BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Angka
kematian ibu (AKI) sebagai salah satu indikator kesehatan, sampai saat ini
masih tinggi di Indonesia dan jauh berada di atas negara ASEAN lainnya. Menurut
hasil SDKI tahun 2002-2003, angka kematian ibu di Indonesia 307 per 100.000
kelahiran hidup. Angka tersebut 61 kali lebih tinggi dibandingkan dengan negara
Singapura dan 4,5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan negara Malaysia
(Manuaba , 2004).
Berdasarkan
survei tahun 2003, Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Barat menunjukan bahwa
angka kematian ibu di wilayah Pantura Indramayu, Majalengka, dan Kuningan sebesar
366,80 per 100.000 kelahiran hidup (Statistik Sosial Ekonomi Penduduk Kabupaten
Indramayu, 2008).
Penyebab
kematian ibu masih merupakan “trias klasik”, yaitu perdarahan 60% (184,2 per
100.000 kelahiran hidup), infeksi 30% (92,1 per 100.000 kelahiran hidup), dan
gestosis 10% ( 30,7 per 100.000 kelahiran hidup) (Manuaba, 2004). Sedangkan
menurut Departemen Kesehatan, pada tahun 2005 jumlah ibu meninggal karena
perdarahan mencapai 38,24% (111,2 per 100.000 kelahiran hidup), gestosis 26,47%
(76,97 per 100.000 kelahiran hidup), akibat penyakit bawaan 19,41 (56,44 per
100.000 kelahiran hidup), dan infeksi 5,88% (17,09 per 100.000 kelahiran
hidup).
Dari
data-data tersebut di atas dapat dilihat adanya peningkatan jumlah kematian ibu
maupun pergeseran urutan penyebab kematian akibat gestosis yaitu yang semula
berada di urutan ke-3 sebanyak 30,7 per 100.000 kelahiran hidup (10%) menjadi
urutan ke-2 yaitu sebanyak 76,97 per 100.000 kelahiran hidup (26,47%).
Preeklampsia berat dan komplikasinya (eklampsia) juga menjadi salah satu
penyebab utama kematian ibu di Kabupaten Indramayu.
Pada tahun
2008 jumlah kematian ibu di Kabupaten Indramayu adalah 68 orang yang disebabkan
karena : perdarahan 32 orang, eklampsia 13 orang, dan sisanya 13 orang karena
penyakit bawaan (Profil Kesehatan Kabupaten Indramayu, 2008).
Pada tahun
2009 sampai dengan bulan September dari 48 kematian ibu, yang disebabkan
perdarahan 22 orang, penyakit bawaan 18 orang, dan 8 orang karena eklampsia
(Bidang Kesga Dinkes Kabupaten Indramayu, 2009).
Preeklampsia (dahulu disebut gestosis) merupakan hipertensi yang dipicu oleh kehamilan dan terjadi pada 5-20% perempuan khususnya primigravida, ibu hamil dengan kehamilan kembar, ibu yang menderita diabetes mellitus, dan hipertensi essensial. Bahaya dari preeklampsia meliputi solutio placenta, kegagalan ginjal dan jantung, hemorargi serebral, insupisiensi placenta, dan gangguan pertumbuhan janin (Denis Tiran, 2006).
Preeklampsia (dahulu disebut gestosis) merupakan hipertensi yang dipicu oleh kehamilan dan terjadi pada 5-20% perempuan khususnya primigravida, ibu hamil dengan kehamilan kembar, ibu yang menderita diabetes mellitus, dan hipertensi essensial. Bahaya dari preeklampsia meliputi solutio placenta, kegagalan ginjal dan jantung, hemorargi serebral, insupisiensi placenta, dan gangguan pertumbuhan janin (Denis Tiran, 2006).
Peningkatan
kejadian kematian akibat preeklampsia dan komplikasinya sampai saat ini
penyebabnya belum diketahui secara pasti, sehingga belum ada kesepakatan dalam
strategi pencegahan preeklampsia. Oleh karena itu deteksi dini preeklampsia
sangat diperlukan yaitu dengan menganjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan
kehamilan yang berkualitas yaitu minimal 4 kali kunjungan yaitu masing-masing 1
kali pada trimester I dan II, serta 2 kali pada trimester III (Depkes, 2003).
