sejak usia kehamilan 8 bulan sampai terjadi persalinan(Manuaba, 2010 : 110-111)                     
8.         Langkah-Langkah Asuhan Kehamilan
Pengkajian pada ibu hamil dapat dilakukan melalui anamnesa dan pemeriksaaan fisik juga pemeriksaan penunjang.
a.         Anamnesa
Anamnesis kehamilan adalah tanya jawab yang dilakukan oleh bidan dengan ibu hamil, untuk menggali data subjektif yang berkaitan dengan keadaan kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya. Tujuan pelaksanaan anamnesis kehamilan adalah mendeteksi komplikasi dan menyiapkan kelahiran dengan mempelajari keadaan kehamilan dan kelahiran terdahulu, kesehatan umum dan kondisi sosial ekonomi ibu sebagai persiapan menghadapi persalinan. Informasi atau data lengkap yang diperoleh dianalisis sehingga didapat apakah kehamilan ini normal atau dengan penyulit sehingga dapat direncanakan kebutuhan asuhan yang tepat bagi ibu. (Mandriwati, 2011 : 27)
1)        Data Subjektif
Data subjektif, berupa data fokus yang dibutuhkan untuk menilai keadaan ibu sesuai dengan kondisinya. Jenis data yang dikumpulkan adalah :
a)         Nama ibu dan Suami
Untuk dapat mengenal atau memanggil nama ibu dan untuk mencegah kekeliruan bila ada nama yang sama. (Suryati, 2011 : 162)

b)        Umur
Dalam kurun waktu reproduksi sehat, dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20 -30 tahun. (Suryati2011 : 162).
c)         Suku/Bangsa
Untuk mengetahui kondisi social budaya ibu yang mempengaruhi perilaku kesehatan. (Suryati2011 : 162).
d)        Agama
Dalam hal ini berhubungan dengan perawatan penderita yang berkaitan dengan ketentuan agama. Antara lain dalam keadaan yang gawat ketika memberi pertolongan dan perawatan dapat diketahui dengan siapa harus berhubungan, misalnya agama islam memanggil ustad dan sebagainya. (Suryati2011 : 162).
e)         Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat intelektual, tingkat pendidikan mempengaruhi sikap prilaku kesehatan seseorang. (Suryati2011 : 163).
f)         Pekerjaan
Hal ini untuk mengetahui taraf hidup dan social ekonomi agar nasehat kita sesuai. Pekerjaan ibu perlu diketahui untuk mengetahui apakah ada pengaruh pada kehamilan seperti bekerja di pabrik rokok, pecetakan ,dan lain-lain. (Suryati2011 : 163).
g)        Alamat
Untuk mengetahui ibu tinggal dimana, menjaga kemungkinan bila ada ibu yang namanya bersamaan ditanyakan alamatnya, agar dapat dipastikan ibu yang mana hendak ditolong itu. Alamat juga diperlukan bila mengadakan kunjungan kepada penderita. (Suryati ,2011 : 163).
2)        Data objektif
a)         Keadaan umum
Keadaan awal yang dapat di amati oleh bidan meliputi adanya kecemasan, kemarahan atau peka. Ibu kemungkinan juga mengalami distress karena kegagalan kontrasepsi, kemarahan yang tidak terselesaikan dapat menimbulkan perilaku tidak responsif.
b)        Kesadaran
Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran seseorang dan respon seseorang terhadap rangsangan dari lingkungan, tingkat kesadaran dibedakan menjadi : compos mentis, apatis, delirium, somnolen, stupor dan coma. (Hutari Puji, 2012 : 228)
c)         Tanda-tanda vital
(1)      Tekanan darah
Tekanan darah diukur dengan menggunakan alat tensimeter dan stetoskop. Tekanan darah normal, sistolik antara 110 sampai 140 mmHg dan diastolik antara 70 sampai 90 mmHg. Hipertensi jika tekanan sistolik sama dengan atau lebih 140 mmHg. Hipotensi jika tekanan darah sama dengan atau kurang dari 70 mmHg. (Hutari Puji, 2012 : 228-229)
(2)      Suhu
Dalam keadaan normal suhu badan berkisar 36,5-37,20C. Temperatur rektal 0,5-10C lebih tinggi dibanding dengan mulut. Dan suhu mulut lebih tinggi 0,50C dari suhu axila. Keadaan dimana suhu badan lebih dari 37,20C disebut demam atau febris. Sedangkan hipotermia yang penting jika suhu badan mencapai 350C. (Hutari Puji, 2012 : 229)
(3)      Diperkirakan nadi
Pemeriksaan nadi dilakukan dengan meraba pulsasi pada arteri di beberapa tempat, seperti : arteri carotis, arteri brachialis, arteri radialis, arteri femoralis, arteri dorsalis pedis dan lain-lain. Frekuensi nadi, normal : 60-100 kali/menit, takikardi >100 kali/menit dan bradikardi <60 kali/menit. (Hutari Puji, 2012 : 229)
(4)      Pernafasan atau respirasi
Frekuensi pernafasan normal : 16-24 kali/menit. Bila frekuensi pernafasan lebih dari normal disebut takipneu, sedangkan kurang dari normal disebut bradipneu. (Hutari Puji, 2012 : 229)
(5)      Tinggi badan
Pemeriksaan tinggi badan dilakukan saat pertama kali ibu melakukan pemeriksaan. Mengetahui tinggi badan sangat penting untuk mengetahui ukuran panggul ibu. Ukuran panggul ibu hamil sangat penting untuk mengetahui apakah persalinan dapat dilakukan secara normal atau tidak. Seorang wanita hamil yang terlalu pendek, yang tinggi badannya kurang dari 145 cm tergolong resiko tinggi karena kemungkinan besar persalinan berlangsung kurang lancar. (Hutari Puji, 2012 : 230)
(6)      Berat badan
Kenaikan berat badan yang mendadak dapat merupakan tanda bahaya komplikasi kehamilan yaitu preeklamsi. Dalam trimester terakhir terutama karena pertumbuhan janin dan uri, berat badan naik sehingga pada akhir kehamilan berat badan wanita hamil bertambah kurang lebih 11 kg dibanding sebelum hamil. Pada trimester terakhir berat badan kurang lebih 0,5 kg seminggu, bila penambahan berat badan tiap minggu lebih dari 0,5 kg harus diperhatikan kemungkinan preeklamsi. (Hutari Puji, 2012 : 230)
(7)      Lingkar lengan atas (LILA)
Pengukuran LILA bertujuan untuk mendapatkan gambaran status gizi klien. Pada ibu hamil pengukuran LILA merupakan deteksi dini kurang energi kronis (KEK). Ambang batas lingkar lengan atas (LILA) pada WUS dengan resiko KEK adalah 23,5 cm, yang diukur dengan menggunakan pita ukur. Apabila LILA kurang dari 23,5 cm artinya wanita tersebut mempunyai risiko KEK dan sebaliknya apabila LILA lebih dari 23,5 cm berarti tidak berisiko dan dianjurkan untuk tetap mempertahankan keadaan tersebut. (Hutari Puji, 2012 : 230)
d)        Pemeriksaan fisik
(1)      Muka
Untuk mengetahui apakah muka pucat atau tidak, apakah ada oedema dan cloasma gravidarum. (Hutari Puji, 2012 : 231)
(2)      Mata
Mengamati mata dengan membuka kedua kelopak menggunakan kedua ibu jari, apakah warna merah muda atau pucat dan mengamati sklera apakah berwarna putih atau kuning. (Hutari Puji, 2012 : 231)


(3)      Hidung
Untuk mengetahui apakah ada polip atau tidak dan apakah ada sekret atau tidak. (Hutari Puji, 2012 : 231)
(4)      Mulut
Untuk mengamati rongga mulut dengan mempersilahkan ibu membuka mulut secara bebas, kalau diperlukan menekan lidah menggunakan spatel lidah, untuk mengamati apakah ada pembengkakan pada tonsil, stomatitis dan gigi berlubang. (Hutari Puji, 2012 : 231)
(5)      Telinga
Untuk mengetahui apakah simetris atau tidak, apakah ada serumen atau tidak dan apakah ada tanda-tanda infeksi atau tidak. (Hutari Puji, 2012 : 231)
(6)      Leher
Untuk mengetahui tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, pembesaran kelenjar limfe dan pembesaran vena jugularis. (Hutari Puji, 2012 : 231)
(7)      Payudara
Payudara harus diperiksa untuk mendeteksi adanya massa yang mungkin ganas atau kanker, apakah payudara simetris atau tidak, apakah puting susu menonjol. (Hutari Puji, 2012 : 231)
(8)      Abdomen
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menetapkan dan memastikan bahwa pertumbuhan janin konsisten dengan usia kehamilan sebenarnya. Metode pemeriksaan abdomen meliputi inspeksi, palpasi dan auskultasi :

(a)      Inspeksi
Untuk mengetahui apakah ada bekas luka operasi atau tidak, apakah pembesaran perut sesuai umur kehamilan, apakah terdapat linea nigra dan striae gravidarum atau tidak. (Hutari Puji, 2012 : 231).
(b)      Palpasi
Untuk mengukur tinggi fundus uteri, kontraksi, letak janin, presentasi, posisi dan penurunan kepala. (Hutari Puji, 2012 : 231).
-            Taksiran berat janin (TBJ)
Taksiran ini hanya berlaku untuk janin dengan presentasi kepala. Rumusnya adalah sebagai berikut :
TBJ ꞊ (TFU-N) X 155  berat (gram)
Ket :
N   13 apabila kepala belum masuk pintu atas panggul
N  ꞊ 12 apabila kepala masih berada di atas spina ischiadika
N  ꞊ 11 Bila kepala sudah berada di bawah spina ischiadika
(c) Palpasi menggunakan :
-       Leopold I
Untuk menentukan TFU dan bagian janin yang terletak di fundus. Bagian kepala teraba bulat dan keras. Bagian bokong teraba besar lunak agak bulat.
-       Leopold II
Untuk menentukan bagian janin yang berada pada sisi kanan dan kiri uterus ibu. Bagian punggung teraba datar memanjang dan ada tahanan. Bagian kecil teraba bagian-bagian yang kecil.
-       Leopold III
Untuk memastikan bagian janin yang terdapat pada bagian bawah uterus dan untuk mengetahui apakah bagian bawah janin sudah masuk PAP atau belum. Jika bagian janin sudah masuk PAP maka bagian bawah janin tidak bisa digoyangkan.
-       Leopold IV
Untuk menentukan seberapa besar bagian terendah janin sudah masuk PAP, dilihat dari posisi tangan pada saat memeriksa apakah presentasi kepala atau bokong, sikap (fleksi atau ekstensi) dan station (penurunan bagian presentasi). (Hutari Puji, 2012 : 73-74)
(d)     Palpasi penurunan bagian terbawah janin menggunakan metode lima jari (perlimaan) adalah :
-       5/5 jika bagian terbawah janin seluruhnya teraba diatas simfisis pubis.
-       4/5 jika sebagian (1/5) bagian terendah janin telah memasuki pintu atas
panggul.                                       
-       3/5 jika sebagian (2/5) bagian terbawah janin telah memasuki rongga panggul.
-       2/5 jika hanya sebagian dari bagian terbawah janin masih berada diatas simfisis dan (3/5) bagian telah turun melewati bidang tengah rongga panggul (tidak dapat digerakkan).
-       1/5 jika hanya 1 dari 5 jari masih dapat meraba bagian terendah janin yang berada diatas simfisis dan (4/5) bagian telah masuk kedalam rongga panggul.
-       0/5 Jika bagian terbawah janin sudah tidak dapat diraba dari pemeriksaan luar dan seluruh bagian terbawah janin sudah masuk kedalam rongga panggul.
Tabel 2.2
Penurunan Kepala Janin Menurut Perlimaan
Periksa Luar
Periksa Dalam
Keterangan
= 5/5

Kepala di atas PAP, mudah digerakan
= 4/5
H I-II
Sulit digerakkan, bagian terbesar kepala belum masuk panggul
= 3/5
H II-III
Bagian terbesar kepala belum masuk panggul
= 2/5
H III
Bagian terbesar kepala sudah masuk panggul
= 1/5
H III- IV
Kepala di dasar panggul
= 0/5
H IV
Di perineum
(Rohani,  2011 : 85)
(e)      Auskultasi
Meliputi pemeriksaan denyut jantung janin (DJJ).
Untuk menentukan denyut jantung janin hidup, frekuensinya teratur atau tidak, puctum maksimum di bawah sebelah kanan atau kiri. Janin dalam keadaan sehat bunyi jantungnya teratur dan frekuensinya berkisar antara 120-140 kali/menit. Kalau bunyi jantung kurang dari 120 kali/menit atau lebih dari 160 kali/menit atau tidak teratur, janin dalam keadaan asfiksia (kekurangan oksigen) yang disebut gawat janin. Tujuan pemeriksan DJJ adalah untuk mengetahui bayi hidup atau mati. Mendengarkan irama dan menghitung frekuensi bunyi jantung bayi sehingga dapat diketahui apakah bayi dalam kandungan sehat atau ada gangguan. Untuk menentukan area terdengarnya denyut jantung janin yang keras (punctum maksimum) sehingga dapat dipastikan presentasi janin dalam kandungan, apakah berada dibagian bawah kepala atau bokong atau janinnya melintang. Disamping itu, mengetahui janin didalam kandungan tunggal atau ganda. (Mandriwati, 2011 : 107)
(f)       Ekstremitas atas dan bawah
Pemeriksaan ektremitas mencakup pengkajian reflek patella, pemeriksaan adanya oedema dan adanya varices. (Hutari Puji, 2012 : 232)
(g)      Genitalia
       Untuk memeriksa labia mayora dan minora, kemudian klitoris, lubang uretra dan introitus vagina untuk melihat adanya tukak atau luka, varises, cairan yang ada, baik warna, konsistensi, jumlah maupun bau.
(h)     Anus
Untuk memeriksa adanya haemoroid atau tidak. (Hutari Puji, 2012 : 232).


(i)        Costo vetebral area tenderness (CVAT)
Diperiksa dengan cara diketuk dibagian pinggang dan jika ibu merasakan nyeri menunjukkan adanya gangguan pada ginjal.
e)         Pemeriksaan penunjang
(1)      Pemeriksaan darah
(a)      Golongan darah
 Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya untuk mengetahui jenis golongan darah ibu melainkan juga untuk mempersiapkan calon pendonor darah yang sewaktu-waktu diperlukan apabila terjadi situasi kegawatdaruratan. (Kemenkes RI, 2012 : 10)
(b)      Pemeriksaan protein dalam urin
Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu hamil dilakukan pada trimester kedua dan ketiga atas indikasi. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui adanya proteinuria pada ibu hamil. Proteinuria merupakan salah satu indikator terjadinya pre-eklampsia pada ibu hamil.
(c)      Pemeriksaan reduksi urine
Pemeriksaan urine ibu untuk mengetahui apakah didalam urine terdapat gula atau tidak : reduksi positif menandakan bahwa ibu mempunyai kadar gula yang cukup tinggi didalam darah, khas untuk penyakit kencing gula (diabetes mellitus). (Astuti 2011 : 83)
3)        Analisa
Menggambarkan hasil analisis dan interprestasi data subjectif  dan objectif dalam suatu identifikasi : diagnosis atau masalah, antisipasi diagnosis atau masalah potensial. (Saminem, 2011 : 45 )

4)        Tata laksana kasus
Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal diatas dan hasil pemeriksaan laboratoriun, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga kesehatan. Kasua-kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan. (Kemenkes RI, 2012 : 11)
5)        Temu wicara konseling
Suatu proses bantuan oleh bidan pada ibu hamil, yang dilaksanakan lewat tatap muka dalam bentuk wawancara, dengan tujuan untuk memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan kehamilanya, pemahaman diri tentang permasalahan yang sedang dihadapi, dan penyusunan rencana pemecahan masalah yang sesuai dengan kemampuan yang dimilki. (Mandriwati, 2011 : 166)

