BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Kemiskinan
memang sudah diibaratkan sebagai sebuah ‘mimpi buruk’ yang ditakuti oleh
berbagai negara, baik dari pemerintah pusat sampai pemerintah daerah. Tidak
terkecuali Indonesia sendiri, kemiskinan merupakan masalah pelik yang terus
melanda dan tidak ada sebuah penyelesaian dalam menuntaskan masalah kemiskinan
ini, sejak masa Orde Lama sampai pemerintahan sekarang ini, jumlah penduduk
miskin terus bertambah. Meskipun pada saat melakukan kampanye partai politik
dan penyusunan program kerja pemerintah selalu mencantumkan program pengentasan
kemiskinan sebagai program utama dalam platform mereka, tapi belum juga dapat
mengurangi angka kemiskinan.
Kemiskinan
telah menjadi masalah serius yang dihadapai sepanjang sejarah Indonesia, karena
kemiskinan telah membuat kemiskinan telah membuat jutaan anak-anak tidak bisa
mengenyam pendidikan yang berkualitas, kesulitan membiayai kesehatan, kurangnya
tabungan dan tidak adanya investasi, kurangnya akses ke pelayanan publik,
kurangnya lapangan pekerjaan, kurangnya jaminan sosial dan perlindungan
terhadap keluarga, menguatnya arus urbanisasi ke kota, dan yang lebih parah,
kemiskinan menyebabkan jutaan rakyat memenuhi kebutuhan pangan, sandang dan
papan secara terbatas.
Sedangkan
persoalan kemiskinan di Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa Barat yang berupaya
memberantas kemiskinan tersebut mengalami kesulitan karena terbelenggu faktor
budaya yang membentuk pola kemiskinan kultural. Akibatnya, jumlah keluarga
miskin terus bertambah, bahkan mencapai sepertiga dari total keluarga di
kabupaten ini.
Melihat
luas lahan pertanian Indramayu yang mencapai 120.000 hektar dan potensi hasil
tangkap ikan di laut yang melimpah, seharusnya tidak ada rakyat miskin.
Sayangnya, sempitnya rata-rata kepemilikan lahan, hanya 0,3 hektar, dan
kebanyakan buruh tani, berakibat pada tingkat kesejahteraan yang mereka peroleh
juga terbatas. Ironisnya, Indramayu merupakan lumbung padi nasional, tetapi hanya
30 persen produksi beras per tahun yang dikonsumsi masyarakat Indramayu.
Sisanya dijual ke luar Indramayu. Selain itu, Kebiasaan menggelar hajatan
besar-besaran dan budaya konsumtif masyarakat juga merupakan salah satu
penyebab bertahannya angka kemiskinan keluarga itu.
B.
TUJUAN
1. Untuk mengetahui tentang fase 1
(Diagnosis Sosial)
2. Untuk mengetahui tentang fase 2
(Diagnosis Epidemiologi)
3. Untuk mengetahui tentang fase 3
(Diagnosis lingkungan dan perilaku)
4. Untuk mengetahui tentang fase 4
(Diagnosis Organisasi dan pendidikan)
5. Untuk mengetahui tentang fase 5
(kebijakan dan administrasi)
6. Untuk mengetahui planning of action
(Evaluasi)
BAB II
ANALISIS MASALAH BERDASARKAN PROCEED
A.
FASE I (Dianosis Sosial)
Kualitas Hidup
Berdasarkan
hasil registrasi penduduk pada akhir tahun 2009, jumlah penduduk Kabupaten
Indramayu tercatat sebanyak 1.744.897 jiwa, dengan kepadatan penduduknya
sebesar 849 jiwa/Km2. Kecamatan dengan kepadatan penduduk tertinggi yaitu
Kecamatan Karangampel sebesar 1.916 jiwa/ Km2, sedangkan yang terendah yaitu
Kecamatan Cantigi sebesar 242 jiwa/Km2.