Selain itu
masih rendahnya akses para ibu terhadap sarana pelayanan kesehatan yang
berkualitas karena jumlahnya masih terbatas dan belum merata sebarannya, masih
rendahnya tingkat pengetahuan ibu tentang hal-hal yang perlu dilakukan untuk
menjaga kehamilan juga menjadi faktor yang cukup berpengaruh dan menjadi faktor
yang menyebabkan tingginya kematian ibu (Depkes, 2005).
Menteri Kesehatan, Siti Fadila Supari mengatakan, guna menurunkan angka kematian ibu menjadi 226 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2009, Departemen Kesehatan telah menyiapkan empat strategi pokok yakni penggerakan dan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan, mendekatkan akses keluarga miskin dan rentan terhadap layanan kesehatan berkualitas, meningkatkan surveillance, dan meningkatkan pembiayaan di bidang kesehatan (Depkes, 2005).
Menteri Kesehatan, Siti Fadila Supari mengatakan, guna menurunkan angka kematian ibu menjadi 226 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2009, Departemen Kesehatan telah menyiapkan empat strategi pokok yakni penggerakan dan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan, mendekatkan akses keluarga miskin dan rentan terhadap layanan kesehatan berkualitas, meningkatkan surveillance, dan meningkatkan pembiayaan di bidang kesehatan (Depkes, 2005).
Kehamilan,
persalinan, dan nifas merupakan proses reproduksi yang normal. Walaupun
demikian kehamilan, persalinan, dan nifas yang normal pun mempunyai resiko.
Resiko tinggi kehamilan merupakan penyimpangan, dan secara langsung dapat
menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi. Salah satu faktor resiko
kehamilan yang dapat menyebabkan kematian ibu adalah preeklampsia (Pedoman
Pemantauan PWS KIA, 1997).
Unit Pelaksana Teknis Dinas Pusat Kesehatan Masyarakat (UPTD Puskesmas) sebagai institusi kesehatan yang langsung berhubungan dengan masyarakat, menjadi ujung tombak dalam upaya menurunkan AKI, salah satunya adalah UPTD Puskesmas Margadadi Kecamatan Indramayu Kabupaten Indramayu.
Dari laporan tahunan KIA UPTD Puskesmas Indramayu didapat data bahwa pada tahun 2007 terjadi 14 kasus preeklampsia dengan 1 kematian ibu karena eklampsia, tahun 2008 terjadi 16 kasus preeklampsia, dan tahun 2009 sampai dengan bulan Oktober terjadi peningkatan kasus preeklampsia menjadi 29 orang.
Unit Pelaksana Teknis Dinas Pusat Kesehatan Masyarakat (UPTD Puskesmas) sebagai institusi kesehatan yang langsung berhubungan dengan masyarakat, menjadi ujung tombak dalam upaya menurunkan AKI, salah satunya adalah UPTD Puskesmas Margadadi Kecamatan Indramayu Kabupaten Indramayu.
Dari laporan tahunan KIA UPTD Puskesmas Indramayu didapat data bahwa pada tahun 2007 terjadi 14 kasus preeklampsia dengan 1 kematian ibu karena eklampsia, tahun 2008 terjadi 16 kasus preeklampsia, dan tahun 2009 sampai dengan bulan Oktober terjadi peningkatan kasus preeklampsia menjadi 29 orang.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
1. Tujuan Umum
Diketahuinya gambaran kejadian
preeklampsia berdasarkan jenis preeklampsia dan karakteristik ibu di UPTD
Puskesmas Margadadi Kecamatan Indramayu Kabupaten Indramayu.
2. Tujuan Khusus
a.
Diketahuinya angka kejadian
preeklampsia berdasarkan jenis preeklampsia.
b.
Diketahuinya gambaran kejadian preeklampsia
berdasarkan umur ibu.
c.
Diketahuinya gambaran kejadian
preeklampsia berdasarkan paritas ibu.
d.
Diketahuinya gambaran kejadian
preeklampsia berdasarkan umur kehamilan ibu.
e.
Diketahuinya gambaran kejadian
preeklampsia berdasarkan jumlah janin dalam kandungan ibu.
f.
Diketahuinya gambaran kejadian
preeklampsia berdasarkan riwayat preeklampsia yang lalu.
BAB II
ANALISIS MASALAH BERDASARKAN PROCEED
A.
Fase
1
1.
Analisa Situasi
Masalah kesehatan yang paling banyak
adalah angka kematian ibu karena perdarahan.
Masyarakat kecamatan Indramayu kurang mengetahui dan mengerti
pentingnya pemeriksaan kehamilan secara rutin karena mayoritas masyarakatnya
berpendidikan SMP dan mereka sangat memegang nilai-nilai tradisional.