B.       Asuhan Persalinan Normal
1.         Pengertian
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).                      (Manuaba, 2010 : 164)
2.         Tujuan Asuhan Persalinan Normal
Tujuan asuhan persalinan normal adalah menjaga kelangsungan hidup dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang di inginkan (optimal). (APN, 2008 : 3)
3.         Sebab-sebab Mulainya Persalinan
Bagaimana terjadinya persalinan masih belum dapat diketahui,  berikut adalah teori-teori kemungkinan terjadinya proses persalinan :
a.       Teori keregangan
1)        Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu
2)        Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai.
b.       Teori penurunan progesteron
1)        Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat.
2)        Produksi progesterone mengalami penurunan, sehingga otot rahim lebih sensitive terhadap oksitosin.
3)        Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesterone tertentu.
c.       Teori oksitosin internal
1)        Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis parst posterior
2)        Perubahan keseimbangan progesterone dapat mengubah sensitifitas otot rahim, sehingga sering terjadi kontraksi braxton hick.
3)        Menurunnya konsentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan maka oksitosin dapat meningkatkan aktivitas, sehingga persalinan dapat dimulai.
d.      Teori prostaglandin
1)        Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur hamil 15 minggu, yang dikeluarkan oleh desidua.
2)        Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi rahim sehingga hasil konsepsi dikeluarkan.
3)        Prostaglandin dianggap dapat pemicu terjadinya persalinan.
e.       Teori hipotalamus-glandula suprarenalis
1)        Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anensefalus sering terjadi kelambatan persalinan karena tidak terbentuk hipotalamus.
2)        Glandula suprarenal merupakan pemicu terjadinya persalinan. (Manuaba, 2010 : 168)
4.         Faktor – faktor yang penting dalam Persalinan
a.          Power ( His/kontraksi otot rahim, kontraksi otot dinding perut, kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan, keregangan dan kontraksi ligamentum rotundum )
b.          Pasanger ( janin dan plasenta ) Faktor lain yang berpengaruh terhadap persalinan adalah faktor janin yang meliputi sikap, letak, presentasi dan posisi janin.
c.          Passage (jalan lahir lunak dan jalan lahir tulang) Passage atau jalan lahir lunak dan jalan lahir tulang. Passage atau jalan lahir dalam persalinan meliputi 2 macam yaitu  Jalan lahir lunak (segmen bawah rahim, servik uteri, vagina)  dan jalan lahir tulang (jenis panggul). (Manuaba, 2010 : 169)
5.         Tanda-tanda In Partu
a.         Penipisan dan pembukaan serviks
b.         Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit )
c.         Cairan lendir bercampur darah (Show) melalui vagina. (APN, 2008 : 39)
6.         Tahap Persalinan
Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga parturien masih dapat berjalan. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam. (Manuaba, 2010 :173)
a.      Fase-fase dalam Kala Satu persalinan
Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan  meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga servik membuka lengkap (10 cm). Kala satu persalinan  terdiri atas dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif :
1)        Fase laten
a)         Dimulai  sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap
b)        Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm
c)         Pada umumnya fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam
2)        Fase aktif
a)         Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap (kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung selama 40 detik atau lebih)
b)        Dari pembukaan  4 hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam(nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm(multipara)


c)         Terjadi penurunan bagian terbawah janin.
Kala satu pada primigravida 10 – 12 jam dan multigravida 6 – 8 jam. (APN, 2008 : 40)
7.         Asuhan Kala I
Pada kala I lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik, bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang riwayat kesehatan, kehamilan dan persalinan. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayinya serta tingkat kenyamanan fisik ibu bersalin.
Pemeriksaan abdomen, untuk :
a.         Menentukan tinggi fundus uteri
b.         Memantau kontraksi uterus
c.         Memantau denyut jantung janin
d.        Menentukan presentasi
e.         Menentukan penurunan bagian terbawah janin
f.          Melakukan Pemeriksaan dalam
g.         Mempersiapkan ruangan untuk persalinan dan kelahiran bayi
h.         Mempersiapkan pelengkapan, bahan-bahan dan obat-obatan yang diperlukan
i.           Mempersiapkan rujukan, jika terjadi penyulit, keterlambatan untuk merujuk ke fasilitas yang sesuai dapat membahayakan keselamatan jiwa ibu dan bayinya
j.           Memberikan asuhan sayang ibu, memberi dukungan emosional dan menghadirkan orang yang dianggap penting oleh ibu, seperti suami, keluarga pasien atau teman dekat.
k.         Mengatur posisi yang nyaman bagi ibu, memberi cairan dan nutrisi untuk energy ibu saat bersalin, dan anjrkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya.
l.           Pencegahan infeksi untuk menurunkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir.
m.       Mencatat dan mengkaji hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik pada lembar partograf. (APN, 2008 : 39-56)
8.         Partograf
 Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala I persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik. Partograf membantu penolong persalinan untuk : Mencatat kemajuan persalinan, Mencatat kondisi ibu dan janinnya, Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan melahirkan, Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyulit persalinan, Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu. (APN : 2008 : 57)
Petugas harus mencatat kondisi ibu dan janin sebagai berikut :
1)      Denyut jantung janin, catat setiap 30 menit.
2)        Air ketuban. Catat warna air ketuban setiap melakukan pemeriksaan vagina :
a)         U         : Selaput Utuh
b)        J          : Selaput pecah, air ketuban Jernih
c)         M        : Air ketuban bercampur Mekonium
d)         D        : Air ketuban bernoda Darah
e)          K        : Tidak ada cairan ketuban/Kering
3)      Perubahan bentuk kepala janin (molding atau molase)
a)         0          : Sutura terpisah
b)        1          :Sutura (petemuan dua tulang tengkorak) yang tepat/bersesuaian
c)         2          : Sutura tumpang tindih tetapi dapat diperbaiki
d)        3          : Sutura tumpang tindih tidak dapat diperbaiki
4)        Pembukaan mulut rahim (serviks). Di nilai setiap 4 jam dan diberi tanda silang (x).
5)      Penurunan
Mengacu pada bagian kepala (dibagi 5 bagian) yang teraba (pada pemeriksaan laboratorium abdomen/luar) diatas simfisis pubis; catat tanda lingkaran (O) pada setiap pemeriksaan dalam. Pada posisi 0/5, sinsiput (S) atau paruh atas kepala berada di simfisis pubis.
6)        Waktu : menyatakan berapa jam waktu yang telah dijalani sesudah pasien diterima.
7)      Jam : Catat jam sesungguhnya.
8)        Kontraksi. Catat setiap setengah jam, lakukan palpasi untuk  menghitung banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan lamanya tiap-tiap kontraksi dalam hitungan detik :
a)       Description: 10%Kurang dari 20 detik                    
b)      Antara 20 dan 40 detik
c)       Lebih dari 40 detik
9)        Oksitosin. Jika memakai oksitosin, catat banyaknya oksitosin per volume cairan infus dan dalam tetesan permenit.
10)  Obat yang diberikan. Catat semua obat lain yang diberikan.
11)  Nadi. Catat setiap 30 – 60 menit dan tandai dengan anak panah.
12)  Suhu badan. Catat setiap 4 jam.
13)    Protein, aseton, dan volume urine. Catat setiap kali ibu berkemih. Jika temuan-temuan melintas kearah dari garis waspada, petugas kesehatan harus melakukan penilaian terhadap kondisi ibu dan janin, dan segera mencari rujukan yang tepat. (Saifuddin, 2010 : 104)
14)    Pencatatan pada lembar belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat hal-hal yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran bayi, serta tindakan-tindakan yang dilakukan sejak kala 1 hingga kala IV dan bayi baru lahir. ( APN, 2010: 64 )
Bila temuan-temuan melintas ke arah kanan dan garis waspada, petugas kesehatan harus melakukan penilaian terhadap kondisi ibu dan janin dan segera mencari rujukan yang tepat. ( APN, 2010 : 60 )
a.        Kala II
Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II juga disebut sebagai kala pengeluaran bayi.
1)        Tanda dan Gejala Kala II persalinan, yaitu : Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi, Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan vaginanya, Perineum menonjol, Vulva-vagina dan spingter ani membuka, Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.
(APN, 2008 : 79)
2)          Tanda pasti kala II ditentukan melalui periksa dalam (informasi objektif) yang hasilnya adalah : Pembukaan serviks telah lengkap, atau Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina. (APN, 2008: 79-80).
3)        Amniotomi
Amniotomi adalah tindakan untuk membuka selaput amnion dengan jalan membuat robekan kecil yang kemudian diperlebar secara spontan akibat gaya berat cairan dan adanya tekanan di dalam rongga panggul. Tindakan Amniotomi hanya dapat dilakukan pada keadaan sebagai berikut : pembukaan lengkap, tetapi selaput ketuban belum pecah, dan kepala bayi sudah berada pada posisi puncak kepala dengan kepala sudah menancap. (Rohani, 2014 : 174-175)
4)        Episiotomi
Episiotomi adalah insisi pada perineum untuk memperbesar mulut vagina. Pada persalinan, episiotomi bukan merupakan tindakan rutin. Oleh karena alasan diatas, maka episiotomi hanya dilakukan pada kondisi-kondisi tertentu, yaitu : gawat janin, persalinan per vaginam dengan penyulit (sungsang, distosia bahu, ekstraksi forsep, ekstraksi vakum, bayi besar, presentasi muka, dan lain-lain), jaringan parut pada perineum atau vagina yang menghalangi kemajuan persalinan. (Rohani, 2014 : 177)
5)        Asuhan Kala II
a)        Ketika pembukaan sudah lengkap, bantu ibu mengatur posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya
b)        Membimbing ibu untuk meneran saat ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran, mendukung dan member semangat kepada ibu pada saat meneran.
c)        Menganjurkan ibu untuk istirahat diantara kontraksi, memberikan cukup asupan cairan per-oral (minum), menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
d)       Saat kepala bayi membuka vulva (5-6 cm), letakkan kain bersih dan kering yang dilipat 1/3 nya dibawah bokong ibu dan siapkan kain atau handuk bersih diatas perut ibu (untuk mengeringkan bayi segera setelah lahir) lindungi perineum dengan satu tangan (dibawah kain bersih dan kering), ibu jari pada salah satu sisi perineum dan 4 jari tangan pada sisi yang lain dan tangan yang lain pada belakang kepala bayi. Tahan belakang kepala bayi agar posisi tetap fleksi pada saat keluar secara bertahap melewati introitus dan perineum
e)        Setelah kepala lahir, minta ibu untuk berhenti meneran dan bernafas cepat. Periksa leher bayi apakah terlilit oleh tali pusat :
(1)     Jika ada dan lilitan dileher bayi cukup longgar maka lepaskan lilitan tersebut melewati kepala bayi
(2)     Jika lilitan tali pusat sangat erat maka jepit tali pusat dengan klem pada dua tempat dengan jarak 3 cm, kemudian potong tali pusat diantara dua klem
f)         Setelah menyeka mulut dan hidung bayi dan memeriksa tali pusat, tunggu kontraksi berikut sehingga terjadi putaran paksi luar secara spontan. Kemudian letakkan tangan pada sisi kiri dan kanan kepala bayi, minta ibu meneran sambil menekan kepala kea rah bawah dan lateral tubuh bayi hingga bahu depan melewati simfisis (pegang secara biparietal). Setelah bahu depan lahir, gerakkan kepala ke atas dan lateral tubuh bayi sehingga bahu bawah dan seluruh dada dapat dilahirkan.
g)        Setelah bahu posterior lahir, geser tangan kebawah kearah perineum ibu dan sanggah bahu dan lengan atas bayi pada tangan tersebut. Gunakan tangan yang sama untuk menopang lahirnya siku dan tangan posterior saat melewati perineum. Tangan bawah menopang samping lateral tubuh bayi saat lahir. Secar simultan, tangan atas untuk menelusuri dan memegang bahu, siku dan lengan bagian atas.
h)        Lanjutkan penelusuran dan memegang tubuh bayi kebagian punggung, bokong, dan kaki. Dari arah belakang, sisipkan jari telunjuk tangan atas diantara kedua kaki bayi yang kemudian dipegang denga ibu jari dan ketiga jari tangan lainnya.
i)          Setelah bayi lahir, segera nilai bayi dengan cepat. Kemudian meletakkan bai diatas perut ibu dan pastikan kepala bayi sedikit lebih rendah darri tubuhnya
j)          Segera keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks sambil melakukan rangsang taktil. Lalu ganti handuk yang basah dengan handuk/kain yang kering
k)        Memeriksa uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus
l)          Memberitahu ibu bahwa akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik
m)      Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit intra musculer (IM) di 1/3 paha bagian atas distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin)
n)        Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat kearah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama
o)        Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi) dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut, kemudian ikat tali pusat dengan benang DTT.
p)        Letakkan bayi tengkurap didada ibu, luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel didada/perut ibu. Usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari putting payudara ibu. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam. (APN, 2008 : 79-97)
b.        Kala III
Kala III persalinan di mulai segera setelah janin lahir dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban janin. Kala III persalinan di sebut juga sebagai kala uri atau kala pengeluaran plasenta. (APN, 2008 : 99).
Tujuan manajemen aktif kala III adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan mengurangi kehilangan darah pada kala III persalinan. Sebagian besar kasus kesakitan dan kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan dimana sebagian besar disebabkan oleh  atonia uteri dan retensio plasenta, yang  sebenarnya dapat di cegah dengan melakukan manajemen aktif kala III. (APN, 2008 : 100)
Manajemen aktif  kala tiga terdiri dari tiga langkah utama yaitu :
1)        Pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir
2)        Melakukan penegangan tali pusat terkendali
3)        Masase fundus uteri. (APN, 2008 : 101)
4)        Asuhan Kala III
Pemberian suntikan oksitosin segera (dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir) suntikkan oksitosin 10 unit IM pada 1/3 bagian atas paha bagian luar (aspektus lateralis).
Tanda-tanda pelepasan plasenta
1)        Perubahan bentuk dan tinggi fundus
2)        Tali pusat memanjang
3)        Semburan darah mendadak dan singkat
Penegangan tali pusat terkendali
1)        Pindahkan klem pada tali pusat 5-10 cm dari vulva.
2)        Menekan uterus arah lumbal dan kepala ibu (dorso-kranial).
3)        Saat mulai kontraksi tegangkan tali pusat ke arah bawah, lakukan tekanan dorso-kranial hingga tali pusat makin menjulur dan korpus uteri bergerak ke atas menandakan plasenta lepas dan dapat dilahirkan. (APN, 2008 : 100-103)
c.       Kala IV
Kala empat persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah itu. (APN, 2008 : 99) Pemantauan pada kala IV yaitu :
1)        Memperkirakan darah yang hilang, penting untuk selalu menilai jumlah kehilangan darah selama kala IV melalui tanda vital, jumlah darah yang keluar dan kontraksi uterus
2)        Memeriksa perdarahan dari perineum, perhatikan dan temukan penyebab perdarahan dari laserasi atau robekan perineum dan vagina.
3)        Pencegahan infeksi dengan mendekontaminasikan alat-alat yang dipakai.
4)        Pemantauan keadaan umum ibu selama dua jam pertama persalinan :
a)         Pantau tekanan darah , nadi, tinggi fundus, kandung kemih dan darah yang keluar setiap 15 menit selama satu jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua.
b)        Masasse uterus untuk membuat kontraksi uterus menjadi baik  setiap 15 menit selama satu jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua.
c)         Pantau temperatur tubuh setiap jam selama dua jam pasca persalinan.
d)        Nilai perdarahan, periksa perineum dan vagina setiap 15 menit selama satu jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua.
e)          Ajarkan ibu dan keluarganya bagaimana menilai kontraksi uterus dan jumlah darah yang keluar dan bagaimana melakukan masasse jika uterus melembek.
f)         Minta anggota keluarga untuk memeluk bayi.
g)        Lengkapi asuhan esensial bagi bayi baru lahir.
h)        Catatlah semua temuan selama persalinan kala IV di halaman belakang partograf (APN, 2008 : 114-117)
7.         Penyebab Perdarahan Post Partum
Secara etiologis penyebab perdarahan postpartum dini lebih mudah diketahui dengan melihat adanya abnormalitas satu atau lebih dari proses-proses dasar. Proses dasar yang menyebabkan perdarahan postpatum meliputi 4T, yaitu :
a.         Tonus (Atonia uteri)
Tonus menggambarkan kontraksi uterus setelah melahirkan. Adanya abnormalitas kontraksi akan menyebabkan terjadinya perdarahan hebat. Kontraksi ini diperlukan untuk menjepit arteri-arteri ditempat bekas plasenta berinsersi di uterus. (Fauziyah, 2012 : 145)
Kondisi dimana miometrium tidak dapat berkontraksi disebut atonia uteri. Bila keadaan ini terjadi, maka darah yang keluar dari bekas tempat melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali. Beberapa faktor yang terkait dengan perdarahan pascapersalinan yang disebabkan oleh atobia uteri adalah sebagai berikut : Penyebab uterus membesar lebih dari normal selama kehamilan, di antaranya pada hidramnion, kehamilan kembar, dan janin yang besar, kala I dan/ atau II memanjang, persalinan cepat (partus presipitatus), persalinan yang diinduksi atau dipercepat dengan oksitosin, infeksi intrapartum, multiparitas tinggi, magnesium sulfat yang digunakan untuk mengendalikan kejang pada preeklamsia/eklamsia.(Rohani, 2014 : 214-215)
Penanganan Atonia Uteri :
Penanganan kasus atonia uteri harus secara benar, tepat, dan cepat mengingat akibat yang akan terjadi ibu bersalin akan kehilangan darah sangat banyak dalam beberapa menit saja apabila uterus tidak berkontraksi.
Tabel 2.3
Langkah-Langkah Penatalaksanaan Atonia Uteri
Langkah Penatalaksanaan
Alasan
1.        Masase fundus uteri segera setelah lahirnya plasenta (maksimal 15 detik)
Mesase merangsang kontraksi uterus. Saat dimasase dapat dilakukan penilaian kontraksi uterus
2.        Bersihkan bekuan darah dan/ selaput ketuban dari vagina dan lubang serviks
Bekuan darah dan selaput ketuban dalam vagina dan saluran serviks dapat menghalangi kontraksi uterus secara baik
3.        Pastikan bahwa kandung kemih kosong, jika penuh lakukan kateterisasi menggunakan teknik   aseptik
Kandung kemih yang penuh akan menghalangi uterus berkontraksi dengan baik
4.        Lakukan kompresi bimanual internal selama (KBI) 5 menit
Kompresi bimaual internal memberikan tekanan langsung pada pembuluh darah dinding uterus juga merangsang miometrium untuk berkontraksi. Jika KBI tidak berhasil setelah 5  menit, maka diperlukan tindakan lain.
5.        Anjurkan keluarga untuk mulai membantu kompresi bimanual eksternal (KBE)
Keluarga dapat merasakan KBE selama pertolongan melakukan langkah-langkah selanjutnya
6.        Keluarkan tangan perlahan-lahan
Menghindarkan rasa nyeri
7.        Berikan ergometrin 0,2 mg IM (kontraindikasi hipertensi) atau misoprostol 600-1.000 mcg
Ergometrin dan misoprostol akan bekerja dalam 5-7 menit dan dapat menyebabkan kontraksi uterus
8.        Pasang infus menggunakan jarum 16 atau 18 dan berikan 500 cc Ringer Laktat (RL) + 20 unit oksitosin. Habiskan 500 cc pertama secepat mungkin
Jarum besar memungkinkan pemberian larutan IV secara cepat atau tranfusi darah. RL akan membantu memulihkan volume cairan yang hilang selama perdarahan. Oksitosin IV dengan cepat merangsang kontraksi uterus
9.        Ulangi kompresi bimanual internal
KBI yang dilakukan bersama dengan ergometrin dan oksitosin atau misoprostol akan membuat uterus berkontraksi
10.    Rujuk segera
Jika uterus tidak berkontraksi selama 1 sampai2 menit, hal ini bukan atonia sederhana. Ibu membutuhkan perawatan gawat darurat di fasilitan yang mampu melakukan bedah dan tranfusi darah
11.    Dampingi ibu ke tempat rujukan teruskan melakukan KBI
Kompresi uterus ini memberikan tekanan langsung pada pembuluh darah dinding uterus dan merangsang uterus berkontraksi
12.    Lakukan infus RL + 20 IU oksitosin dalam 500 cc larutan dengan laju 500cc/jam sehingga tiba ditempat rujukan menghabiskan 1,5 lier infus. Kemudian berikan 125 cc/jam. Jika tidak tersedia cairan yang cukup, berikan 500 cc yang kedua dengan kecepatan sedang dan beikan minum untuk rehidrasi
RL dapat membantu memulihkan volume cairan yang hilang akibat perdarahan. Oksitosin dapat merangsang uterus untuk berkontraksi.
(Rohani, 2014 : 216-217)
b.         Sisa plasenta/ inversio uteri
Adanya sisa jaringan produk konsepsi juga dapat menyebabkan terjadinya perdarahan postpartum dini. Faktor predisposisi kelainan ini adalah kesalahan penanganan kala III, adanya abnormalitas plasenta baik akreta, inkreta maupun perkreta, riwayat operasi uterus sebelumnya dan paritas tinggi. Adanya sisa plasenta juga dapat menyebabkan perdarahan setelah beberapa hari melahirkan dan ini disebut perdarahan postpartum lambat.
Selain itu adanya kesalahan dalam pertolongan kala III juga dapat mengakibatkan inversio uteri. (Fauziyah, 2012 : 146)

c.         Robekan jalan lahir
Trauma persalinan dapat terjadi karena adanya faktor penyulit dalam proses persalinan. Trauma bisa terjadi pada serviks, vagina, perineum ataupun uterus. Hal ini dapat terjadi spontan atau karena adanya tindakan dalam pertolongan persalinan seperti vakum ekstraksi, forceps atau seksio sesarea. Laserasi jalan lahir merupakan salah satu penyebab perdarahan postpartum yang disebabkan oleh karena adanya laserasi jalan lahir berupa ruptur serviks, ruptur perineum. (Fauziyah, 2012 : 146-147)
Laserasi jalan lahir diklasifikasikan berdasarkan luasnya robekan yaitu sebagai berikut :
1)        Derajat satu          : Robekan sampai mengenai mukosa vagina dan kulit perineum
2)        Derajat dua          : Robekan sampai mengenai mukosa vagina, kulit perineum, dan otot perineum
3)        Derajat tiga          : Robekan sampai mengenai mukosa vagina, kulit perineum, otot perineum, dan otot sfingter ani eksternal
4)        Derajat empat       : Robekan sampai mengenai mukosa vagina, kulit perineum, otot perineum, otot sfingter ani eksternal dan mukosa rektum. (Rohani, 2014 : 220)
d.        Gangguan pembekuan darah
Jika manual eksplorasi telah menyingkirkan adanya ruptur uteri, sisa plasenta dan pelukaan jalan lahi disertai kontraksi yang tidak baik maka kecurigaan penyebab perdarahan adalah gangguan pembekuan darah. Lanjutkan dengan pemberian produk darah pengganti (trombosit, fibrinogen) (Fauziyah, 2012 : 158)