Laju
Pertumbuhan Penduduk (LPP) di Kabupaten Indramayu dari tahun 2005 – 2009
mengalami flutkuasi. LPP terbesar terjadi pada tahun 2007-2008, yakni sebesar
0,87, sedangkan LPP terkecil terjadi antara tahun 2006 -2007, yaitu 0,51. LPP
2008-2009 sebesar 0,7%. LPP yang menurun menunjukkan keberhasilan terhadap
program pengendalian jumlah penduduk yang selain itu juga disebabkan oleh
beberapa faktor lain yaitu banyaknya arus migrasi keluar daerah Kabupaten
Indramayu seperti Tenaga Kerja Indonesia (TKI).
Jumlah
Penduduk yang tergolong miskin di Indramayu masih realtif tinggi, namun telah
mengalami penurunan sebesar 14,94% selama 4 tahun terakhir. Pada tahun 2005
angka kemiskinan sebesar 50,15% menjadi 35,21% pada tahun 2009. Penurunan
prosentase penduduk miskin ini tergolong tinggi jika diperbandingkan dengan
daerah lain di Jawa Barat.
Jumlah
pengangguran pada tahun 2005 sebesar 8,21% dan pada tahun 2009 mencapai 10,25%.
Hal ini berarti telah mengalami peningkatan sebesar 2,04%. Jumlah pengangguran
merupakan proporsi jumlah penduduk yang mencari kerja secara aktif terhadap
jumlah seluruh angkatan kerja. Saat ini pemerintah terus melakukan pembangunan
di bidang ketenagakerjaan, sehingga pada akhirnya dapat memberikan pilihan
pekerjaan dan jenis usaha yang layak dan beretika bagi masyarakat.
B.
FASE II (Diagnosis Epidemiologi)
Indramayu
merupakan sebuah daerah yang sangat berpotensial untuk memenuhi kebutuhan hidup
masyarakatnya, karena didukung dengan roda perekonomian yang kuat di sektor
minyak dan gas bumi, luar areal persawahan yang mencapai 120.000 hektar yang
sangat mencukupi kebutuhan di sektor pangan, dan perikanan yang menjadikan
ribuan nelayan Indramayu memanfaatkan Laut Jawa yang ada disebelah Utara
wilayah Indramayu menjadi lahan mata pencaharian sehari-hari.
•
Komposisi penduduk berdasarkan Jenis Kelamin
Dari
total populasi, penduduk yang berjenis kelamin laki-laki sedikit lebih banyak
dibanding perempuan dengan sex ratio sebesar 103.81. Penduduk laki-laki
sebanyak 888.579 jiwa sedangkan penduduk perempuannya berjumlah 856.318 jiwa
•
Komposisi penduduk berdasarkan kelompok usia
Komposisi
penduduk menurut kelompok usia digolongkan menjadi 2 (dua) yaitu usia produktif
dan non produktif. Kelompok usia produktif adalah kelompok penduduk berusia
antara 15-64 tahun, sedangkan non produktif dibedakan menjadi kelompok usia
belum produktif dan tidak produktif. Termasuk kelompok usia belum produktif
yaitu usia balita (0-5 tahun) dan usia sekolah (6-14 tahun), sedangkan kelompok
usia tidak produktif adalah penduduk berusia diatas 64 tahun.
Sumber:
Badan Pusat Statistik Kabupaten Indramayu, 2009
Kelompok usia produktif merupakan jumlah terbesar dari total penduduk Kabupaten Indramayu namun berada dikisaran usia sekolah (6-19 tahun), sedangkan usia produktif lainnya berada di kelompok usia 35-55 tahun dan 55-64 tahun.
Kelompok usia produktif merupakan jumlah terbesar dari total penduduk Kabupaten Indramayu namun berada dikisaran usia sekolah (6-19 tahun), sedangkan usia produktif lainnya berada di kelompok usia 35-55 tahun dan 55-64 tahun.
C.
FASE III (Diagnosis Lingkungan dan Perilaku)
1.