2.
Sarana dan prasarana
Kecamatan Indramayu memiliki wilayah
kerja 123,98 km2, yang berpenduduk sekitar 19.945 KK dan memiliki 2 Puskesmas
Kecamatan, 4 Puskesmas Pembantu, dan 13 Bidan KIA. Sebagian besar Puskesmas di
Kecamatan Indramayu memiliki sarana dan prasarana yang cukup lengkap. Di
kecamatan Indramayu juga terdapat 14 SD, 2 SMP, 1 SMA. Sistem rujukan kesehatan
dapat ditempuh dalam waktu 3 jam dari Kecamatan Indramayu. Kerjasama dengan
lintas sektoral dalam tingkat kecamatan cukup baik.
B.
Fase
2
1.
Faktor Lingkungan
Adanya mitos yang berlaku di
lingkungan masyarakat yaitu makan-makanan laut bisa menyebabkan kulit
janin bersisik sehingga ibu hamil menghindari makanan laut selama
kehamilannya. Adanya mitos yang berlaku di lingkungan masyarakat yaitu
banyak anak banyak rezekisehingga masyarakat cenderung menolak program Keluarga
Berencana hal ini menyebabkan kehamilan resiko tinggi. Adanya tradisi di
dalam masyarakat yang lebih percaya terhadap dukun dibandingkan tenaga medis.
Lingkungan ini terletak di dataran tinggi sehingga menyebabkan
meningkatnya angka kejadian anemia.
C.
Fase 3
Diagnosis
Perilaku dan Lingkungan
1.
Faktor
Perilaku dan Kebiasaan
Perilaku wanita hamil pada Kecamatan
Indramayu yang tidak melakukan pemeriksaan antenatal care karena kurang
pengetahuan mengenai kepentingan pemeriksaan tersebut terhadap kesehatan diri
sendiri maupun anak yang dikandung. Adanya kebiasaan di dalam masyarakat
untuk menikah pada usia muda, hal itu mempengaruhi jumlah anak yang akan
dimiliki oleh wanita tersebut. Adanya kebiasaan meminum jamu
sebagai penguat kandungan, yang sebenarnya tidak dibutuhkan oleh kandungan.
Adanya perilaku ibu yang tidak mau memakai alat kontrasepsi karena
alasan-alasan tertentu, sehingga sering terjadi kehamilan yang tidak diinginkan
atau tidak terncana. Padahal dengan alat kontrasepsi, kehamilan yang tidak
diinginkan ini dapat dicegah.
D.
Fase 4
Diagnosis
Pendidikan dan Organisational
1.
Faktor
predisposisi
Rendahnya tingkat pendidikan dan
pengetahuan masyarakat berpengaruh kepada pengetahuan masyarakat terhadap
angka kematian ibu hamil akibat perdarahan dan bagaimana cara mencegah serta
mengatasi kasus perdarahan pada ibu hamil dan melahirkan. Masyarakat lebih
percaya dukun dibandingkan tenaga dokter atau bidan pada saat melahirkan.
Adanya presepsi ibu yang menganggap bahwa banyak anak banyak rejeki.
2.
Faktor
Pemungkin Enabling factors
Keterampilan tenaga kesehatan dalam
memberikan pelayanan. Akses jalan ke Puskesmas sulit di jangkau dan
memakan waktu lama.
3.
Faktor Penguat
Reinforcing factors
Adanya sikap para orang tua dan
tokoh masyarakat yang mendorong anak-anaknya agar melakukan proses persalinan
ke dukun karena hal ini sudah dianggap kebiasaan turun-temurun. Pasangan yang
tidak memiliki pengetahuan tentang kesehatan kehamilan.
E.
Fase 5
Diagnosis Administratif dan
Kebijakan
1.
Diagnosis Administrasi
Di
Desa Indramayu ini sudah mempunyai 2 Puskesmas Kecamatan, 4 Puskesmas Pembantu,
dan 13 Bidan KIA. Dari data ini dapat dikatakan tenaga bidan kurang karena
mengingat jumlah penduduk Indramayu adalah 19.945 Kepala Keluarga. Seperti
analisis data sebelumnya,sistem rujukan kesehatan dapat ditempuh dalam waktu 3
jam dari Kecamatan Indramayu hal ini tentu dapat menjadi salah satu faktor
terlambatnya penanganan bersalin.
2.