C.        Asuhan Nifas
1.         Pengertian
Masa Nifas (Puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari. (Ambarwati, 2010 : 2)
2.         Tujuan Asuhan Masa Nifas
a.         Mendeteksi adanya perdarahan masa nifas
b.         Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis harus diberikan oleh penolong persalinan.
c.         melaksanakan skrining yang komprehensif (menyeluruh) dimana bidan harus melaksanakan manajemen asuhan kebidanan pada ibu nifas secara sistematis yaitu melalui pengkajian sata subjektif, obyektif maupun penunjang.
d.        Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi seha. (Vivian, 2011 : 2)
3.         Perubahan-Perubahan Fisiologis Masa Nifas
a.         Uterus
Pada uterus terjadi proses involusi. Proses involusi adalah proses kembalinya uterus ke dalam keadaan sebelum hamil setelah mlahirkan. Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. (Vivian, 2011 : 55)
Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi terlihat pada tabel berikut :
Tabel 2.4
Involusi uterus
No
Waktu involusi
Tinggi fundus uteri
Berat uterus
1.
Bayi lahir
Setinggi pusat
1000 gram
2.
Plasenta lahir
Dua jari bawah pusat
750 gram
3.
1 minggu
Pertengahan pusat-simfisis
500 gram
4.
2 minggu
Tidak teraba di atas simfisis
350 gram
5.
6 minggu
Bertambah kecil
50 gram
6.
8 minggu
Sebesar normal
30 gram
(Vivian, 2011 : 57)
b.         Lochea
Lochea adalah eksresi cairan Rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lochea mempunyai bau amis (anyir), meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda pada setiap wanita. Perbedaan masing-masing lochea dapat di lihat sebagai berikut :
1)        Lochea Rubra (Cruenta)
Muncul pada hari 1-3 pasca persalinan, berwarna merah mengandung darah dari perobekan/luka pada plasenta dan serabut dari desidua dan chorion. Lochea ini terdiri atas sel desidua, verniks caseosa,  rambut lanugo dan sisa  mekoneum dan sisa darah

2)        Lochea Sanguinolenta
Muncul pada hari ke 3-5 pasca persalinan, berwarna merah kuning dan berisi darah lendir.
3)        Lochea Serosa
Muncul pada hari ke 5-9 pasca persalinan, berwarna kekuningan atau kecoklatan mengandung lebih banyak serum, juga terdiri dari leukosit dan robekan laserasi plasenta.
4)         Lochea Alba
Muncul sejak dari hari ke-10 postpartum. Warnanya lebih pucat, putih kekuningan, serta lebih banyak mengandung leukosit, selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati. (Vivian, 2011 : 58-59)
c.         Kelenjar Payudara (mamae)
Perubahan besar yang terjadi 30 sampai 40 jam post partum antara lain peninggian mendadak konsentrasi laktosa.  Pada hari ke dua post partum sejumlah kolostrum, cairan yang di sekresi oleh payudara selama 5 hari pertama setelah kelahiran bayi, dapat di peras dari putting susu. Kolostrum mengandung lebih banyak protein yang sebagian besar adalah globulin dan lebih banyak mineral tetapi gula dan lemak lebih sedikit. Menyusui juga mempercepat involusi rahim karena rangsangan berulang pada puting melalui pelepasan oksitosin menyebabkan peningkatan kontraksi miometrium. (Rukiyah, 2011 : 51-52, 54).
d.        Sistem Pencernaan
Pasca melahirkan, biasanya ibu merasa lapar sehingga di perbolehkan untuk mengkonsumsi makanan. Pemulihan nafsu makan di perlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun kadar progesterone menurun setelah melahirkan, asupan makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua hari. (Rukiyah, 2011 : 64).
e.         Sistem perkemihan
Diuresis postpartum normal terjadi dalam 24 jam setelah melahirkan sebagai respon terhadap penurunan estrogen. Kandung kencing masa nifas mempunyai kapasitas yang bertambah besar dan relative tidak sensitive terhadap tekanan cairan intravesika. Urin dalam jumlah besar akan di hasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan. (Rukiyah, 2011 : 65)
f.          Sistem musculoskeletal (Diastasis Rectus Abdominalis)
Adaptasi sistem muskuloskeletal ibu yang terjadi mencakup hal-hal yang dapat membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat pembesaran uterus. Stabilisasi sendi lengkap akan terjadi pada minggu ke-6 sampai ke-8 setelah wanita melahirkan. (Rukiyah, 2011 : 68)
4.       Adaptasi Dan Psikologi Masa Nifas
Terbagi menjadi 3 tahap, yaitu :
a.         Fase Taking In
Yaitu periode ketergantugan yang berlangsung pada hari pertama sampai hari ke dua setelah melahirkan.
b.         Fase Taking Hold
Adalah fase atau periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini, ibu merasa khawatir akan ketidak mampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Ibu memiliki perasaan yang sangat sensitif sehingga mudah tersinggung dan gampang marah sehingga kita perlu hati-hati dalam berkomunikasi dengan ibu.
c.         Fase Letting Go
Merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran baruya yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya, serta kepercayaan dirinya sudah meningkat. (Vivian, 2011 : 65-66)
5.         Tahapan Masa Nifas 
Masa nifas merupakan rangkaian setelah proses persalinan dilalui oleh seorang wanita, beberapa tahapan masa nifas  antara lain :
a.         Puerperium dini (0 – 24 jam post partum) yaitu kepulihan di mana ibu telah di perbolehkan berdiri dan berjalan jalan.
b.         Puerperium intermedial (1 – 7 hari post partum), yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6 - 8 minggu.
c.         Remote puerperium (1 – 6 minggu) adalah waktu yang di perlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu, bulanan, atau tahun. (Rukiyah, 2011 : 5)
6.         Kebijakan Program Pemerintah Dalam Asuhan Masa Nifas
Selama ibu berada pada masa nifas, paling sedikit 4 kali bidan harus melakukan kunjungan, di lakukan untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi. (Rukiyah, 2011 : 5)
a.         Kunjungan ke-1 (6-8 jam setelah persalinan) :
1)        Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
2)        Mendeteksi  dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila perdarahan berlanjut.
3)        Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana cara mencegah perdarahan pada masa nifas karena atonia uteri.
4)        Pemberian ASI awal, 1 jam setelah IMD berhasil dilakukan.
5)        Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
6)        Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia
b.         Kunjungan  ke-2 (6 hari setelah persalinan) :
1)        Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilikus, serta tidak adaperdarahan abnormal, tidak ada bau.
2)        Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
3)        Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat
4)        Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
5)        Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayitali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
c.         Kunjungan ke-3 (2 minggu setelah persalinan) :
a)         Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilikus, serta tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
b)        Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
c)         Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat
d)        Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
e)         Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
d.        Kunjungan ke-4 (6 minggu setelah persalinan) :
1)        Menanyakan pada ibu tentang penyulit yang ia atau bayi alami.
2)        Memberikan konseling untuk menggunakan KB secara dini. (Rukiyah, 2011 : 5-6)

D.    Bayi Baru Lahir ( BBL )
1.      Pengertian
Bayi baru lahir disebut juga dengan neonates merupakan individu yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran seta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterin. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dan berat badannya 2500-4000 gram (Vivian, 2011 : 1)
2.      Tujuan Asuhan Pada Bayi Baru Lahir
Mengetahui derajat vitalitas dan mengukur reaksi bayi terhadap tindakan resusitasi. Derajat vitalitas bayi adalah kemampuan sejumlah fungsi tubuh yang bersifat esensial dan kompleks untuk berlangsungnya kelangsungan hidup bayi seperti pernapasan, denyut jantung, sirkulasi darah dan refleks – refleks primitif seperti menghisap dan mencari puting susu. (Saifuddin, 2009 : 133).
3.      Pertolongan Bayi Baru Lahir
a.       Penilaian
Segera setelah lahir, letakkan bayi di atas kain bersih dan kering yang disiapkan pada perut bawah ibu. Segera lakukan penilaian awal dengan menjawab 4 pertanyaan:
1)        Apakah bayi cukup bulan?
2)        Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium?
3)        Apakah bayi menangis atau bernafas?
4)        Apakah tonus otot bayi baik?
Jika bayi cukup bulan, ketuban jernih, menangis atau bernafas, tonus otot baik lakukan asuhan bayi baru lahir. (APN, 2008 : 124)
b.      Pengikatan dan pemotongan tali pusat
Tali pusat di jepit dengan klem DTT padasekitar 3 cm dari pangkal pusat bayi kemudian jepit lagi dengan klem yang ke dua berjarak 2 cm dari klem yang pertama. Pegang tali pusat di antara ke dua klem,satu tangan menjadi landasan tali pusat sambil melindungi bayi, tangan yang lain memotong tali pusat di antara kedua klem dengan menggunakan gunting DTT atau steril. Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril  pada satu sisi, kemudian melingkar kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya. Lepaskan klem dan masukan ke dalam larutan klorin 0,5% kemudian letakan bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu untuk IMD dan melakukan kontak kulit di dada ibu minimal 1 jam pertama setelah bayi lahir. (APN, 2008 : 130).
c.       Inisiasi menyusu dini (IMD)
Inisiasi menyusu dini (IMD) segera setelah bayi lahir dan dan tali pusat diikat, diletakkan bayi tengkurap di dada ibu dengan kulit bayi bersentuhan langsung ke kulit ibu. Biarkan kontak kulit ke kulit ini berlangsung setidaknya 1 jam atau lebih, bahkan sampai bayi dapat menysu sendiri. Bayi diberi topi dan diselimuti ayah atau keluarga dapat member dukungan dan membantu ibu selama proses ini. Ibu diberi dukungan untuk mengenali saat bayi siap untuk menyusui, menolong bayi bila diperlukan(APN, 2008 : 131)
d.      Manfaat IMD :
1)        Makanan dengan kualitas dan kuantitas optimal. Mendapat kolostrum segera, disesuaikan dengan kebutuhan bayi.
2)        Segera memberikan kekebalan pasif pada bayi, kolostrum adalah imunisasi pertama bagi bayi.
3)        Meningkatkan kecerdasan.
4)        Membantu bayi mengkoordinasikan kemampuan hisap, telan dan napas.
5)        Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi.
6)        Mencegah kehilangan panas (APN, 2008 : 132)



e.       Pemberian salep matavitamin K dan hepatitis B.
1)        Salep mata
Salep mata untuk pencegahan infeksi mata diberikan setelah 1 jam kontak kulit dan bayi selesai menyusu. Pencegahan tersebut menggunakan antibiotik tetrasiklin 1 % .(APN, 2008 : 139)
2)        Vitamin  K
Semua bayi baru lahir harus diberikan vitamin K injeksi 1 mg intamuskuler setelah 1 jam kontak kulit ke kulit dan bayi selesai menyusu untuk mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian BBL. (APN, 2008 : 139)
3)        Hepatitis B
Imunisasi hepatitis B bermanfaat untuk mecegah infeksi hepatitis hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi. Imunisasi hepatitis B Pertama. diberikan 1 jam setelah pemberian vitamin K, pada bayi saat baru berumur 2 jam. (APN, 2008 : 140)
f.       Menimbang dan menilai kenaikan berat badan bayi
Menimbang bayi pada bulan pertama kehidupan. Menimbang bayi dilakukan :
1)        Setiap bulan bila berat bdan lahir normal dan bayi menyusu dengan baik.Penimbangan bayi dilakukan setiap 2 minggu bila bayi tidak menyusu ASI atau dalam pengobatan isoniazid
2)        Ketika bayi dibawa untuk pemeriksaan karena tidak dapat menyusu dengan baik atau sakit
Tabel 2.5
Kenaikan Berat Badan Bayi Baru Lahir
Umur
Kehilangan/kenaikan berat badan yang dapat diterima dalam bulan pertama kehidupan
1 minggu
Turun sampai 10%
2-4 minggu
Naik setidak-tidaknya 160 gram per minggu (setidak-tidaknya 15 gram/hari)
1 bulan
Naik setidak-tidaknya 300 gram dalam bulan pertama
Bila penimbangan dilakukan setiap hari dengan alat timbang yang akurat
Minggu pertama
Tidak ada penurunan berat badan atau kurang dari 10 %
Setelah minggu pertama
Setiap hari terjadi kenaikan pada bayi kecil setidak-tidaknya 20 gram
(APN, 2008 : 143)

4.      Imunisasi Bayi Baru Lahir
            Imunisasi merupakan bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam menurunkan angka kematian bayi dan balita. Dengan imunisasi, berbagai penyakit seperti TBC, difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, poliomyelitis, dan campak dapat dicegah.(Vivian, 2011 : )
Tabel 2.6
Jadwal Immunisasi
Umur
Jenis Imunisasi
0-7hari
HB 0
1 bulan
BCG, Polio 1
2 bulan
DPT / HB1, Polio 2
3 bulan
DPT / HB2, Polio 3
4 bulan
DPT / HB3, Polio 4
9 bulan
Campak
(Buku KIA, 2011 : 30)
a.         Macam-macam vaksin
Vaksin adalah suatu  produk biologis yang terbuat dari kuman, komponen kuman (bakteri, virus, atau riketsia) atau racun kuman (toxoid) yang telah dilemahkan atau dimatikan dan akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu.
Vaksin-vaksin yang saat ini dipakai dalam program imunisasi rutin di indonesia adalah sebagai berikut :
Tabel 2.7
Macam-Macam Vaksin Imunisasi Dan Penyakit Yang Dapat Dicegah
Vaksin
Mencegah Penularan Penyakit
Hepatitis B
Hepatitis B dan kerusakan hati
BCG
mencegah tuberkolosis yang berat.
Polio
Polio yang dapat menyebabkan lumpuh layuh pada tungkai atau lengan
DPT

-           Difteri, yang dapat menyebabkan penyumbatan jalan nafas.
-           Pertusis, batuk rejan (batuk 100 hari)
-           Tetanus
Campak
Campak yang dapat mengakibatkan radang paru, radang otak dan kebutaan
( Buku KIA, 2011 : 29)

5.      Tanda Bayi Baru Lahir Normal
Bayi lahir segera menangis, seluruh tubuh bayi kemerahan, bayi bergerak aktif, bayi bisa mengisap puting susu dengan kuat, berat lahir 2500-4000 gram. (Buku Kesehatan Ibu dan Anak, 2011 : 25)


6.      Reflek-Reflek Pada Neonatus Normal.
a.         Reflek terkejut (Reflek moro)
Menghasilkan suara yang keras. Bayi akan mengabduksi kedua lengannya secara simetris (mengembang), membentuk huruf C dengan jari-jari membuka. (Sinclair, 2010 : 342)
b.         Reflek menggenggam (Palmar grasp)
Usap telapak tangan bayi, bayi akan mulai memegang dan menggenggam. (Sinclair, 2010 : 342)
c.         Reflek gengaman telapak kaki (Plantar grasp)
Usap bagian telapak kaki dengan jari, jari-jari kaki bayi akan menekuk kebawah. Memegang dan menggenggam jari pemeriksa. (Sinclair, 2010 : 343).
d.        Refleks mencari puting susu (rooting reflex)
Bayi akan menoleh kearah dimana terjadi sentuhan pada pipinya. Bayi akan membuka mulutnya apabila bibirnya disentuh dan berusaha untuk menghisap benda yang disentuhkan tersebut. (APN, 2008 : 134).
e.         Refleks menghisap (sucking reflex)
Rangsangan puting susu pada langit-langit bayi menimbulkan refleks menghisap. Isapan ini akan menyebabkan areola dan puting susu ibu tertekan gusi, lidah dan langit-langit bayi sehingga sinus laktiferus dibawah areola dan ASI terpancar keluar. (APN, 2008 : 134)



f.          Refleks menelan (swallowing reflex)
Kumpulan ASI di dalam mulut bayi mendesak otot-otot di daerah mulut dan faring untuk mengaktifkan menelan dan mendorong ASI ke dalam lambung bayi. (APN, 2008 : 134)

E.       Manajemen Kebidanan
1.        Proses Manajemen Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang  digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah,  penemuan,  keterampilan dalam  rangkaian atau tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang terfokus pada klien. Proses manajemen kebidanan terdiri dari langkah-langkah berikut :
a.         Mengumpulkan data dasar
Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data dasar yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap. Pada tahap ini bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat dari
berbagai sumber.
b.         Menginterpretasi data dasar
Pada  tahap ini  bidan  mengidentifikasi diagnosis/ masalah dan kebutuhan klien secara tepat berdasarkan interpretasi data yang akurat. Data dasar yang telah
dikumpulkan kemudian diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah/ diagnosis yang spesifik.