Perilaku dan Gaya Hidup
Ironisnya, Indramayu merupakan lumbung
padi nasional, tetapi hanya 30 persen produksi beras per tahun yang dikonsumsi
masyarakat Indramayu. Sisanya dijual ke luar Indramayu. Selain itu, Kebiasaan
menggelar hajatan besar-besaran dan budaya konsumtif masyarakat juga merupakan
salah satu penyebab bertahannya angka kemiskinan keluarga itu. Pola berpikir
kreatif dan produktif belum banyak dimiliki warga Indramayu sehingga mereka
cenderung bergantung pada alam, tanpa ada upaya lebih. Bagi mereka, tanpa
modal, usaha produksi tidak bisa berjalan. Faktor lain yang menyebabkan
besarnya angka kemiskinan ini adalah tingkat pendidikan sebagaian masyarakat
Indramayu yang rendah. Selain itu, meski aliran dana remittance dari warga
Indramayu yang bekerja di luar negeri per tahun mencapai Rp 300 miliar, atau
lima kali pendapatan asli daerah Indramayu, tetap saja angka kemiskinan masih
tinggi. Sebab, besarnya dana yang masuk malah digunakan untuk membiayai
kebutuhan konsumtif, seperti memperbaiki rumah dan membeli perabot rumah
tangga, bukannya dipakai untuk kegiatan produktif.
2.
Lingkungan
Melihat luas lahan
pertanian Indramayu yang mencapai 120.000 hektar dan potensi hasil tangkap ikan
di laut yang melimpah, seharusnya tidak ada rakyat miskin. Sayangnya, sempitnya
rata-rata kepemilikan lahan, hanya 0,3 hektar, dan kebanyakan buruh tani,
berakibat pada tingkat kesejahteraan yang mereka peroleh juga terbatas.
D.
FASE
IV (Diagnosis Organisasi dan Pendidikan)
1. Faktor Pedisposisi
Yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau
mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap,
keyakinan, persepsi, tradisi dan sebagainya.Perilaku sesorang tentang kesehatan
ditentukan dan dibentuk oleh pengetahuan yang diterima.Kemudian timbul persepsi
dari individu dan memunculkan sikap, keyakinan dan persepsi yang dapat
memotivasi dan mewujudkan keinginan menjadi suatu perbuatan.
Factor pendorongnya yaitu :
·
Thougt and Feeling (pemikiran
dan perasaan).
Bentuk dari pemikiran dan perasaan ini adalah pengetahuan,
kepercayaan, sikap dan nilai-nilai.
Pola berpikir kreatif dan produktif belum banyak dimiliki
warga Indramayu sehingga mereka cenderung bergantung pada alam, tanpa ada upaya
lebih. Bagi mereka, tanpa modal, usaha produksi tidak bisa berjalan.
·
Personal Reference (orang
penting sebagai referensi). Orang-orang yang dianggap penting sebagai referensi
seperti : guru, alim ulama, kepala suku, kepala desa, dan sebagainya.
Dari warga Indramayu yang bekerja di luar negeri seperti
Tenaga Kerja Indonesia (TKI).
·
Culture (kebudayaan)
bentuknya seperti : perilaku norma, kebiasaan, nilai-nilai, dan penggunaan
sumber-sumber didalam suatu masyarakat atau menghasilkan suatu pola hidup yang
pada umumnya disebut kebudayaan.
Kebiasaan menggelar hajatan besar-besaran dan budaya
konsumtif masyarakat juga merupakan salah satu penyebab bertahannya angka
kemiskinan keluarga itu.
·
Resources (sumber-sumber)
yang termasuk dalam sumber disini adalah fasilitas, uang, waktu, tenaga kerja,
pelayanan, keterampilan dan sebagainya.
sempitnya rata-rata kepemilikan lahan, hanya 0,3 hektar, dan
kebanyakan buruh tani, berakibat pada tingkat kesejahteraan yang mereka peroleh
juga terbatas.
2. Factor Penguat
Adalah faktor-faktor yang memperkuat terjadinya perilaku.