Diagnosis Kebijakan
Health Education
Upaya safe motherhood: Penyuluhan kepada ibu hamil
tentang kehamilan dan persalinan aman, penyuluhan KB pada ibu dengan kelompok
usia 35 tahun ke atas atau ibu umur kurang dari 35 tahun tetapi memiliki 5
orang anak kandung, penyuluhan tentang kesehatan reproduksi, pelatihan kepada
para dukun beranak, dan pendidikan kesehatan reproduksi remaja.
BAB
III
RENCANA
EVALUASI PKM
A.
Planing of Action
Identifikasi dukungan dan hambatan politis, peraturan dan
organisasional yang memfasilitasi program serta pengembangan lingkungan yang
dapat mendukung kegiatan masyarakat yang kondusif bagi kesehatan. Contoh:
1. Peraturan tentang penggunaan alat-alat
steril pada persalinan.
2. Peraturan tentang aborsi.
Inisiasi program Gerakan Sayang Ibu ( GSI)
Kegiatan GSI meliputi advokasi dan mobilisasi social. Dalam
pelaksanaannya, GSI mempromosikan kegiatan yang berkaitan dengan
Kecamatan Sayang Ibu dan Rumah Sakit Sayang Ibu, unruk mencegah tiga macam
keterlambatan, yaitu :
1.
Keterlambatan di tingkat keluarga dalam mengenali tanda
bahaya dan membuat keputusan untuk segera mencari pertolongan.
2. Keterlambatan dalam mencapai
fasilitas pelayanan kesehatan.
3. Keterlambatan di fasilitas pelayanan
kesehatan untuk mendapat pertolongan yang dibutuhkan.
B.
Materi Promosi Kesehatan
Penyuluhan kepada ibu hamil tentang kehamilan dan
persalinan aman, penyuluhan KB pada ibu dengan kelompok usia 35 tahun ke atas
atau ibu umur kurang dari 35 tahun tetapi memiliki 5 orang anak kandung, penyuluhan
tentang kesehatan reproduksi, pelatihan kepada para dukun beranak, pendidikan
kesehatan reproduksi remaja.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
latar belakang diatas angka kematian ibu (AKI) sebagai salah satu indikator
kesehatan, sampai saat ini masih tinggi di Indonesia dan jauh berada di atas
negara ASEAN lainnya.Peningkatan kejadian kematian akibat preeklampsia dan
komplikasinya sampai saat ini penyebabnya belum diketahui secara pasti,
sehingga belum ada kesepakatan dalam strategi pencegahan preeklampsia.
B.
Saran
Berdasarkan simpulan di atas maka
peneliti memberikan saran yang dapat dipertimbangkan
oleh Dinas Kesehatan dalam menyusun program promosi kesehatan untuk penurunan
angka kematian ibu melalui deteksi dini faktor keterlambatan merujuk baik pada masyarakat
dan bidan.
TUGAS UAS RENVAL
MAKALAH ANGKA KEMATIAN IBU YANG TINGGI DI INDRAMAYU
Disusun Oleh :
EVA
PUJIE SEPTY PAMUNGKAS
NIM : R.11.02.005
PROGRAM STUDI
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI
ILMU KESEHATAN (STIKes)
INDRAMAYU
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur
senantiasa saya panjatkan
kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan
rahmat, hidayah dan
karunia-Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Angka
Kematian Ibu yang Tinggi di Indramayu”.
Dalam penyusunan
makalah ini saya menyadari sepenuhnya, bahwasannya dalam
penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan, baik segi isi
maupun bahasannya.
Akhirnya dengan
segala keterbatasan yang
ada saya mengharapkan kritik dan
saran yang membangun
demi kesempurnaan tugas
ini, semoga ini
dapat bermanfaat bagi
kita semua.
Indramayu, Juni
2014
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................. i
Daftar Isi...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang................................................................................. 1
B.
Tujuan Penelitian.............................................................................. 3
BAB II
ANALISIS MASALAH BERDASARKAN PROCEED
A.
Fase.................................................................................................. 5
B.
Fase 2............................................................................................... 5
C.
Fase 3............................................................................................... 6
D.
Fase
4.............................................................................................. 6
E.
Fase 5............................................................................................... 7
BAB III
RENCANA EVALUASI PKM
A.
Planning of Action........................................................................... 8
B.
Materi Promosi Kesehatan............................................................... 8
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan...................................................................................... 9
B.
Saran................................................................................................ 9
0 comments:
Post a Comment