c.         Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial
Pada langkah ini Bidan mengidentifikai masalah atau diagnosi yang potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang sudah diindentifikasi sebelumnya.
d.        Mengidentifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan segera
Pada  tahap ini, Bidan mengidentifikasi perlu atau tidaknya tindakan segera oleh bidan maupun oleh dokter, dan atau kondisi yang perlu diknsultasikan atau ditangani bersama aggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
e.         Merencanakan asuhan yang menyeluruh
Pada tahap  ini, Bidan  merencanakan asuhan menyeluruh yang  ditentukan menurut langkah-langlah sebelumnya. Tahap ini merupakan kelanjutan menejemen diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi/ diantisipasi sebelumnya dan bidan dapat segera melengkapi informasi/ data yang tidak lengkap.
f.          Melaksanakan perencanaan
Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi dilakukan oleh klien, atau anggota tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya. Dalam upaya kolaborasi bersama dokter untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, bidan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan rencana asuhan tersebut.

g.         Mengevaluasi
Bidan mengavaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan. Mengingat manajemen asuhan kebidanan merupakan suatu kontinum, bidan perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui proses manajemen untuk mengidentifikasi mengapa proses manajemen tersebut tidak efektif serta melakukan penyesuaian pada rencana asuhan.
Melihat dari penjelasan diatas maka proses manajemen kebidanan merupakan suatu langkah sistematis yang menjadi pola pikir bidan dalam melaksanakan asuhan kepada klien diharapkan menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang sistematis dan rasional sehingga semua asuhan yang diberikan bidan kepada klien akan efektif. (Saminem, 2010 : 39-44)
2.        Dokumentasi Asuhan Kebidanan
Dokumentasi adalah catatan tentang interaksi antara tenaga kesehatan, klien, keluarga klien dan tim kesehatan yang mencatat tentang hasil pemeriksaan prosedur, pengobatan pada pasien dan pendidikan kepada pasien serta respon pasien terhadap semua asuhan yang telah dilakukan.
Alur fikir bidan saat menghadapi klien meliputi 7 langkah varney dan didokumentasikan dalam bentuk SOAP, yaitu:
a.         S   (Subjektif) menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan  data klien melalui anamnesis sebagai langkah 1 varney.
b.        O  (objektif) mengggambarkan pendokumentasian  hasil  pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan hasil diasnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah 1 varney.
c.         A  (Analisa) menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan interprestasi data subjectif  dan objectif dalam suatu identifikasi :
1)        Diagnosis atau masalah
2)        Antisipasi diagnosis atau masalah potensial.
3)        Perlunya tindakan segera oleh bidan/dokter, konsultasi atau kolaborasi serta rujukan sebagai langkah 2, 3 dan 4 varney.
d.        P   (Penatalaksanaan) menyusun suatu rencana secara menyeluruh dan melaksanakan asuhan secara efisie, aman serta mengevaluasi keefektifan asuhan yang diberikan. Sebagai langkah 5, 6, dan 7 Varney. (Saminem, 2010 : 45-47)
============================================================
BAB III
TINJAUAN KASUS


A.       Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil
1.         Kunjungan ke-1
Tanggal         :    20 maret 2015
Jam               :    15.00 WIB
Tempat         :    BPM Bd. Soplaah S.ST
Pengkaji        :    Eev Evinah
a.         Data Subjektif
1)        Biodata
Nama Ibu        :    Ny. R
Umur               :    19 Tahun
Agama             :    Islam
Suku/Bangsa   :    Jawa/Indonesia
Pendidikan      :    SD
Pekerjaan         :    IRT
Nama Suami    :    Tn. K
Umur               :    22 Tahun
Agama             :    Islam
Suku/Bangsa   :    Jawa/Indonesia
Pendidikan      :    SD
Pekerjaan         :    Petani
            Alamat               :   Ds. Tegalgirang  RT 04/RW 02 Kecamatan Bangodua Kabupaten Indramayu.
2)        Keluhan utama
Ibu mengatakan perut sering kenceng-kenceng dan sering BAK

3)        Riwayat kehamilan sekarang
Ibu mengatakan ini kehamilan yang pertama, tidak pernah keguguran. HPHT : 15 Juni 2014. TP : 22 Maret 2015, tidak pernah mengalami perdarahan. Pergerakan janin dirasakan pertama kali saat umur kehamilan empat bulan pada bulan September. Sudah pernah memeriksakan kehamilan sebanyak 8x di Puskesmas dan di BPM (Bidan Praktek Mandiri). Obat-obatan yang pernah didapat yaitu vitamin, kalk, dan tablet tambah darah (Fe) diminum rutin dengan menggunakan air putih dari mulai hamil sampai 9 bulan. Penyuluhan yang pernah didapat yaitu tentang gizi dan cara meminum tablet tambah darah, serta istirahat yang cukup. mendapat imunisasi TT 2x, 1x di Puskesmas pada tanggal 24 Desember 2014 dan TT2 pada tanggal 19 Januari 2015. Ibu tidak pernah merokok, tidak mengkonsumsi alkohol dan tidak menggunakan narkoba. Ibu mengeluh sering kencang-kencang pada perutnya, sering BAK, belum ada persiapan persalinan dan ibu belum mengetahui tanda-tanda bahaya pada persalinan.
4)        Riwayat kesehatan ibu dan keluarga
Ibu dan keluarga tidak ada riwayat penyakit berat, tidak ada riwayat penyakit menular seperti hepatitis, TBC, HIV/AIDS, tidak ada riwayat penyakit keturunan seperti asma dan diabetes melitus, Juga tidak pernah menderita penyakit kronis seperti hipertensi  dan jantung, serta tidak ada riwayat kehamilan kembar.
5)        Riwayat sosial ekonomi
Ibu mengatakan ini pernikahan yang pertama, usia saat nikah 18 tahun, lama nikah 1 tahun, haid pertama kali pada umur 15 tahun dengan siklus haid 28 hari, lamanya 7-8 hari, sebelum hamil ibu pernah menggunakan alat kontrasepsi suntik 1 bulan. Ibu makan 3-4 x sehari, porsi sedang dengan  menu nasi, lauk, sayur. Minum air putih + 7-8 gelas sehari, tidak ada makanan dan minuman yang di pantang, nafsu makan baik. BAB dan BAK lancar. istirahat dan tidur malam 8 jam, kehamilan ini direncanakan, dukungan suami dan keluarga sangat mendukung. Hubungan ibu dengan suami, keluarga, dan lingkungan sangat baik, rencana persalinan ditolong bidan, di BPM, pengambil keputusan oleh suami dan ibu belum memiliki TABULIN (Tabungan Ibu Bersalin) untuk persiapan persalinan.
b.         Data Objektif
1)        Kesadaran Umum         :    Baik
2)        Kesadaran                     :    Compos mentis
3)        Tanda-tanda vital          :    Tekanan darah           : 110 / 70 mmHg
                                                  Nadi                           : 80x / menit
                                                  Pernapasan                 : 21x / menit
                                                  Suhu                          : 36.5ºC
4)        Status  Gizi                   :    Tinggi badan                          : 150 cm
                                                  Berat Badan sebelum hamil   : 49 Kg
                                                  Berat Badan sekarang           : 63 Kg
                                                  LILA                                     : 24 cm
5)        Pemeriksaan Fisik
a)         Muka                             :    Tidak pucat, tidak ada oedema.
b)        Mata                              :    Konjungtiva merah muda, sklera putih.
c)         Hidung                          :    Simetris, bersih, tidak ada secret dan polip.
d)        Gigi dan Mulut             :    Bibir tidak pucat dan tidak kering, lidah bersih, gigi tidak ada karies, tidak ada sariawan.
e)         Telinga                          :    Simetris, bersih, tidak keluar cairan, tidak ada nyeri pada tragus.
f)         Leher                             :    Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, kelenjar limfe, dan vena jugularis.
g)        Dada                             :    Simetris, tidak ada bunyi ronchi, dan  tidak ada bunyi wheezing.
h)        Payudara                       :    Simetris, bersih, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, tidak ada retraksi/dimpling, putting susu kanan dan kiri menonjol, ASI belum keluar.
i)          Abdomen                      :    Tidak ada bekas luka operasi, terdapat linea nigra dan striae gravidarum.
Leopold  I                            :    TFU: 34 cm. bagian fundus teraba teraba bulat, lunak dan tidak melenting (bokong).
Leopold II                            :    Bagian kanan perut ibu teraba panjang ada tahanan (punggung), DJJ : 138 x/ menit, bagian kiri perut ibu teraba bagian-bagian kecil janin (ekstremitas)
Leopold III                          :    Bagian terendah janin teraba bulat, keras dan melenting (kepala)
Leopold IV                          :    kepala sudah masuk PAP, Penurunan bagian terbawah janin 3/5.
TBJ                                       :    ( 34 - 12 ) X 155
                                             :    3.410 gram
j)          CVAT                           :    Tidak ada nyeri ketuk.
k)        Ekstremitas                  
       Atas                               :    Kuku tidak pucat, tidak ada oedema.
       Bawah                           :    Kuku tidak pucat, tidak ada  oedema maupun  varices, refleks patella kanan (+) kiri (+)
l)          Genitalia                       :    Bersih, tidak ada oedema dan varices, serta tidak ada pengeluaran cairan pervaginam.
m)      Anus                              :    ada hemmoroid.
6)        Pemeriksaan Laboratorium
Protein urine dan glukosa urine berdasarkan data dari buku KIA pada tanggal 18-03-2015 dan pemeriksaan Hb serta golongan darah dilakukan pada tanggal 20-03-2015 di BPM.
Hasil pemeriksaan sebagai berikut :        
-            Haemoglobin          :    12 gr %
-            Protein urine           :    Negatif
-            Glukosa urine         :    Negatif
-            Golongan Darah     :    O
c.         Analisa
G1P0A0 umur kehamilan 40 minggu, janin hidup, tunggal, intra uterin, presentasi kepala, keadaan ibu dan janin baik.
d.         Penatalaksanaan
1)        Membina hubungan baik dengan ibu → hubungan baik terjalin
2)        Memfasilitasi informed consent → ibu menyetujui tindakan yang akan dilakukan.
3)        Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu baik→ ibu mengetahui dan mengerti.
4)        Memberitahu ibu bahwa keluhan yang dialami ibu merupakan suatu hal yang normal → Ibu merasa tenang.
5)        Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup dan jangan bekerja terlalu berat ­­→ ibu mengerti
6)        Memberikan obat Tablet Fe, Vitamin C, dan Kalk → ibu menerimanya.
7)        Memberikan penjelasan tentang ketidaknyamanan pada kehamilan diantaranya :
a)         Kepala bayi menekan kandung kemih sehingga mengakibatkan sering kencing.
b)        Tanda-tanda persalinan seperti keluar lendir bercampur darah dari alat kemaluanya, merasa nyeri dari perut bagian bawah menjalar kepinggang, dan apabila ibu mengalami tanda-tanda seperti itu segera menghubungi bidan → ibu mengerti dan dapat mengulangi apa yang telah disampaikan.
8)        Memberitahu ibu tentang tanda-tanda bahaya pada akhir kehamilan seperti pusing yang hebat, muka, tangan dan kaki bengkak, keluar air-air dari jalan lahir dan apabila ibu mengalami salah satu tanda bahaya tersebut ibu dan keluarga segera menghubungi tenaga kesehatan terdekat  ibu mengerti dan akan segera menghubungi tenaga kesehatan terdekat apabila ada tanda bahaya yang dialami ibu.
9)        Persiapan kegawatdaruratan pada persalinan, seperti perlengkapan ibu dan bayi, dana (TABULIN), donor darah, kendaraan jika terjadi kegawatdaruratan→ Ibu mengerti.
10)    Mendiskusikan dengan ibu mengenai kunjungan ulang berikutnya → ibu menyetujui kunjungan ulang berikutnya 1 minggu yang akan datang, yaitu tanggal 27 Maret 2015 atau bila ada keluhan dan ada tanda-tanda persalinan.

B.       Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin
1.         Kala I Fase Laten
Tanggal            : 23 Maret 2015
Waktu              : 22.00 WIB
Tempat            : BPM. Bidan Soplaah, S.ST
a.         Data Subjektif
Ibu datang ke rumah bidan pukul 22.00 WIB, mengatakan mules-mules sejak pukul  03.00 pagi dan keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir. Ibu mengatakan merasa nyeri diperut bagian bawah yang menjalar sampai ke pinggang. pergerakan janin masih dirasakan oleh ibu, makan terakhir pukul 17.30 WIB, BAK terakhir pukul 15.00 WIB, dan BAB pukul 05.30 WIB.
b.        Data Objektif
1)        Keadaan Umum            :    Baik
2)        Kesadaran                     :    Compos mentis
3)        Tanda-tanda vital          :     Tekanan darah    : 120 / 70 mmHg
                                                   Nadi                    : 82x / menit
                                                   Pernapasan          : 22x / menit
                                                  Suhu                    : 36.6ºC    
4)        Pemeriksaan fisik
a)         Muka                             :    Tidak pucat, tidak ada oedema
b)        Mata                              :    Konjungtiva merah muda, sklera putih
c)         Payudara                       :    Payudara bersih, bentuk simetris, putting susu menonjol, areola hiperpigmentasi, kolostrum belum keluar.
d)        Abdomen                      :    Tidak ada bekas luka operasi, terdapat linea nigra dan striae gravidarum, kandung kemih kosong.
             Leopold  I                      :      TFU : 34 cm. bagian fundus teraba teraba  bulat, lunak dan tidak melenting (bokong).
      Leopold II                      :    Bagian kanan perut ibu teraba panjang ada tahanan (punggung), DJJ : 130 x/ menit, bagian kiri perut ibu teraba bagian-bagian kecil janin (ekstremitas)
Leopold III                          :    Bagian terendah janin teraba bulat, keras dan melenting (kepala)
Leopold IV                          :    Kepala sudah masuk PAP, Penurunan bagian terbawah janin 3/5.
TBJ                                       :    ( 34 - 11 ) X 155 = 3.565 gram
            HIS                                      :   His 2 kali dalam 10 menit lamanya 30 detik.
e)         Ekstremitas
       Atas                               :    Kuku tidak pucat, tidak ada oedema
       Bawah                          :     Kuku tidak pucat, tidak ada oedema maupun varices, refleks patella kanan (+) kiri (+)
f)         Genetalia                       :    Vulva dan vagina tidak ada oedema dan varises.
PD                                        :    V/V tidak ada kelainan, Portio tipis lunak, pembukaan 3 cm, ketuban utuh, presentasi kepala, ubun-ubun kecil kanan depan, penurunan kepala hodge II, tidak ada moulage, tidak ada bagian yang menumbung.
g)        Anus                              :    Ada hemmoroid

c.         Analisa
G1P0A0 Parturient aterm kala I fase laten, janin hidup, tunggal, intra uterin, presentasi kepala, keadaan ibu dan janin baik.
d.        Penatalaksanaan
1)        Membina hubungan baik dengan ibu dan keluarga → ibu dan keluarga menerima dengan baik.
2)        Memfasilitasi informed concent → ibu menyetujui tindakan yang akan dilakukan.
3)        Menyampaikan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga  → ibu dan keluarga mengetahui dan mengerti.
4)        Memberikan dukungan emosional kepada ibu dalam menghadapi persalinan → ibu merasa lebih tenang.
5)        Menganjurkan pada ibu tehnik relaksasi yang baik saat ada His → ibu mau melakukannya yaitu menarik nafas panjang melalui hidung dan mengeluarkannya lewat mulut.
6)        Mengajarkan ibu dan keluarga massase dipinggang dengan lembut untuk mengurangi rasa sakit / nyeri → ibu mau melakukannya
7)        Menawarkan makan dan minum jika tidak ada his → ibu minum teh manis ± 50 cc.
8)        Menganjurkan ibu untuk mobilisasi  → ibu mau jalan –jalan di sekitar tempat tidur.
9)        Menganjurkan ibu untuk tidak menahan kencing → ibu mengerti.
10)    Menyiapkan alat-alat dan obat-obatan essensial serta perlengkapan ibu dan bayi untuk pertolongan persalinan   alat-alat, obat-obatan essensial dan  perlengkapan ibu dan bayi sudah disiapkan.
11)    Memantau keadaan ibu, janin dan kemajuan persalinan yang dicatat di partograf → partograf terlampir
12)    Menawarkan pendamping persalinan pada ibu → ibu memilih suaminya.
13)    Merencanakan pemeriksaan dalam ulang 4 jam kemudian, atau bila ada indikasi  pemeriksaan dalam akan dilakukan pukul 02.00 WIB.

2.         Kala I Fase Aktif
Tanggal             :    24 Maret 2015
Waktu               :    02.00 WIB
Tempat              :    BPM. Bidan Soplaah, S.ST
a.         Data Subjektif
ibu mengatakan mulesnya semakin sering dan semakin kuat, keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir.
b.        Data Objektif
1)        Keadaan Umum            :    Baik
2)        Kesadaran                     :    Compos mentis
3)        Tanda-tanda vital          :     Tekanan darah      :    120 / 80 mmHg
                                                   Nadi                      :    80x / menit
                                                   Pernapasan            :    22x / menit
                                                  Suhu                      :   36.6ºC
4)        Abdomen                      :    Tidak ada bekas luka operasi, terdapat linea nigra dan striae gravidarum, kandung kemih kosong, DJJ : 130 x/menit, His 3 kali dalam 10 menit lamanya 30 detik.
5)        Pemeriksaan Dalam :    V/V tidak ada kelainan, Portio tipis lunak, pembukaan 4 cm, ketuban utuh, presentasi kepala, ubun-ubun kecil kanan depan, penurunan kepala Hodge II, tidak ada moulage, tidak ada bagian yang menumbung.
6)        Anus                         :         Ada haemmoroid.
c.         Analisa
G1P0A0 Parturient aterm kala I fase aktif, janin hidup, tunggal, intra uterin, presentasi kepala, keadaan ibu dan janin baik.
d.        Penatalaksanaan
                      1)          Membina hubungan baik dengan ibu dan keluarga → ibu dan keluarga menerima dengan baik.
                      2)          Menyampaikan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga  → ibu dan keluarga mengetahui dan mengerti.
                      3)          Menganjurkan pada ibu tehnik relaksasi yang baik saat ada His → ibu mau melakukannya yaitu menarik nafas panjang melalui hidung dan mengeluarkannya lewat mulut.
                      4)          Mengajarkan ibu dan keluarga massase dipinggang dengan lembut untuk mengurangi rasa sakit / nyeri → ibu mau melakukannya
                      5)          Menawarkan makan dan minum jika tidak ada his → ibu minum teh manis ± 50 cc.
                      6)          Menyiapkan persiapan APN
                      7)          Memfasilitasi ibu untuk mobilisasi  → ibu tidur memilih miring ke kiri.
                      8)          Menganjurkan ibu untuk tidak menahan kencing → ibu mengerti.
                      9)          Memantau keadaan ibu, janin dan kemajuan persalinan yang dicatat di partograf → partograf terlampir
                  10)          Merencanakan pemeriksaan dalam ulang 4 jam kemudian, atau bila ada indikasi  pemeriksaan dalam akan dilakukan pukul 06.00 WIB atau bila ada indikasi.