Faktor lain yang menyebabkan besarnya
angka kemiskinan ini adalah tingkat pendidikan sebagaian masyarakat Indramayu
yang rendah. Selain itu, meski aliran dana remittance dari warga Indramayu yang
bekerja di luar negeri per tahun mencapai Rp 300 miliar, atau lima kali
pendapatan asli daerah Indramayu, tetap saja angka kemiskinan masih tinggi.
Sebab, besarnya dana yang masuk malah digunakan untuk membiayai kebutuhan
konsumtif, seperti memperbaiki rumah dan membeli perabot rumah tangga, bukannya
dipakai untuk kegiatan produktif.
3. Faktor Pemungkin
Yaitu faktor-faktor yang memungkinkan atau
memfasilitasi perilaku atau tindakan.
LPP
yang menurun menunjukkan keberhasilan terhadap program pengendalian jumlah
penduduk yang selain itu juga disebabkan oleh beberapa faktor lain yaitu
banyaknya arus migrasi keluar daerah Kabupaten Indramayu seperti Tenaga Kerja
Indonesia (TKI).
E.
FASE
V (Diagnosis Kebijakan dan Administrasi)
1.
Pendidikan
Kesehatan
Meski aliran dana remittance dari warga Indramayu yang
bekerja di luar negeri per tahun mencapai Rp 300 miliar, atau lima kali
pendapatan asli daerah Indramayu, tetap saja angka kemiskinan masih tinggi.
Sebab, besarnya dana yang masuk malah digunakan untuk membiayai kebutuhan
konsumtif, seperti memperbaiki rumah dan membeli perabot rumah tangga, bukannya
dipakai untuk kegiatan produktif. Maka dari itu, butuh sebuah pengarahan dan
sosialisasi dari pihak pemerintah untuk mengarahkan masyarakat Indramayu ini agar
sadar, mempunyai pola pikir yang maju, agar tidak terus terjebak dalam jurang
kemiskinan.
2. Organisasi dan
Kebijakan
Untuk pemberantasan kemiskinan, Pemerintah Kabupaten
Indramayu telah melakukan sejumlah program, baik yang bersifat langsung maupun
tidak langsung. Bantuan langsung yang berbentuk Program Keluarga Harapan
bertujuan memberi bantuan pendidikan dan kesehatan kepada keluarga miskin
bersyarat. Selain itu, ada juga Yayasan Gerakan Masyarakat Peduli Rakyat
Keluarga Miskin yang kini memiliki dana berkisar Rp 14 miliar untuk membantu
menyejahterakan keluarga miskin. Bentuk pemberantasan kemiskinan secara tidak
langsung adalah dengan penyediaan dana pendidikan dan pengobatan gratis, serta
membangun infrastruktur jalan desa. Setidaknya, butuh 40 persen dari APBD
Indramayu atau 1,2 trilyun untuk memberantas kemiskinan di Indramayu.
Target lain dari pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan
ini adalah membentuk Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan dibentuk di bawah
koordinasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), seperti yang telah
dijelaskan oleh Bupati Anna Sophanah dan Wakil Bupati Supendi. Tim ini dibentuk
untuk membuat target penanggulangan kemiskinan bisa dilakukan secara terukur
dengan realisasi pengurangan warga miskin secara bertahap dan pasti dalam lima
tahun ke depan masa kepemimpinannya.
BAB III
RENCANA EVALUASI PKM
A.
PLANNING
OF ACTION
Penanganan
paling penting adalah dibidang pendidikan, karena mayoritas masyarakat
Indramayu adalah berpendidikan rendah, tidak sedikit dari mereka yang belum
pernah mengenyam bangku sekolah, oleh karena itu meraka masih belum maksimal
dalam pengelolaan manfaat sumber daya alam untuk digunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Pendidikan sangat penting ditonjolkan karena kunci dari
permasalahan suatu daerah atau pemerintahan itu terletak pada penanganan sumber
daya manusianya, karena dengan membangun sumber daya manusia yang lebih
berkualitas, maka persoalan pun akan sedikit demi sedikit dapat teratasi,
masyarakat memiliki daya pikir yang lebih maju, pengelolaan manfaat sumber daya
alam pun akan jadi maksimal, dan yang terakhir adalah angka kemiskinan pun akan
semakin berkurang.