3.         Kala I Fase Aktif
Tanggal             :    24 Maret 2015
Waktu               :    06.00 WIB
Tempat              :    BPM. Bidan Soplaah, S.ST
a.         Data Subjektif
ibu mengatakan mulesnya semakin sering dan semakin kuat, keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir.


b.        Data Objektif
1)     Abdomen                  :    Tidak ada bekas luka operasi, terdapat linea nigra dan striae gravidarum, kandung kemih kosong, DJJ : 135 x/menit, His 4 kali dalam 10 menit lamanya 45 detik.
2)        Genitalia                   :    Tidak ada kelainan, terdapat cairan lendir bercampur darah dari jalan lahir
3)      PD                           : V/V tidak ada kelainan, Portio tipis lunak, pembukaan 8 cm, ketuban utuh, presentasi kepala, ubun-ubun kecil kanan depan, penurunan kepala H III, tidak ada moulage, tidak ada bagian yang menumbung.
4)   Anus                           :    Ada haemmoroid.
c.         Analisa
G1P0A0 Parturient aterm kala I fase aktif, janin hidup,  tunggal, intra uterin, presentasi kepala, keadaan ibu dan janin baik.
d.        Penatalaksanaan
1)        Membina hubungan baik dengan ibu dan keluarga → ibu dan keluarga menerima dengan baik.
2)        Menyampaikan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga → ibu dan keluarga mengetahui dan mengerti.
3)        Menganjurkan pada ibu tehnik relaksasi yang baik saat ada His → ibu mau melakukannya yaitu menarik nafas panjang melalui hidung dan mengeluarkannya lewat mulut.
4)        Mengajarkan ibu dan keluarga massase dipinggang dengan lembut untuk mengurangi rasa sakit / nyeri → ibu mau melakukannya
5)        Menawarkan makan dan minum jika tidak ada his → ibu minum teh manis ± 50 cc.
6)        Memfasilitasi ibu untuk mobilisasi  → ibu memilih tidur miring ke kiri.
7)        Menganjurkan ibu untuk tidak menahan kencing → ibu mengerti.
8)        Menyiapkan alat-alat dan obat-obatan essensial serta perlengkapan ibu dan bayi untuk pertolongan persalinan   alat-alat, obat-obatan essensial dan  perlengkapan ibu dan bayi sudah disiapkan.
9)        Memantau keadaan ibu, janin dan kemajuan persalinan yang dicatat di partograf → partograf terlampir
10)    Memberitahu kepada ibu dan keluarga mengenai IMD → Ibu dan keluarga setuju dengan program IMD
11)    Merencanakan pemeriksaan dalam ulang 4 jam kemudian, atau bila ada indikasi  pemeriksaan dalam akan dilakukan pukul 10.00 WIB atau bila ada indikasi.



4.         Kala II
Tanggal             : 24 Maret 2015
Waktu               : 07.00 WIB
a.         Data Subjektif
Ibu mengatakan mulesnya semakin kuat dan sering, dari perut menjalar ke pinggang dan ibu merasa seperti ingin BAB.
b.        Data Objektif
1)        Abdomen                   :    His 5 kali dalam 10 menit lamanya 60 detik,  kandung kemih kosong, penurunan kepala 1/5, DJJ=135 x/menit
2)        Genitalia                     :    Tidak ada oedema, vulva dan anus membuka, perineum menonjol dan keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir.
3)        Pemeriksaan dalam     :  V/V tidak ada kelainan, pembukaan 10 cm, ketuban utuh, presentasi kepala, ubun-ubun kecil depan, penurunan kepala Hodge III-IV.
c.         Analisa
G1P0A0 Parturient aterm kala II, janin hidup, tunggal, intra uterin,  presentasi kapala, kemajuan persalinan baik, keadaan ibu dan janin baik.
d.        Penatalaksanaan
1)        Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas DTT
2)        Melakukan pemeriksaan dalam : V/V tidak ada kelainan, pembukaan 10 cm, ketuban utuh, presentasi kepala, posisi ubun-ubun kecil kanan depan, penurunan kepala Hodge III-IV → amniotomi : ketuban jernih, jumlahnya normal, baunya khas.
3)        Menyampaikan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga  → ibu dan keluarga mengetahui dan mengerti.
4)        Memfasilitasi ibu dan keluarga untuk menghadapi proses persalinan → ibu dan keluarga siap untuk menghadapi persalinan.
5)        Memeriksa kembali kelengkapan alat pertolongan persalinan → alat-alat sudah lengkap.
6)        Memfasilitasi ibu posisi yang nyaman yang diinginkan ibu → ibu memilih posisi setengah duduk
7)        Memakai alat perlindungan diri.
8)        Mencuci tangan dengan sabun pada air mengalir dengan 7 langkah.
9)        Menawarkan kepada ibu minum disela-sela his → ibu minum teh manis hangat ± 50 cc.
10)    Mengajarkan dan membimbing ibu meneran saat ada his yaitu menarik nafas panjang dari hidung dan mengejan seperti mau BAB → ibu dapat melakukannya
11)    Mengobservasi keadaan ibu, his dan memantau DJJ diantara His → keadaan ibu dan janin baik
12)    Setelah kepala terlihat 5-6 cm membuka vulva, maka lindungi perineum dengan kain yang bersih dan kering tangan lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala → lakukan episiotomi dan anjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bernafas cepat dan dangkal
13)    Memeriksa kemungkinan adanya lilitan talipusat → tidak ada lilitan tali pusat
14)    Setelah bayi melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparietal anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi, dengan lembut gerakan ke arah bawah untuk mengelurkan bahu atas dan ke atas untuk mengelurkan bahu belakang
15)    Lakukan sanggah susur → setelah kedua bahu dilahirkan, menelusuri dari punggung sampai arah kaki bayi dan menyangga saat punggung dan kaki lahir, kemudian memegang kedua mata kaki bayi dan dengan hati-hati membantu kelahiran bayi : jam 07.15 WIB bayi lahir spontan, segera menangis, warna kulit kemerahan, gerakan aktif, jenis kelamin laki-laki.
16)    Keringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh yang lainnya, kecuali bagian tangan tanpa membersihkan vernik
17)    Ganti handuk basah dengan kain yang kering
18)    Memfasilitasi IMD  sudah dilakukan.
      






5.         Kala III
Tanggal           : 24 Maret 2015
Waktu             : 07.15 WIB
a.         Data Subjektif
Ibu mengatakan mengatakan masih mules dan senang karena bayinya sudah lahir.
b.        Data Objektif
1)        Keadaan umum        :   Baik
2)        Kesadaran                :    Compos Mentis
3)        Abdomen                 :   kontraksi uterus baik , kandung kemih kosong
4)        Genetalia                  :    Belum ada tanda-tanda pengeluaran plasenta, pengeluaran darah ± 100 cc
c.         Analisa
P1 A0  Kala III , keadaan umum ibu baik.
d.        Penatalaksanaan
Manajemen Aktif Kala III
1)        Menyampaikan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga  → ibu dan keluarga mengetahui dan mengerti.
2)        Memasang kain kala III.
3)        Memeriksa abdomen untuk memastikan tidak ada janin kedua → janin tunggal.
4)        Memberitahu ibu bahwa akan disuntik oksitosin 10 IU (IM) atau 1 cc pada 1/3 paha kanan atas bagian luar → Ibu setuju.
5)        Memberikan suntikan oksitosin 10 IU (IM) atau 1 cc pada 1/3 paha kanan atas bagian luar → Oksi masuk jam 07. 16 WIB.
6)        Melakukan peregangan tali pusat terkendali dan menahan uterus kearah dorso kranial.
7)        Memantau tanda lepasnya plasenta → Terlihat tanda-tanda lepasnya plasenta (tali pusat memanjang, uterus membulat, darah keluar secara tiba-tiba).
8)        Melahirkan plasenta → plasenta lahir spontan lengkap pukul 07.20 WIB.

6.         Kala IV
Tanggal            : 24 Maret 2015
Waktu             : 07.20 WIB
a.         Data Subjektif
Ibu mengatakan merasa lelah, tetapi merasa senang karena bayi dan  ari-ari nya sudah lahir dengan lengkap.
b.        Data Objektif
1)        Keadaan Umum              :    Baik
2)        Kesadaran                       :    Compos mentis
3)        Tanda – tanda vital         :    Tekanan darah         : 100/60 mmHg
                                                    Nadi                                    : 87 x / menit
                                                    Pernapasan              22 x / menit
                                                    Suhu                        36, 6 º C

4)        Pemeriksaan Fisik
a)         Abdomen                        :    TFU tidak teraba , kontraksi uterus teraba lembek, kandung kemih kosong.
b)        Genetalia                         :    Pengeluaran darah ± 300 cc, terdapat laserasi derajat 2.
c.         Analisa
P1 A0  Kala IV, keadaan umum ibu baik. potensial terjadi perdarahan.
d.        Penatalaksanaan
1)        Massase fundus uteri sebanyak 15 kali selama 15 detik → uterus lembek : perdarahan banyak
2)        Membersihkan bekuan darah dan/ selaput ketuban dari vagina dan lubang serviks → sudah dilakukan
3)        Melakukan  KBI dan KBE → kontrkasi uterus lembek
4)        Memberikan Infus RL + Oxytocin 20 Unit secara IV guyur → kontraksi uterus baik : perdarahan normal
5)        Mengecek kelengkapan plasenta → plasenta lengkap
6)        Mengecek laserasi vagina → terdapat laserasi derajat 2 (mukosa vagina, kulit perineum dan otot perineum)
7)        Menyuntikkan lidokain 1 % dengan tehnik withdrowl pada vagina ibu  sudah diberikan
8)        Melakukan penjahitan pada perineum ibu dengan tehnik jelujur dan sub cutis  sudah dilakukan
9)        Menilai kembali kontraksi uterus →  kontaksi uterus baik
10)    Mengukur Tekanan Darah → TD 100/60 mmHg
11)    Mengajarkan ibu melakukan massase fundus uteri à ibu dapat melakukannya
12)    Menurunkan semua alat habis pakai, membersihkan ibu, menganti kain dan pakaian yang basah/kotor dengan yang bersih dan kering  → ibu merasa lebih nyaman.
13)    Menganjurkan ibu untuk istirahat, makan dan minum → ibu mau makan.
14)    Menganjurkan pada ibu untuk tetap melakukan IMD selama 1 jam → ibu mau melakukannya
15)    Mengucapkan selamat pada ibu dan keluarga atas kelahiran bayinya → ibu dan keluarga merasa senang.
16)    Melakukan dekontaminasi alat bekas pakai kedalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit kemudian bilas dengan DTT→ alat-alat sudah dekontaminasi.
17)    Melepaskan sarung tangan secara terbalik dan cuci tangan dengan sabun dan air bersih → cuci tangan sudah dilakukan
18)    Memantau pendarahan tiap 15 menit pada jam pertama kemudian tiap 30 menit pada jam kedua dan 2 jam post partum meliputi tanda-tanda vital, kontraksi uterus, kandung kemih, serta mendokumentasikan hasil asuhan → hasil terlampir pada partograf.


C.        Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
1.         Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas 2 jam
Tanggal           :    24 Maret 2014
Jam                  :    09.20 WIB
Tempat            :    BPM Bidan Soplaah, S.ST
a.         Data Subjektif
Ibu mengatakan senang atas kelahiran bayinya, ibu masih merasa lemas,  ibu sudah BAK tetapi belum BAB, ASI keluar belum lancar, dan ibu belum mengetahui tanda-tanda bahaya masa nifas.
b.        Data Objektif
1)        Keadaan Umum       :    Baik
2)        Kesadaran                :    Compos mentis
3)        Tanda-tanda vital     :    Tekanan Darah   : 100/70 mmHg,   
Nadi                   :   87x/menit
                                             Respirasi             :   22 x/menit  
                                             Suhu                   :   36,6ºC
4)        Pemeriksaan Fisik
a)         Muka                        :    Sedikit pucat, tidak ada oedema.
b)        Mata                         :    Konjungtiva merah muda, sklera putih.
c)         Payudara                  :    Tidak ada benjolan, tidak nyeri tekan, tidak ada retraksi/dimpling, putting susu kanan dan kiri menonjol, kolostrum sudah keluar sedikit.
d)        Abdomen                 :    Kontraksi uterus baik, TFU 2 jari di bawah pusat dan kandung kemih kosong.
e)         Genetalia                  :    v/v tidak ada kelainan, pengeluaran darah lochea rubra normal, ada luka jahitan, tidak ada varises maupun oedema
f)         Ekstremitas                  
Atas                                 :    Kuku tidak pucat, tidak ada oedema
Bawah                             :    Kuku tidak pucat, tidak ada oedema maupun varises, tidak ada  nyeri tekan.
c.         Analisa
P1 A0 2 jam post partum, keadaan umum ibu baik
d.        Penatalaksanaan
1)        Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan → ibu mengetahui.
2)        Mengobservasi keadaan umum ibu, TFU, kontraksi uterus, pengeluaran darah, jumlah, warna dan konsistensinya → ibu dalam keadaan normal.
3)        Mengingatkan kembali ibu dan keluarga untuk menilai kontraksi dan melakukan masase uterus → ibu melakukannya
4)        Menganjurkan pada ibu untuk menyusui bayinya agar ASI cepat keluar serta mengajarkan ibu tehnik menyusu yang benar → ibu dapat melakukannya.
5)        Memberikan vitamin A dengan 200.000 IU → Ibu telah meminumnya
6)        Menganjurkan ibu untuk istirahat, makan, minum yang cukup untuk mengembalikan stamina ibu → ibu mengerti dan mau melakukannya

2.         Asuhan Kebidanan Pada  Ibu Nifas 6 jam
Tanggal         :    24 Maret 2015
Waktu           :    13.20 WIB
a.         Data Sujektif
Ibu mengatakan tidak ada keluhan, ibu sudah turun dari tempat tidur, ibu sudah BAK lancar, tetapi belum BAB dan ASI sudah keluar.
b.        Data Objektif
1)        Keadaan Umum       :    Baik
2)        Kesadaran                :    Compos mentis
3)        Tanda-tanda vital     :    TD = 110/70 mmHg,         N  = 83x / menit
                                             Respirasi = 22 x / menit,   S   = 36,8ºC
4)        Pemeriksaan Fisik
a)         Muka                        :    Sedikit pucat, tidak ada oedema.
b)        Mata                         :    Konjungtiva merah muda, sklera putih.
c)         Payudara                  :    Tidak ada benjolan, tidak nyeri tekan, puting susu kanan dan kiri menonjol, kolostrum sudah keluar
d)        Abdomen                 :    Kontraksi uterus baik, TFU 2 jari di bawah pusat dan kandung kemih kosong.
e)         Ekstremitas
 Atas                                :    Kuku tidak pucat, tidak ada oedema
 Bawah                            :    Kuku tidak pucat, tidak ada oedema maupun varises, tidak ada  nyeri tekan.
f)         Genitalia                   :    Luka jahitan dalam keadaan baik, lochea rubra, pengeluaran darah normal.
c.         Analisa
Post partum 6 jam, keadaan umum ibu baik.
d.        Penatalaksanaan
1)        Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan → ibu mengerti.
2)        Mengobservasi keadaan umum ibu, TFU, kontraksi uterus, pengeluaran darah, jumlah, warna dan konsistensinya → ibu dalam keadaan normal.
3)        Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang pentingnya ASI yaitu memberikan ASI selama 6 bulan tanpa memberikan makanan apapun → ibu mengerti dan akan mencobanya.
4)        Mengajarkan ibu cara menyusui yang benar   ibu mengerti dan akan melakukannya.
5)        Menganjurkan kepada ibu untuk selalu menjaga kebersihan diri terutama pada daerah kewanitaannya → ibu mengerti dan akan mengganti pembalut sesering mungkin
6)        Menganjurkan pada ibu untuk makan makanan yang banyak mengandung vitamin, protein, mineral seperti telur, daging, buah-buahan dan sayur-sayuran → ibu mengerti
7)        Memberikan konseling tentang perawatan tali pusat → ibu mengerti dan dapat menjelaskan kembali
8)        Memotivasi ibu untuk menyusui bayinya → ibu mau menyusui  bayinya.
9)        Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup → ibu akan melakukannya.
10)    Mendiskusikan bersama ibu tentang kunjungan ulang 2 hari berikutnya tanggal 26 Maret 2015 atau bila ada keluhan dan tanda-tanda bahaya nifas → Ibu menyetujuinya.

3.         Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas 2 hari
Tanggal             :    26 Maret 2015
Waktu               :    16.00 WIB
Tempat              :    Rumah pasien
a.         Data Subjektif
Ibu mengatakan sudah merasa sehat, ASI keluar banyak ibu menyusui dengan baik,  makan 3 kali sehari dan minum ± 8 gelas sehari, tidak ada pantangan dalam makanan, BAB dan BAK lancar, ibu sudah bisa berjalan-jalan disekitar rumahnya, ibu belum tahu tentang perawatan payudara.
b.        Data Objektif
1)        Keadaan Umum       :    Baik
2)        Kesadaran                :    Compos mentis
3)        Tanda-tanda vital     :    TD                      : 110/70 mmHg, 
                                             Nadi                   : 83x / menit
                                             Respirasi             : 22x / menit.
                                             Suhu                   : 36,5ºC,         
4)        Pemeriksaan Fisik
a)         Muka                        :    Sedikit pucat, tidak ada oedema.
b)        Mata                         :    Konjungtiva merah muda, sklera putih.
c)         Payudara                  :    Simetris, tidak ada benjolan, tidak nyeri tekan, puting susu kanan dan kiri menonjol, ASI sudah keluar.
d)        Abdomen                 :    Kontraksi uterus baik, TFU 3 jari di bawah pusat, kandung kemih kosong, Diastasis Rektus Abdominalis masih teraba 2/3 jari.
e)         Ekstremitas             
Atas                                 :    Kuku tidak pucat, tidak ada oedema
Bawah                             :    Kuku tidak pucat, tidak ada oedema maupun varises, tidak ada nyeri tekan, tanda Homman (-).
f)         Genetalia                  :    Tidak ada oedema, pengeluaran lochea rubra, perineum terdapat luka jahitan masih basah, tidak terdapat tanda-tanda infeksi
c.         Analisa
P1 A0 2 hari post partum, keadaan umum ibu baik.
d.        Penatalaksanaan
1)        Memberitahu ibu hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga → ibu mengetahuinya.
2)        Mengobservasi keadaan umum ibu, TFU, kontraksi uterus, pengeluaran darah, jumlah, warna dan konsistensinya → ibu dalam keadaan normal.
3)        Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin tanpa dijadwal →  ibu mengerti dan akan melakukannya
4)        Menjelaskan kepada ibu tentang tanda-tanda infeksi jalan lahir akibat luka robekan yaitu adanya panas, kemerahan pada bagian-bagian tertentu seperti pada kaki, lochea berbau → ibu mengetahui dan dapat mengulangi penjelasan bidan.
5)        Menganjurkan ibu untuk banyak istirahat → ibu mau melakukannya.
6)        Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi → ibu mau mengkonsumsinya.
7)        Menganjurkan ibu untuk selalu menjaga kebersihan alat genetalia dengan membersihkan dari arah depan ke belakang dan menjaganya agar tetap bersih dan kering → ibu mau melakukannya
8)        Memberitahu kepada ibu tentang perawatan payudara yaitu : mengompres putting susu dengan minyak untuk melemaskan putting atau melenturkan putting susu, massase payudara kearah bagian luar dan melentingkan untuk memperlancar peredarah darah, massase dengan pinggir tangan seluruh payudara, massase dengan jari-jari tangan seluruh payudara, massase dengan jari-jari tangan yang dikepal memutari seluruh payudara, dan memutarkan putting susu untuk menguatkan payudara → ibu mengerti dan mau melakukannya.
9)        Memotivasi ibu untuk tetap menyusui bayinya tanpa makanan pendamping (ASI ekslusif)  → ibu mengerti dan mau memberikan ASI saja.
10)    Menganjurkan kepada ibu untuk mobilisasi dini yaitu berjalan-jalan didepan rumah → ibu mau melakukannya.
11)    Mengajarkan ibu tentang senam nifas  ibu mengerti dan mau melakukannya.
12)    Memastikan ibu masih ingat tentang tanda-tanda bahaya nifas dan bayi yang sudah pernah disampaikan → ibu dapat mengulangi dan menyebutkannya.
13)    Mendiskusikan bersama ibu untuk kunjungan ulang 6 hari berikutnya tanggal 30 Maret 2015 → Ibu setuju.

4.         Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas 6 hari
Tanggal             :    30 Maret 2015
Waktu               :    16.00 WIB
Tempat              :    Rumah pasien
a.         Data Subjektif
Ibu mengatakan kurang tidur karena bayinya sering bangun malam untuk menyusu namun ibu tidak merasa terganggu dan sudah merasa sehat, BAB dan BAK lancar, makan dan minum tidak ada yang di pantang.
b.        Data Objektif
1)        Pemeriksaan Umum
a)         Keadaan Umum       :    Baik
b)        Kesadaran                :    Compos mentis
c)         Tanda-tanda vital     :    TD           : 110/70 mmHg, 
                                             Nadi         :   83x / menit
                                             Respirasi  :   22x / menit.
                                             Suhu        :   36,5ºC,                  
2)        Pemeriksaan Fisik
a)         Muka                             :    Tidak pucat, tidak ada oedema.
b)        Mata                              :    Konjungtiva merah muda, sklera putih.
c)         Payudara                       :    Simetris, tidak ada benjolan dan tarikan, tidak nyeri tekan, tidak ada warna kemerahan,  puting susu kanan dan kiri  menonjol, ASI keluar banyak.
d)        Abdomen                      :    TFU pertengahan pusat dan simpisis, kandung kemih kosong, Diastasis Rektus Abdominalis masih teraba 1/2 jari
e)         Genetalia                       : Tidak ada varises, lochea sanguinolenta, perineum terdapat luka jahitan sudah kering.
f)         Ekstremitas                  
         Atas                            :    Kuku tidak pucat, tidak ada oedema
         Bawah                         :    Kuku tidak pucat, tidak ada oedema maupun varises, tidak ada nyeri tekan, tanda Homman (-)/(-).
c.         Analisa
P1 A0 6 hari post partum, keadaan umum ibu baik.


d.        Penatalaksanaan
1)        Memberitahu ibu hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga → ibu mengetahuinya.
2)        Mengobservasi keadaan umum ibu, TFU, kontraksi uterus, pengeluaran darah, jumlah, warna dan konsistensinya → ibu dalam keadaan normal.
3)        Memberikan konseling tentang nutrisi yang seimbang bagi ibu menyusui dan menganjurkan kepada ibu agar tidak ada pantangan makanan → ibu mengerti
4)        Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup selagi bayinya tidur → ibu mengerti dan akan melakukannya
5)        Menganjurkan pada ibu untuk melakukan aktivitas dalam kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan agar organ reproduksi cepat kembali pulih → ibu mengerti
6)        Mengajarkan ibu tentang senam nifas  ibu mengerti dan mau melakukannya.
7)        Mendiskusikan bersama ibu untuk kunjungan ulang 2 minggu berikutnya tanggal 07 april 2015 → Ibu setuju






5.         Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas 2 Minggu
Tanggal                  :    07 April 2015
Waktu                    :    16.00 WIB
Tempat                   :    Rumah pasien.
a.         Data Subjektif
Ibu mengatakan merasa sehat, dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik, darah sudah tidak lagi keluar hanya berwarna putih, dan tidak berbau, ASI lancar, makan 3 kali sehari, porsi sedang (1 piring), dengan nasi, lauk, sayur, istirahat cukup dan tidak dirasakan bahaya nifas, serta ibu belum mempunyai rencana ber KB.
b.        Data Objektif
1)        Keadaan Umum            :     Baik
2)        Kesadaran                     :    Compos mentis
3)        Tanda-tanda vital          :      TD               : 110/70 mmHg
                                                    Nadi             : 80x/menit
                                                    Respirasi      : 20x/ menit
                                                    Suhu                        : 36,5ºC
4)        Pemeriksaan Fisik
a)         Muka                             :    Tidak pucat, tidak ada oedema.
b)        Mata                              :    Konjungtiva merah muda, sklera putih.
c)         Leher                             :    Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, thyroid maupun vena jugularis
d)        Payudara                       :    Simetris, putting susu bersih dan tidak lecet, ASI lancar
e)         Abdomen                      : TFU tidak teraba, Diastasis Rectus Abdominalis tidak teraba.
f)         Genitalia                       :    Tidak ada kelainan, tidak ada odema maupun varises, pengeluaran lochea alba, luka jahitan bagus.
g)        Anus                              :    Tidak ada haemoroid.
c.         Analisa
P1 A0 2 minggu post partum, keadaan umum ibu baik
d.        Penatalaksanaan
1)        Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan → ibu mengetahui dan mengerti.
2)        Mengobservasi keadaan umum ibu, TFU, kontraksi uterus, pengeluaran darah, jumlah, warna dan konsistensinya → ibu dalam keadaan normal.
3)        Mengingatkan kembali tentang perawatan payudara, personal hygiene → ibu mengerti
4)        Mengingatkan kembali tentang nutrisi yang seimbang → ibu mengerti
5)        Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup selagi bayinya tidur →  ibu mengerti
6)        Memberikan KIE tentang macam-macam alat kontrasepsi secara dini 40 hari pasca persalinan → ibu memilih kontrasepsi suntik 3 bulan.
7)        Memberikan konseling tentang hubungan seksual bahwa hubungan seksual dapat dilakukan begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri serta ibu telah siap→ ibu mengerti
8)        Memastikan ibu masih ingat tentang informasi kunjungan yang lalu → ibu masih mengingatnya dan mampu mengulanginya.
9)        Menganjurkan ibu kembali agar ibu dapat menyusui banyinya secara ASI esklusif tanpa makanan pendamping ASI   ibu mengerti dan mau melakukannya.

D.       Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir
1.         Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir
Tanggal            : 24 Maret 2015
Waktu             : 07.15 WIB
Tempat            : BPM
a.         Data Subjektif
-
b.        Data Objektif
Tanggal 24 Maret 2015 pukul 07.15 WIB, bayi lahir spontan, segera menangis, warna kulit kemerahan, gerakan aktif, jenis kelamin laki-laki
c.         Analisa
Neonatus cukup bulan, sesuai masa kehamilan, keadaan umum baik.

d.        Penatalaksanaan
1)        Menilai BBL → Bayi lahir segera menangis, warna kulit kemerahan dan gerakan otot aktif
2)        Meletakkan tubuh bayi di atas perut ibu.
3)        Mengeringkan tubuh bayi dengan kain yang bersih dan kering kecuali telapak tangan dan dada.
4)        Mengganti kain yang kotor dengan kain yang bersih dan kering.
5)        Memotong tali pusat dan mengikatnya.
6)        Melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
7)        Menyuntikkan vitamin K 1 mg pada 1/3 paha kiri bayi kiri 1 jam setelah bayi lahir →  sudah disuntikkan
8)        Memberikan salep mata oxytetracyeline 1% → sudah diberikan
9)        Mengukur panjang badan dan berat badan → PB : 48 cm dan BB : 3500 gram.

2.         Asuhan Kebidanan Pada Bayi Umur 2 Jam
Tanggal             :    24 Maret 2015
Waktu               :    09.20 WIB
Tempat              :   BPM
a.         Data Subjektif
Ibu mengatakan bayinya sudah BAB dan BAK, sudah menyusu


b.        Data Objektif
1)        Keadaan umum             :    Baik, bayi menangis kuat, aktif, kulit dan bibir  kemerahan.
2)        Tanda-tanda vital dan antropometri
a)         Frekuensi nafas             :    43x / menit
b)        Denyut jantung             :    142x / menit
c)         Suhu                              :    36,9ºC
d)        Berat badan                   :    3500 gram
e)         Panjang badan               :    48 cm
f)         Lingkaran kepala           :     33 cm
g)        Lingkaran dada             :     35 cm
h)        Ubun-ubun                    :    Tidak cekung dan tidak cembung
i)          Wajah                            :    Simetris
j)          Mata                              :    Simetris kiri dan kanan, tidak ada secret
k)        Hidung dan mulut         :    Hidung simetris, bibir tidak pucat,  tidak ada labioskisis palatoskisis, sucking refleks positif, rooting reflex, swallowing refleks positif
l)          Telinga                          :    Simetris kiri dan kanan, lentur bila  dilekukan kedepan dapat kembali dengan cepat
m)      Leher                             :    Tidak ada pembengkakan kelenjar limfe dan kelenjar tyroid.
n)        Dada                             :  Simetris, putting susu simetris, pernapasan dangkal, tidak ada retraksi, tidak ada rochi, tidak ada wheezing.
o)        Abdomen                      :    Bulat dan menonjol, tali pusat terikat kuat,  tidak ada pendarahan
p)        Genetalia                       :    Testis sudah turun ke skrotum, ada lubang uretra di ujung tengah glans penisdan terdapat lubang anus.
q)        Ekstremitas             
       Atas                               :    Gerakan simetris, fleksi, refleks palmar graps positif, jumlah jari lengkap, tidak polidaktili maupun sindaktili.
       Bawah                           : Gerakan simetris, fleksi, refleks babinski  positif, refleks plantar graps positif, refleks moro positif, tidak polidaktili maupun sindaktili.
Kulit                                     :    Warna kulit kemerahan, tidak ada kelainan
c.         Analisa
 Neonatus cukup bulan, sesuai masa kehamilan umur 2 jam, keadaan umum baik.
d.        Penatalaksanaan
1)        Memberitahu ibu hasil pemeriksaan → ibu mengetahui dan mengerti.
2)        Memberitahu ibu untuk tetap menjaga kehangatan bayinya → ibu mengerti dan mau melakukannya.
3)        Memberikan imunisasi hepatitis Bo 0,5 ml pada 1/3 paha bagian kanan bayi → imunisasi hepatitis B0 sudah diberikan
4)        Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayinya → ibu akan menyusui bayinya setiap saat.
5)        Menjelaskan kepada ibu tentang personal hygiene  pada bayi baru lahir seperti
6)         : menganjurkan ibu untuk segera mengganti popok yang kotor dengan popok yang kering dan bersih, memandikan bayi 2 kali sehari, membersihkan kemaluan bayi dari bagian terbersih kebagian terkotor → ibu mengerti dan dapat mengulang penjelasan yang disampaikan.
7)        Memberitahu ibu dan keluarga tentang perawatan tali pusat yaitu : tali pusat harus dibersihkan pada saat mandi mulai dari pangkal sampai ujung dan daerah sekitarnya dengan menggunakan sabun dan air bersih kemudian keringkan, biarkan tali pusat terbuka tetapi tetap menjaga kebersihannya, jangan sekali-kali menarik tali pusat yang akan lepas biarkan lepas dengan sendirinya untuk menghindari terjadinya perdarahan dan tali pusat jangan dibumbuhi apapun → ibu mengerti dan dapat mengulangi kembali apa yang dijelaskan.
8)        Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI esklusif tanpa makanan pendamping ASI   ibu mengerti dan mau melakukannya.
9)        Menginformasikan kepada ibu dan keluarga tentang tanda-tanda bahaya pada bayi seperti isapan bayi lemah atau bayi tidak mau menghisap saat menyusui, kesulitan bernafas, bayi tidur terus tidak bangun untuk minum, mata bengkak atau mengeluarkan cairan, tali pusat merah, berdarah atau keluar nanah, warna kulit kuning pada 24 jam pertama, biru atau pucat → ibu mengerti dan mampu mengulangi apa yang disampaikan tentang tanda-tanda bahaya pada bayi.

3.         Asuhan Kebidanan Pada Bayi Umur 6 Jam
Tanggal             :    24 Maret 2015
Waktu               :    13.20 WIB
Tempat              :    BPM
a.         Data Subjektif
Ibu mengatakan bayinya menyusu dengan kuat, sudah BAK.
b.        Data Objektif
1)        Keadaan umum             :    Baik, bayi menangis kuat, aktif, kulit dan bibir  kemerahan.
2)        Tanda-tanda vital dan antropometri
a)         Frekuensi nafas             :    43x / menit
b)        Denyut jantung             :    142x / menit
c)         Suhu                              :    36,9ºC
d)        Berat badan                  :    3500 gram
e)         Panjang badan              :    48 cm
f)         Lingkaran kepala           :     33 cm
g)        Lingkaran dada             :     35 cm
h)        Ubun-ubun                    :    Tidak cekung dan tidak cembung
i)          Wajah                            :    Simetris
j)          Mata                              :    Simetris kiri dan kanan, tidak ada secret
k)        Hidung dan mulut         :  Hidung simetris, bibir tidak pucat,  tidak ada labioskisis palatoskisis, sucking refleks positif, rooting reflex, swallowing refleks positif
l)          Telinga                          :    Simetris kiri dan kanan, lentur bila  dilekukan kedepan dapat kembali dengan cepat
m)      Leher                             :    Tidak ada pembengkakan kelenjar limfe dan kelenjar tyroid.
n)        Dada                             : Simetris, putting susu simetris, pernapasan dangkal, tidak ada retraksi, tidak ada rochi, tidak ada wheezing.
o)        Abdomen                      :    Bulat dan menonjol, tali pusat terikat kuat,  tidak ada pendarahan
p)        Genetalia                       :    Testis sudah turun ke skrotum, ada lubang uretra di ujung tengah glans penisdan terdapat lubang anus.
q)        Ekstremitas             
       Atas                               :    Gerakan simetris, fleksi, refleks palmar graps positif, jumlah jari lengkap, tidak polidaktili maupun sindaktili.
       Bawah                           : Gerakan simetris, fleksi, refleks babinski  positif, refleks plantar graps positif, refleks moro positif, tidak polidaktili maupun sindaktili.
r)          Kulit                              :    Warna kulit kemerahan, tidak ada kelainan.

c.         Analisa
Neonatus cukup bulan, sesuai masa kehamilan umur 6 jam, keadaan umum baik.
d.        Penatalaksanaan
1)        Memberitahu ibu hasil pemeriksaan → ibu mengetahui dan mengerti.
2)        Memberitahu ibu untuk tetap menjaga kehangatan bayinya → ibu mengerti dan mau melakukannya.
3)        Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayinya → ibu akan menyusui bayinya setiap saat.
4)        Mengajarkan ibu tentang perawatan tali pusat  ibu mengerti dan mau melakukannya.
5)        Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI esklusif  ibu mengerti dan mau melakukannya.
6)        Memastikan pada ibu dan keluarga masih ingat tentang tanda bahaya pada bayi → ibu masih ingat dan mampu menyebutkan tanda bahaya pada bayi
7)        Mendiskusikan bersama ibu untuk kunjungan ulang 2 hari berikutnya tanggal 26 Maret 2015, atau bila ada keluhan → Ibu menyetujuinya.
4.         Asuhan Kebidanan Pada Bayi Umur 2 Hari
Tanggal             :    26 Maret 2015
Waktu               :    15.00 WIB
Tempat              :    Rumah Pasien
a.         Data Subjektif
Ibu mengatakan tidak ada keluhan dengan bayinya, bayi menyusu dengan baik, ASI lancar, BAB dan BAK lancar.
b.        Data Objektif
1)        Keadaan Umum            :    Baik, bayi menangis kuat, aktif, kulit kemerahan
2)        Tanda-tanda vital dan antropometri
a)         Frekuensi nafas             :    44x / menit
b)        Denyut jantung             :    145x / menit
c)         Suhu                              :    36,9ºC
d)        Berat badan                  :    3400 gram
e)         Panjang badan              :    48 cm
f)         Lingkaran kepala          :     33 cm
g)        Lingkaran dada             :     35 cm
h)        Ubun-ubun                    :    Tidak cekung dan tidak cembung
i)          Wajah                            :    Simetris
j)          Mata                              :    Simetris kiri dan kanan, tidak ada secret
k)        Hidung dan mulut        :    Hidung simetris, bibir tidak pucat,  tidak ada labioskisis palatoskisis, sucking reflekspositif, rooting reflex, swallowing refleks positif
l)          Telinga                          :    Simetris kiri dan kanan, lentur bila  dilekukan kedepan dapat kembali dengan cepat
m)      Leher                             :    Tidak ada pembengkakan kelenjar limfe dan kelenjar tyroid.
n)        Dada                             : Simetris, putting susu simetris, pernapasan dangkal, tidak ada retraksi, tidak ada rochi, tidak ada wheezing.
o)        Abdomen                      :    Tali pusat masih sedikit basah, tidak ada perdarahan, tidak ada kelainan, tidak ada tanda infeksi.
p)        Genetalia                       :    Testis sudah turun ke skrotum, ada lubang uretra di ujung tengah glans penisdan terdapat lubang anus.
q)        Ekstremitas                  
        Atas                              :    Gerakan simetris, fleksi, refleks palmar graps positif, jumlah jari lengkap, tidak polidaktili maupun sindaktili.
       Bawah                           : Gerakan simetris, fleksi, refleks babinski  positif, refleks plantar graps positif, refleks moro positif, tidak polidaktili maupun sindaktili.
r)          Kulit                              :               Warna kulit kemerahan, tidak ada kelainan.
3)        Mata                              :    Simetris tidak ada tanda infeksi, sklera putih, konjungtiva merah muda, tidak ada kelainan
4)        Dada                             :    Tidak ada tarikan dinding dada
5)        Abdomen                      :  Tali pusat masih sedikit basah, tidak ada perdarahan, tidak ada kelainan, tidak ada tanda infeksi.
6)        Kulit                              :    Kemerahan
c.         Analisa
Neonatus cukup bulan, sesuai masa kehamilan umur 2 hari, keadaan umum baik.
d.        Penatalaksanaan
1)        Memberitahu ibu hasil pemeriksaan → ibu mengetahui dan mengerti.
2)        Menjaga kehangatan tubuh bayi → bayi dalam keadaan terbungkus kain kering dan bersih.
3)        Memenuhi kebutuhan nutrisi dan menetekan bayi ke ibunya → bayi mau menyusu dengan baik.
4)        Memastikan ibu masih ingat tentang informasi pada kunjungan lalu → ibu masih mengingatnya dan mampu menyebutkannya.
5)        Menginformasikan pada ibu tentang macam-macam, manfaat dan pentingnya imunisasi → ibu mengerti
6)        Menganjurkan pada ibu untuk menjemur bayinya setiap pagi selama 10-15 menit dengan dada terbuka sekitar pukul 07.30 pagi → ibu sudah melakukannya
7)        Memberitahu pada ibu bahwa penurunan berat badan pada bayi baru lahir merupakan hal yang normal sebagi respon dari perubahan lingkungan untuk beradaptasi dan berat badan bayi akan kembali mengalami peningakatan 2 minggu kemudian → ibu mengerti
8)        Mendiskusikan bersama ibu untuk kunjungan ulang 6 hari berikutnya tanggal 30 Maret 2015, atau bila ada keluhan → Ibu menyetujuinya.