Pemerintah pun sedianya tidak menaikkan biaya pendidikan, karena kebanyakan masyarakat mengeluhan biaya pendidikan yang mahal. Seharusnya pemerintah memberikan fasilitas pendidikan yang murah dengan memberikan Biaya Operasional Sekolah (BOS) selama 9 tahun, sesuai dengan program pemerintah pusat yang mewajibkan belajar 9 tahun.
Pemerintah pun sedianya tidak menaikkan biaya pendidikan, karena kebanyakan masyarakat mengeluhan biaya pendidikan yang mahal. Seharusnya pemerintah memberikan fasilitas pendidikan yang murah dengan memberikan Biaya Operasional Sekolah (BOS) selama 9 tahun, sesuai dengan program pemerintah pusat yang mewajibkan belajar 9 tahun.
B.
PROMOSI KESEHATAN
Walaupun angka kemiskinan tiap tahun selalu berkurang, karena
digerakkannya program-program pemerintah itu, akan tetapi belum mampu membawa
Indramayu keluar dari masalah pelik ini. Tapi dengan adanya program-program
diatas, maka telah ditemukan salah satu pemecah dari permasalahan dalam
mengentaskan dan mengurangi angka kemiskinan ini.
Penyuluhan dan sosialisasi pemerintah kepada masyarakat agar
mengurangi budaya komsutif dan mengadakan hajatan yang berlebihan, setidaknya
semakin berkurang di tengah-tengah masyarakat, mereka mulai membudayakan
prilaku produktif seperti membuka lapangan pekerjaan yang memberi peluang
kepada yang belum memperoleh pekerjaan untuk bekerja disektor perusahaan rumah
tangga tersebut. Kemudian kebijakan pemerintah dalam meningkatkan taraf pendidikan
masyarakat sudah cukup bernilai positif, dengan banyaknya bantuan dari
pemerintah untuk merenovasi sekolah-sekolah, menambah fasilitas-fasilitas
penunjang pendidikan, disamping dengan adanya program Biaya Operasional Sekolah
(BOS), menjadikan kualitas pendidikan di Indramayu semakin meningkat.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
KESIMPULAN
Kesimpulan
utama dari kajian ini adalah bahwa percepatan penanggulangan kemiskinan dapat
dilakukan dengan mengubah paradigma pemberdayaan masyarakat dari yang bersifat
top-down menjadi partisipatif, dengan bertumpu pada kekuatan dan sumber-sumber
daya lokal. Penanggulangan kemiskinan yang tidak berbasis komunitas dan
keluarga miskin itu sendiri akan sulit berhasil. Proses otonomi daerah yang
sedang berlangsung di Indonesia saat ini, meskipun gamang pada awalnya,
diyakini nanti akan berada pada jalur yang sesuai. Yang diperlukan adalah
konsistensi dari pemerintah pusat untuk membimbing ke arah otonomi yang
memberdayakan tersebut. Maka disarankan agar program-program penanggulangan
kemiskinan ke depan mengarah pada penciptaan lingkungan lokal yang kondusif
bagi keluarga miskin bersama komunitasnya dalam menolong diri sendiri.
B.
SARAN
Saran
yang ingin saya utarakan adalah agar pemerintah pusat dan daerah khususnya
Indramayu, untuk lebih mengawasi dan lebih serius yang menanggulangi masalah
yang pelik ini, yaitu kemiskinan. Karena kemiskinan dapat menimbulkan banyak
masalah bagi masyarakat di daerah itu sendiri. Dampak negatif yang dapat kita
lihat dari masalah kemiskinan itu sendiri diantaranya tingginya angka
pengangguran, angka kematian, angka kejahatan, pendidikan yang rendah, tingkat
kesehatan dan kebersiahan yang rendah karena kurangnya kebutuhan gizi. Maka
perlu kebijakan pemerinah yang terarah untuk menanggulangi semua masalah.
0 comments:
Post a Comment