5.         Asuhan Kebidanan Pada Bayi Umur 6 Hari
Tanggal            : 30 Maret 2015
Jam                  : 15.00 WIB
a.         Data Subjektif
Ibu mengatakan tidak ada keluhan dengan bayinya, bayi menyusu dengan kuat, tidak diberi makanan tambahan, ASI lancar, BAK dan BAK lancar.
b.        Data Objektif
1)        Keadaan umum        :    Baik, aktif, kulit dan bibir kemerahan
2)        Tanda-tanda vital dan antropometri
a)         Frekuensi nafas             : 43x / menit
b)        Denyut jantung             : 142x / menit
c)         Suhu                              : 36,9ºC
d)        Berat badan                  : 3500 gram
e)         Panjang badan              :  48 cm
f)         Lingkaran kepala           :  33 cm
g)        Lingkaran dada             :  35 cm
h)        Ubun-ubun                    : Tidak cekung dan tidak cembung
i)          Wajah                            : Simetris
j)          Mata                              : Simetris kiri dan kanan, tidak ada secret
k)        Hidung dan mulut         :  Hidung simetris, bibir tidak pucat,  tidak ada labioskisis palatoskisis, sucking refleks positif, rooting reflex, swallowing refleks positif
l)          Telinga                     :    Simetris kiri dan kanan, lentur bila  dilekukan kedepan dapat kembali dengan cepat
m)      Leher                        :    Tidak ada pembengkakan kelenjar limfe dan kelenjar tyroid.
n)        Dada                        : Simetris, putting susu simetris, pernapasan dangkal, tidak ada retraksi, tidak ada rochi, tidak ada wheezing.
o)        Abdomen                 :    Talipusat tidak ada tanda-tanda infeksi
p)        Genetalia                  :    Testis sudah turun ke skrotum, ada lubang uretra di ujung tengah glans penisdan terdapat lubang anus.



q)        Ekstremitas             
       Atas                          :    Gerakan simetris, fleksi, refleks palmar graps positif, jumlah jari lengkap, tidak polidaktili maupun sindaktili.
      Bawah                       : Gerakan simetris, fleksi, refleks babinski  positif, refleks plantar graps positif, refleks moro positif, tidak polidaktili maupun sindaktili.
r)          Kulit                         :    Warna kulit kemerahan, tidak ada kelainan.
c.         Analisa
Neonatus cukup bulan, sesuai masa kehamilan umur 6 hari, keadaan umum baik.    
d.        Penatalaksanaan
1)        Memberitahu ibu hasil pemeriksaan → ibu mengetahui dan mengerti.
2)        Memastikan bayi menyusu dengan baik → bayi menyusu dengan baik.
3)        Menganjurkan kembali ibu untuk memberikan ASI esklusif   ibu mengerti dan mau melakukannya.
4)        Memastikan pada ibu dan keluarga masih ingat tentang tanda bahaya pada bayi  ibu masih ingat dan mampu menyebutkan tanda bahaya bayi.
5)        Memastikan bayi beraktifitas dengan baik → bayi terlihat aktif.
6)        Memberitahu ibu untuk tetap menjaga kehangatan bayinya → ibu sudah melakukannya.
7)        Mendiskusikan bersama ibu untuk kunjungan ulang 2 minggu berikutnya tanggal 07 April 2015, atau bila ada keluhan→ Ibu menyetujuinya.
6.         Asuhan Kebidanan Pada Bayi Umur 2 Minggu
Tanggal      : 07 April 2015
Jam             : 15.00 WIB
a.             Data Subjektif
Ibu mengatakan tidak ada keluhan dengan bayinya. Ibu menyusui bayinya tanpa dijadwal ASI lancar.
b.            Data Objektif
1)        Keadaan umum        :    Baik, gerakan aktif, kulit dan bibir kemerahan
2)        Tanda-tanda vital dan antropometri
a)         Frekuensi nafas        :    43x / menit
b)        Denyut jantung        :    142x / menit
c)         Suhu                         :    36,9ºC
d)        Berat badan              :    3750 gram
e)         Panjang badan          :    48 cm
f)         Lingkaran kepala      :    33 cm
g)        Lingkaran dada        :    35 cm
h)        Ubun-ubun               :    Tidak cekung dan tidak cembung
i)          Wajah                       :    Simetris
j)          Mata                         :    Simetris kiri dan kanan, tidak ada secret
k)        Hidung dan mulut    :    Hidung simetris, bibir tidak pucat,  tidak ada labioskisis palatoskisis, sucking refleks positif, rooting reflex, swallowing refleks positif
l)          Telinga                     :    Simetris kiri dan kanan, lentur bila  dilekukan kedepan dapat kembali dengan cepat
m)      Leher                        :  Tidak ada pembengkakan kelenjar limfe dan kelenjar tyroid.
n)        Dada                        :    Simetris, putting susu simetris, pernapasan dangkal, tidak ada retraksi, tidak ada rochi, tidak ada wheezing.
o)        Abdomen                 :    Tali pusat sudah lepas, tidak ada kelainan, tidak ada tanda infeksi
p)        Genetalia                  :    Testis sudah turun ke skrotum, ada lubang uretra di ujung tengah glans penisdan terdapat lubang anus.

q)        Ekstremitas             
       Atas                          :    Gerakan simetris, fleksi, refleks palmar graps positif, jumlah jari lengkap, tidak polidaktili maupun sindaktili.
       Bawah                      : Gerakan simetris, fleksi, refleks babinski  positif, refleks plantar graps positif, refleks moro positif, tidak polidaktili maupun sindaktili.
r)          Kulit                         :    Warna kulit kemerahan, tidak ada kelainan.
c.         Analisa
Neonatus cukup bulan, sesuai masa kehamilan umur 2 minggu, keadaan umum baik.

d.        Penatalaksanaan
1)        Memberitahu ibu hasil pemeriksaan → ibu mengetahui dan mengerti.
2)        Memenuhi kebutuhan nutrisi bayi → ibu menyusui bayinya setiap saat.
3)        Memastikan bayi beraktifitas dengan normal → bayi tampak aktif.
4)        Memastikan ibu menyusui ASI esklusif  ibu memberikan ASI esklusif.
5)        Memastikan asupan ASI cukup  ditandai dengan kenaikan berat badan
6)        Menganjurkan ibu untuk datang ke bidan atau posyandu melakukan imunisasi lanjutan  ibu mengerti dan mau melakukannya.
7)        Menganjurkan ibu untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan bayinya  ibu mengerti dan mau melakukannya.
8)        Mengingatkan kembali tentang tanda bahaya bayi  ibu mampu menyebutkan tanda bahaya bayi kembali.








7.         Asuhan Kebidanan Pada Bayi Umur 4 Minggu
Tanggal      : 21 April 2015
Jam             : 15.00 WIB
a.         Data Subjektif
Ibu mengatakan tidak ada keluhan dengan bayinya. BAB 2 kali sehari dengan konsistensi lembek, berwarna kuning dan BAK ± 12 kali dalam 24 jam. Bayi menyusu dengan kuat.
b.            Data Objektif
1)        Keadaan umum        :    Baik, gerakan aktif, kulit dan bibir kemerahan
2)        Tanda-tanda vital dan antropometri
a)         Frekuensi nafas        :    43x / menit
b)        Denyut jantung        :    142x / menit
c)         Suhu                         :    36,9ºC
d)        Berat badan              :    3850 gram
e)         Panjang badan          :    48 cm
f)         Lingkaran kepala      :    33 cm
g)        Lingkaran dada        :    35 cm
h)        Ubun-ubun               :    Tidak cekung dan tidak cembung
i)          Wajah                       :    Simetris
j)          Mata                         :    Simetris kiri dan kanan, tidak ada secret
k)        Hidung dan mulut    :    Hidung simetris, bibir tidak pucat,  tidak ada labioskisis palatoskisis, sucking refleks positif, rooting reflex, swallowing refleks positif
l)          Telinga                     :    Simetris kiri dan kanan, lentur bila  dilekukan kedepan dapat kembali dengan cepat
m)      Leher                        :  Tidak ada pembengkakan kelenjar limfe dan kelenjar tyroid.
n)        Dada                        :    Simetris, putting susu simetris, pernapasan dangkal, tidak ada retraksi, tidak ada rochi, tidak ada wheezing.
o)        Abdomen                 :    Tidak kembung
p)        Genetalia                  :    Testis sudah turun ke skrotum, ada lubang uretra di ujung tengah glans penisdan terdapat lubang anus.
q)        Ekstremitas             
       Atas                          :    Gerakan simetris, fleksi, refleks palmar graps positif, jumlah jari lengkap, tidak polidaktili maupun sindaktili.
       Bawah                      : Gerakan simetris, fleksi, refleks babinski  positif, refleks plantar graps positif, refleks moro positif, tidak polidaktili maupun sindaktili.
r)          Kulit                         :    Warna kulit kemerahan, tidak ada kelainan.
c.         Analisa
Neonatus cukup bulan umur 2 minggu, keadaan umum baik.
d.        Penatalaksanaan
1)        Memberitahu ibu hasil pemeriksaan → ibu mengetahui dan mengerti.
2)        Memenuhi kebutuhan nutrisi bayi → ibu menyusui bayinya setiap saat.
3)        Memastikan bayi beraktifitas dengan normal → bayi tampak aktif.
4)        Memastikan ibu menyusui ASI esklusif  ibu memberikan ASI esklusif.
5)        Memastikan asupan ASI cukup  ditandai dengan kenaikan berat badan
6)        Mengingatkan kembali ibu untuk datang ke bidan atau posyandu melakukan imunisasi → ibu mengerti dan mau melakukannya.
7)        Menganjurkan ibu untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan bayinya  ibu mengerti dan mau melakukannya.
8)        Mengingatkan kembali tentang tanda bahaya bayi  ibu mampu menyebutkan tanda bahaya bayi kembali.
=================================================
BAB IV
PEMBAHASAN


Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan penulis pada Ny. R sejak masa kehamilan Ny. R berusia 40 minggu, bersalin, nifas dan bayi baru lahir sampai 2 minggu post partum di Bidan Praktek Mandiri di Wilayah Kerja Puskesmas Tukdana Indramayu tahun 2015. Adapun hasilnya sebagai berikut :

A.       Kehamilan
Kehamilan di definisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa atau ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan dibagi atas 3 triwulan (trimester) : Kehamilan triwulan I antara 0 – 12 minggu, Kehamilan triwulan II antara 13 – 27 minggu, Kehamilan triwulan III antara 28 – 40 minggu. (Prawirohardjo, 2010 : 213 )
Asuhan kebidanan yang diberikan oleh penulis kepada Ny.R berdasarkan alur fikir yang sistimatis yakni mengkaji data-data yang ada baik data subjektif maupun objektif kemudian ditetapkan kebutuhan yang akan dipenuhi melalui rencana asuhan kebidanan. Dari data-data yang didapat dari pengkajian kepada Ny.R, didapatkan bahwa Ny.R, berusia 19 Tahun hamil anak yang pertama dari hasil pernikahan resmi dengan suaminya. Ibu berasal dari keluarga yang sehat(tidak mempunyai penyakit menular atau penyakit keturunan). Setelah ibu tahu bahwa dirinya sedang hamil, ibu rajin untuk memeriksakan kehamilannya sebanyak 8 kali. Hal ini telah sesuai dengan kebijakan program kunjungan antenatal sebaiknya di lakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan yaitu pada trimester satu 1 kali, trimester dua 1 kali, trimester tiga 2 kali. (Saifuddin, 2009 : 90)
Pelayanan Asuhan Standar Minimal Asuhan Kehamilan termasuk ”10 T”, yaitu :
1.         Timbang Berat Badan dan ukur tinggi badan
2.         Ukur Tekanan darah
3.         Nilai status Gizi (Ukur lingkar lengan atas / LILA)
4.         Ukur Tinggi fundus uteri
5.         Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
6.         Skrining Status Imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toxoid (TT) bila diperlukan
7.         Beri Tablet tambah darah (tablet besi)
8.         Periksa laboratorium (rutin dan khusus), meliputi : pemeriksaan golongan darah, kadar Hemoglobin darah (Hb), protein dalam urin, kadar gula darah, pemeriksaan darah Malaria, tes Sifilis, tes HIV, dan pemeriksaan BTA.
9.         Tatalaksana/penanganan kasus
10.     Temu wicara (konseling) 
(KEMENKES RI, 2012)
Dari data sekunder yang diperoleh penulis,Pada trimester III Ny. R  telah memeriksakan kehamilannya sebanyak 5 kali yaitu pada umur kehamilan 28 minggu, 33 minggu, 37 minggu, 40 minggu dan asuhan yang diberikan yaitu pemeriksaan timbang berat badan, tinggi badan, pemeriksaan tekanan darah, mengukur LILA, mengukur TFU, menentukan presentasi janin dan denyut jantung janin, imunisasi TT, pemberian tablet Fe, pemeriksaan Laboratorium,  Temu wicara dan tata laksana kasus dalam rangka persiapan rujukan, dari hasil pemeriksaan semua dalam batas normal, tidak ada kelainan selama kehamilan, hanya terdapat ketidaknyamanan fisiologis seperti merasakan ketidaknyamanan terhadap perubahan dirinya saat umur kehamilan 37 minggu merasa sering BAK, pada usia kehamilan 40 minggu ibu merasa sering BAK dan cemas karena sering kenceng-kenceng pada perutnya.
Hal tersebut disebabkan oleh penebalan rahim yang terisi janin dan terus membesar. Rahim tersebut berada di bawah kandung kemih sehingga menekan kandung kemih dan menimbulkan rangsangan untuk berkemih lebih awal, tanpa menunggu kandung kemih penuh seperti biasanya. Kejadian tersebut timbul kembali ketika trimester III akibat bagian terendah janin turun ke dalam panggul dan menekan kandung kemih.(Astuti, 2011 : 30)
Ibu hamil dapat merasakan kontraksi yang timbul sesekali, tepatnya berada di perut bagian bawah, misalnya perasaan nyeri dan tegang. Nyeri tersebut dapat timbul secara tiba-tiba pada saat perut ibu dilakukan palpasi (periksa raba) dan saat periksa dalam (Astuti, 2011 : 32). Keluhan yang dialami oleh Ny. R merupakan keadaan ketidaknyamanan fisiologis pada kehamilan Trimester III,  hasil dari asuhan dan selama kehamilan keadaan Ny. R dan janinnya dalam keadaan normal.
Dari data subjektif yang ada Ny. haid terakhir pada tanggal 15 Juni 2012 sehingga pada saat penulis mulai melakukan asuhan kebidanan umur kehamilan Ny. R, telah memasuki usia kehamilan 40 minggu.
Pemberian imunisasi Tetanus Toksoid ( TT ) sebanyak dua kali dan hal ini telah diberikan kepada Ny. R, kecuali Tes lab penyakit menular seksual tidak di lakukan karena tidak ada indikasi dan sarana prasarana yang tidak mamadai. Imunisasi TT pertama diberikan pada tanggal 24 Desember 201dan imunisasi TT yang kedua pada tanggal 19 Januari 2015. Tablet tambah darah lebih dari 90 tablet selama kehamilan diminum secara teratur.
Dari pemeriksaan ibu hamil, selama priode antenatal, ibu dan janin dalam kondisi baik. Hal ini ditandai dengan bukti bahwa : Tekanan darah 110/80 mmHg, pemeriksaan haemoglobin 12 gr%, Glukosa urin negative, protein urin negative, kondisi janin baik ditandai dengan pengukuran tinggi fundus uteri adalah 34 cm dengan denyut jantung janin berada pada kisaran 135x/menit. hasil dari asuhan tersebut keadaan Ny. R dan janinnya dalam keadaan normal.
Asuhan pada Ny. R, ini masih belum sepenuhnya sesuai dengan standar yang ditentukan 10T karena ada asuhan yang tidak dilakukan yaitu  pemeriksaan tes penyakit menular seksual dikarenakan peralatan untuk pemeriksaan penyakit menular seksual belum tersedia di Puskesmas dan dikarenakan pula dari hasil pemeriksaan fisik tidak ditemukan indikasi yang mengarah pada penyakit menular seksual, misalnya adanya keluhan dan pengeluaran keputihan yang tidak normal, adanya rasa sakit dan gatal, adanya benjolan atau kemerahan pada kemaluan. Akan tetapi hal ini tidak mengurangi hasil dari asuhan dan selama kehamilan keadaan Ny. R dan janinnya dalam keadaan normal.
Hal ini menunjukan bahwa standar pemeriksaan Ante Natal Care dengan 10T belum dapat diterapkan di wilayah Puskesmas yang tidak mempunyai kelengkapan sarana dan tenaga untuk pemeriksaan penyakit menular seksual. Upaya asuhan yang dilakukan oleh tenaga pelaksana atau pemberi asuhan (Bidan) berupaya untuk melakukan kolaborasi dan rujukan baik kepada Dokter Spesialis kandungan atau ke Puskesmas dan Rumah Sakit yang mempunyai kelengkapan sarana untuk pemeriksaan penyakit menular seksual. Dari hasil pemeriksaan tidak didapat kesenjangan antara teori dan praktek.

B.       Persalinan
1.         Kala I
Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga parturien masih dapat berjalan. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam. (Manuaba, 2010 :173).
Proses persalinan Ny. R berjalan normal, lamanya kala I 10 jam, dari mulai bidan datang sejak pukul 22.00 WIB (23-03-15) pembukan 3 cm sampai pembukaan 10 cm pada pukul 07.00 WIB (24-0315). Asuhan yang dilakukan pada Kala I sampai kala II pemeriksaan fisik dalam batas normal dan mengobservasi kemajuan persalinan dengan hasil, sebagai berikut :
Mengobservasi kemajuan persalinan hasil pemeriksaan dengan melakukan pemeriksaan dalam setiap 4 jam sekali atau bila ada indikasi.
PD ke-1 pada pukul 22.00 WIB (23-03-15) : V/V tidak ada kelainan, Portio tipis lunak, pembukaan 3 cm, ketuban utuh, presentasi kepala, ubun-ubun kecil kanan depan, penurunan kepala hodge II, tidak ada moulage, tidak ada bagian yang menumbung. Kemudian, melanjutkan observasi kemajuan persalinan.
PD ke-2 yaitu  4 jam setelah PD ke 1, PD ke-2 pukul 02.00 WIB (24-03-15) : V/V tidak ada kelainan, Portio tipis lunak, pembukaan 4 cm, ketuban utuh, presentasi kepala, ubun-ubun kecil kanan depan, penurunan kepala Hodge II, tidak ada moulage, tidak ada bagian yang menumbung. Kemudian, melanjutkan observasi kemajuan persalinan.
PD ke-3 yaitu 4 jam setelah PD ke-2, PD Ke-3 pukul 06.00 WIB (24-03-15) : V/V tidak ada kelainan, Portio tipis lunak, pembukaan 8 cm, ketuban utuh, presentasi kepala, ubun-ubun kecil kanan depan, penurunan kepala H III, tidak ada moulage, tidak ada bagian yang menumbung. Kemudian, melanjutkan observasi kemajuan persalinan.
Keluhan yang dirasakan oleh Ny. R yaitu nyeri perut yang menjalar dari pinggang ke perut bagian bawah, hal ini merupakan keadaan fisiologis dari persalinan karena adanya kontraksi dari otot rahim kearah serviks yang makin berkurang menyebabkan serviks bersifat pasif sehingga keregangan seolah-olah terdorong kearah janin dan menyebabkan rasa mules atau nyeri yang semakin lama semakin kuat dan sering. (Manuaba, 2010).
Ny. R dalam kala I ini selain merasa cemas dan takut menghadapi persalinan karena khawatir tidak mampu meneran dan melahirkan secara normal, dalam kala I penulis memberikan asuhan kebidanan antara lain dengan memberikan dukungan mental dengan cara memberikan support kepada Ny. R dan melibatkan suami dan keluarga terdekat sehingga Ny. R merasa aman dan tenang.
Dukungan dan pendamping selama proses persalinan sangat erat kaitannya dengan hasil persalinan yang lebih baik pada Ny. RPenulis menganjurkan untuk mengatur posisi senyaman mungkin sesuai dengan keinginan Ny. R memilih posisi setengah duduk, juga menganjurkan tekhnik relaksasi bila ada his dengan cara menarik nafas panjang lewat hidung dan mengeluarkannya lewat mulut, Ny. R merasa nyaman karena rasa sakitnya sedikit berkurang, Ny. R juga dianjurkan mengosongkan kandung kemihnya. Melakukan observasi DJJ, DJJ 140x/menit. Dalam kala I penulis tidak menemukan adanya masalah pada Ny. hasil dari asuhan dan selama persalinan kala I keadaan Ny. R dan janinnya dalam keadaan normal.Dari hasil pemeriksaan tidak didapat kesenjangan antara teori dan praktek.
2.         Kala II
Kala II ini berlangsung selama 15 menit, hal ini menunjukan kala II pada Ny. R, berjalan dengan normal sesuai dengan APN 2008 persalinan kala II pada primipara berlangsung rata-rata 1 jam.
Ny. R, mengalami kontraksi yang semakin kuat dan sering, dorongan meneran, tekanan pada anus, perineum menonjol, vulva membuka dan pembukaan 10 cm (lengkap). Asuhan kebidanan yang diberikan pada kala II antara lain menawarkan posisi sesuai dengan keinginan Ny. R dan menganjurkan untuk meneran dan beristirahat diantara kontraksi, dan memeriksa DJJ diantara his. Dalam kala II penulis menganjurkan pada Ny.R untuk minum dan Ny.R minum setiap menginginkannya. Penulis selalu memberi dukungan dan pujian pada ibu selama kala II berlangsung, ibu tampak senang dan tenang dalam menghadapi persalinan. Ibu ditolong secara APN. Pada kala II ini tidak ditemukan masalah karena proses persalinan berlangsung lancar dan cepat.
Pada kala II berlangsung 15 menit dari pembukaan lengkap pukul 07.00 WIB (24-03-15) didapatkan hasil pemeriksaan dalam : V/V tidak ada kelainan, pembukaan 10 cm, ketuban utuh, presentasi kepala, ubun-ubun kecil depan, penurunan kepala H III-IV, tidak ada moulage, tidak ada bagian yang menumbung. Sehingga dilakukan Amniotomi pada pukul 07.00 WIB (24-03-15), Amniotomi adalah tindakan untuk membuka selaput amnion dengan jalan membuat robekan kecil yang kemudian diperlebar secara spontan akibat gaya berat cairan dan adanya tekanan di dalam rongga panggul. Tindakan Amniotomi hanya dapat dilakukan pada keadaan sebagai berikut : pembukaan lengkap, tetapi selaput ketuban belum pecah, dan kepala bayi sudah berada pada posisi puncak kepala dengan kepala sudah menancap. (Rohani, 2014 : 174-175)
Dalam persalinan kala II menemukan adanya masalah pada Ny. hasil dari asuhan dan selama persalinan kala II, karena perineum ibu telihat mengkilat dan kaku dikhawatirkan terjadi robekan jalan lahir yang tidak terkendali, sehingga dilakukan tindakan episiotomi untuk mengantisipasinya, serta menghindari terjadinya gawat janin yang di sebabkan oleh asfiksia pada saat berlangsungnya persalinan kala II.
Episiotomi hanya dilakukan pada kondisi-kondisi tertentu, yaitu : gawat janin, persalinan per vaginam dengan penyulit ( sungsang, distosia bahu, ekstraksi forsep, ekstraksi vakum, bayi besar, presentasi muka, dan lain-lain), jaringan parut pada perineum atau vagina yang menghalangi kemajuan persalinan. (Rohani, 2014 : 177)
Kemudian memimpin persalinan sampai lahirnya bayi pukul 07.15 WIB (24-03-15). Dan terdapat luka episiotomi derajat 2 dari mukosa vagina, komissura posterior, kulit perineum sampai otot perineum. Hasil asuhan kala II yang diberikan adalah keadaan Ny. R dan janinnya dalam keadaan normalDari hasil pengkajia tidak didapat kesenjangan antara teori dan praktek.
3.         Kala III
Kala III persalinan di mulai segera setelah janin lahir dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban janin.Kala III persalinan di sebut juga sebagai kala uri atau kala pengeluaran plasenta. (APN, 2008 : 99).
Tujuan manajemen aktif kala III adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan mengurangi kehilangan darah pada kala III persalinan. Sebagian besar kasus kesakitan dan kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan dimana sebagian besar disebabkan oleh atonia uteri dan retensio plasenta, yang yang sebenarnya dapat di cegah dengan melakukan manajemen aktif kala III. (APN, 2008 : 100)
Kala III berlangsung secara normal dengan manajemen aktif kala III, plasenta lahir 5 menit setelah bayi lahir pada pukul 07.15 WIB (24-03-15) samapi dengan lahirnya plasenta spontan pukul 07.20 WIB (24-03-15), pengeluaran darah +100 cc dan tidak terdapat. Asuhan kala III yang telah diberikan pada Ny. R, sudah sesuai dengan standar pelayanan kebidanan. Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek.
4.         Kala IV
Kala empat persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah itu. (APN, 2008 : 99)
a.         Secara etiologis penyebab perdarahan postpartum dini lebih mudah diketahui dengan melihat adanya abnormalitas satu atau lebih dari proses-proses dasar. Proses dasar yang menyebabkan perdarahan postpatum adalah sebagai berikut  : Tonus (Atonia uteri), Sisa plasenta/ inversio uteri, Gangguan pembekuan darah. (Fauziyah , 2012)
            Kala IV terjadi perdarahan post partum, setelah kala III plasenta lahir spontan dan segera melakukan masasese banyak 15 kali selama 15 detik di dapatkan hasil pemeriksaan :
a.            Abdomen                        : TFU tidak teraba , kontraksi uterus teraba lembek, kandung kemih kosong.
b.           Genetalia                         :    Pengeluaran darah ± 300 cc. Kemudian dilakukan tindakan sebagai berikut : membersihkan  bekuan darah dan/ selaput ketuban dari vagina dan lubang serviks, kemudian melakukan KBI dan KBE lalu diberikan Infus RL + Oxytocin 20 Unit secara guyur hasilnya kontraksi uterus baik. Dan terdapat luka episiotomi derajat 2, sehingga dilakukan penjahitan. Setelah itu, memberikan rasa nyaman pada Ny.R dengan membersihkan ibu dan tempat persalinan, membantu ibu minum, memberikan vitamin A 200.000 IU, serta memberikan ucapan selamat pada Ny.R atas kelahiran bayinya.
Setelah itu asuhan yang diberikan penulis pada Ny. R yaitu mengajarkan pada ibu dan keluarga untuk melakukan massase fundus dan cara menilai kontraksi yang baik dengan terlebih dahulu memberikan contoh cara massase fundus, hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya pendarahan post partum. Menilai kelengkapan plasenta dan robekan jalan lahir, mengobservasi tekanan darah, nadi, suhu, tinggi fundus uteri, kontraksi uterus, kandung kemih dan perdarahan post partum setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua. Pencegahan infeksi dengan merendam alat-alat kedalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit, kala IV berjalan lancar, perdarahan normal karena kontraksi uterus baik. Pada kala IV penulis tidak menemukan komplikasi dan penyulit dan penulis melengkapi pendokumentasian yang dicatat di  partograf setiap tindakan dan hasil pemantauan yang telah dilaksanakan pada kala I, II, III dan IV normal serta partograf tidak melewati garis waspada.

C.       Post partum
Masa Nifas (Puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari. (Ambarwati, 2010 : 2)
Selama ibu berada pada masa nifas, paling sedikit 4 kali bidan harus melakukan kunjungan, di lakukan untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi. (Rukiyah, 2011 : 5)
Pada masa nifas dilakukan pemeriksaan Ny. sebanyak 4 kali pemeriksaan, yaitu 2-6 jam post partum, 2 hari post partum, 6 hari post partum, 2 minggu post partum.
Tujuan asuhan masa nifas  yaitu Selama bidan memberikan asuhan sebaiknya bidan mengetahui apa tujuan dari pemberian asuhan pada masa nifas, antara lain tujuan masa nifas sebagai berikut :
1.         Mendeteksi adanya perdarahan masa nifas
2.         Menajaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis harus diberikan oleh penolong persalinan.
3.         melaksanakan skrining yang komprehensif (menyeluruh) dimana bidan harus melaksanakan manajemen asuhan kebidanan pada ibu nifas secara sistematis yaitu melalui pengkajian sata subjektif, obyektif maupun penunjang.
4.         Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat, memberikan pelayanan keluarga berencana. (Vivian, 2011 : 2).
Pada masa nifas Ny. R telah mendapat asuhan kebidanan yaitu :
a.         Pengawasan 2 jam pertama post partum ( 24-03-15, pukul 09.20 WIB)  tidak ada perdarahan, kontraksi uterus baik, TFU 2 jari di bawah pusat, kandung kemih kosong, tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 87x/menit, pernafasn 22x/menit, suhu 36,6°c.
b.         Pada saat 6 jam post partum ( 24-03-15, pukul 15.20 WIB)   tidak ada perdarahan, kontraksi uterus baik, TFU 2 jari dibawah pusat, kandung kemih kosong, tekanan darah 110/70 mmHg, pernafasan 22x/menit, nadi 83 x/menit, suhu 36,8°C. ASI lancar, ibu sudah menyusui bayinya, dan sudah turun dari tempat tidur, BAB dan BAK lancar.
c.         Pada 2 hari post partum ( 26-03-15, pukul 16.00 WIB) keadaan Ny. R  baik, kontraksi uterus baik, TFU 3 jari di bawah pusat, DRA masih teraba 2/3 jari, ASI keluar banyak ibu menyusui dengan baik, ibu sudah melakukan kegiatan yang ringan.
d.        Pada 6 hari post partum ( 30-03-15, pukul 16.00 WIB) kontraksi uterus baik, tidak ada perdarahan, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 83x/menit, pernafasn 22x/menit, suhu 36,5°C.Ibu mengatakan kurang tidur karena bayinya sering bangun malam untuk menyusu, BAB dan BAK lancar, makan dan minum tidak ada yang di pantang.
e.         Pada 2 minggu post partum ( 07-04-15, pukul 16.00 WIB) keadaan ibu sudah sehat, ASI keluar banyak, tidak ada keluhan dan tidak dirasakan bahaya nifas, istirahat cukup, Diastasis Rectus abdominalis (DRA) tidak teraba, fundus tidak teraba..
Pada masa nifasnya Ny. R berlangsung normal, tanpa komplikasi dan pengeluaran ASI pun lancar. Selama masa nifas ibu telah menerima konseling tentang istirahat dan tidur, kebersihan diri dan bayi, ASI Ekslusif, kebutuhan nutrisi, tanda-tanda bahaya pada ibu nifas dan tanda-tanda bahaya pada bayi, cara merawat tali pusat, perawatan payudara dan konseling tentang penggunaan kontrasepsi (KB) sedini mungkin dan hubungan seksual. Setelah diberi konseling ibu memilih menggunakan KB jenis suntik 3 bulan, dan untuk berhubungan seksual ibu akan melakukannya setelah menjadi akseptor KB. Selama masa nifas ibu mendapat vitamin A 200.000 IU.Masa nifas pada Ny. R penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori yang diperoleh dan praktek yang dilakukan.

D.       Bayi
Asuhan segera yang dilakukan pada bayi baru lahir adalah mengeringkan bayi, memotong tali pusat, menjaga kehangatan bayi, pemberian ASI dini (IMD), pencegahan infeksi, pemberian immunisasi (APN, 2008)
Dalam melakukan penilaian awal tanda bayi baru lahir normal pada bayi baru lahir Bayi lahir segera menangis, seluruh tubuh bayi kemerahan, bayi bergerak aktif, bayi bisa mengisap puting susu dengan kuat, berat lahir 2500-4000 gram. (Buku Kesehatan Ibu dan Anak, 2011 : 25)
Asuhan yang diberikan segera setelah bayi lahir yaitu penulis melakukan penilaian dengan cepat dan hasilnya normal maka langsung meletakan bayi diatas perut ibu kemudian segera mengeringkan bayi dengan kain yang bersih dan kering, mengganti kain yang kotor dengan kain yang bersih, tali pusat di jepit dengan klem DTT pada sekitar 3 cm dari pangkal pusat bayi kemudian jepit lagi dengan klem yang ke dua berjarak 2 cm dari klem yang pertama. Pegang tali pusat di antara ke dua klem,satu tangan menjadi landasan tali pusat sambil melindungi bayi, tangan yang lain memotong tali pusat di antara kedua klem dengan menggunakan gunting DTT atau steril. Ikat tali pusat dengan benang DTT atau
steril  pada satu sisi, kemudian melingkar kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya. Lepaskan klem dan masukan ke dalam larutan klorin 0,5% kemudian letakan bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu untuk IMD dan melakukan kontak kulit di dada ibu minimal 1 jam pertama setelah bayi lahir. (APN, 2008 : 130)
Setelah melakukan pengkajian sampai evaluasi asuhan bayi baru lahir mulai dari segera setelah bayi lahir, 2-6 jam, 2 hari, 6 hari, 2 minggu sejak tanggal 24-0315 s/d 07-04-15, maka penulis perlu membahas tentang asuhan kebidanan yang telah diberikan oleh penulis pada bayi Ny. R diantaranya adalah pada saat 2 jam dilakukan penimbangan berat badan, pengukuran panjang badan, bayi segera diberikan salep mata oxytetracyklin 1% dan pemberian vitamin K 1 mg serta pemberian imunisasi Hepatitis B0Kunjungan selanjutnya mengkaji kemungkinan adanya keluhan dari ibu tentang bayinya, menjaga agar bayi tetap hangat dan memberikan nasehat tentang ASI eksklusif, perawatan tali pusat dilakukan dengan cara dibersihkan terlebih dahulu dan dibiarkan tanpa ditutupi dengan kassa, dan menyarankan agar bayinya sering dijemur pada pagi hari.
Pada umur 2 hari bayi mengalami penurunan berat badan 100 gram, namun, ibu telaah diberikan konseling bahwa hal tersebut normal dan pada hari ke 17 hari post natal penulis memberikan penyuluhan tentang imunisasi dasar lengkap. Pada saat penulis memberikan asuhan pada bayi baru lahir sampai usia 2 minggu tidak menemukan adanya masalah serta tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktek.













0 comments:

Proudly Powered by Blogger.