BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sepeda motor merupakan salah satu alat transportasi
yang paling banyak kita jumpai di jalan
raya. Tidak bisa kita pungkiri bahwa alat
transportasi sangat berperan penting dalam kehidupan sehari-hari terutama sepeda motor, untuk
bekerja, berangkat ke sekolah, dan berbagai kegiatan lainnya, penggunaannyapun dari berbagai macam golongan, dari golongan
ekonomi tinggi sampai rendah, dari yang muda sampai yang tua. Diduga hal ini
disebabkan karena mereka lebih suka menggunakan kendaraan pribadi
dari pada jasa kendaraan umum. Terlebih
lagi kendaraan pribadi dinilai relative praktis,
efisien dan ekonomis. Namun di luar itu semua
terdapat sedikit banyak member ikan
dampak buruk terhadap
kesehatan, karena semakin banyak
kendaraan berlalu-lalang dijalan semakin besar
kemungkinan terjadi polusi udara. Belum banyak orang yang menyadari akan
bahaya polusi udara, sehingga masih sering kita dapati pengendara sepeda
motor dimana mereka masih belum
menggunakan pelindung atau
yang sering disebut
dengan masker.
Masker adalah alat penutup muka yang melindungi bagian
mulut dan hidung, saat ini banyak penjual masker yang kita jumpai dipinggir
jalan, juga di sekitar lampu merah.
Meskipun begitu belum banyak pengendara
sepeda motor yang memproteksi diri terhadap efek negatif dari polusi. Seperti yang kita ketahui masker
ikut berperan serta dalam mencegah pengendara sepeda motor terhadap
dampak polusi udara.
Penelitian pada jam-jam sibuk pukul 08:00 - 16:00, volume
kendaraan disekitar, jalan jatibarang
menuju indramayu, mengalami peningkatan cukup signifikan. “
Tingginya volume kendaran
berkorelasi dengan peningkatan polusi udara,”
Namun pada beberapa
tempat yang diteliti ,
kandungan CO dalam udara
mencapai 10,5-14,42. meskipun lokasi yang menunjukan kelebihan CO
hanya 24% dari
seluruh lokasi yamg
diteliti, menekankan, tidak ada
alasan untuk mengabaikan temuan tersebut. CO merupakan gas yang dikeluarkan
akibat pembakaran bahan bakar minyak (BBM) yang tidak sempurna.
Pembakaran BBM yang sempurna, gas CO2. “gas
CO mampu bertahan lebih lama
dipermukaan atmosfer, sebab atmosfer bumi baru bisa menyerapnya setelah 1-5
tahun.”
Polusi CO dapat mengakibatkan berbagai gangguan
kesehatan. Karbon monoksida, kata dia, memiliki daya ikat yang lebih kuat dari pada
Oksigen (O2). Apabila dihirup manusia, CO akan lebih mudah berikatan
dengan darah atau Hemoglobin (Hb). “ jika CO berikatan dengan Hb, darah akan mengeluarkan Oksigen.
Akibatnya, orang akan menderita pusing, bahkan pada titik tertentu bisa
keracunan, mengalami gangguan pada jantung, bahkan kematian”, pakarnya. Sebagai
salah satu kota di Jawa Barat, Kota Indramayu tidak bisa lepas dari permasalahan polusi udara yang secara
langsung akan mempengaruhi tingkat
kesehatan warga Kota indramayu.
Banyaknya emisi dari kendaraan bermotor merupakan salah satu sumber dari
pencemaran udara di Kota indramayu. Berdasarkan
data Dinas Kesehatan
Kota indramayu, jenis
penyakit Telah lebih dari dua dasa warsa ini penyakit Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) dan gangguan saluran pernafasan lain selalu menduduki peringkat pertama
dari 10 penyakit yang dilaporkan
oleh pusat-pusat pelayanan kesehatan masyarakat seperti
: Puskesmas, Klinik,
dan Rumah Sakit. Diketahui
bahwa penyebab tejadinya
ISPA dan penyakit
gangguan saluran pernafasan lain adalah: rendahnya kualitas udara di
dalam rumah dan atau di luar rumah. Salah satu faktor penyebab terjadinya
peningkatan jumlah pasien akibat pencemaran udara di
Kota indramayu adalah masih
kurangnya informasi tentang dampak polusi udara terhadap kesehatan, masih
minimnya kesadaran masyarakat untuk melakukan kegiatan pencegahan terhadap
polusi udara misalnya dengan penggunaan masker di jalan raya untuk meminimalkan
jumlah polutan yang masuk ke dalam tubuh serta masih minimnya kesadaran masyarakat
untuk melakukan uji emisi kendaraan bermotor (Bappenas, 2007).
Berdasarkan
survey awal melalui
wawancara yang dilakukan
pada akhir bulan Mei oleh peneliti terhadap beberapa orang siswa (12
orang) terdapat 9 orang atau 75%
kadang-kadang menggunakan masker. Sedang sisanya sebanyak 3 orang atau
25% menggunakan masker. Kemudian dari 9 orang tersebut didapatkan data sebanyak 6 orang atau 66,6% mengatakan dalam waktu 1 bulan sering
mengalami gejala ISPA seperti batuk, bersin, dan sakit tenggorokan. Sementara sisanya sebanyak 3 orang atau
33,3% tidak terlalu sering mengalami gejala ISPA. Kemudian dari 3 orang
yang menggunakan masker
didapat data bahwa
mereka jarang mengalami gejala ISPA.
Terkait
dengan uraian diatas
penulis tertarik untuk
melakukan
penelitian “Hubungan
antara penggunaan masker
pada pengendara sepeda motor dengan frekuensi kejadian ISPA
pada siswa Smk Pelita Jatibarang”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas
maka rumusan permasalahan ini adalah,
“Adakah hubungan antara
penggunaan masker pada
pengendara sepeda motor dengan
frekuensi munculnya gejala
ISPA pada siswa Smk Pelita Jatibarang”.
C. Tujuan Penelitian
1.
Tujuan
Umum
Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui hubungan
antara penggunaan masker pada
pengendara sepeda motor
dengan frekuensi munculnya gejala ISPA pada Siswa SMK PELITA JATIBARANG
2.
Tujuan
Khusus
a.
Mendriskipsikan
penggunaan masker pada pengguna sepeda motor.
b.
Mendiskripsikan
frekuensi munculnya gejala ISPA pada pengendara sepeda motor.
c.
Menganalisis hubungan
antara penggunaan masker
pada pengendara sepeda motor
dengan frekuensi munculnya gejala ISPA.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian sbb:
1.
Bagi Mahasiswa
Ilmu Kesehatan Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi bagi Mahasiswa kesehatan Masyarakat dalam mengembangkan wawasan dan
pengetahuan khususnya
tentang bahayanya polusi
udara dan pentingnya penggunaan masker.
2.
Bagi Masyarakat
1.
Menambah
pengetahuan masyarakat khususnya para pengendara sepeda motor tentang bahayanya
polusi udara.
2.
Menambah pengetahuan
masyarakat khususnya para
pengendara sepeda motor tentang pentingnya penggunaan masker.
E. Keaslian
penelitian
Penelitian mengenai hubungan
antara penggunaan masker
pada pengendara sepeda motor
dengan frekuensi munculnya
gejala ISPA pada siswa
Smk Pelita Jatibarang”. belum pernah dilakukan di Indramayu.
=============================================================
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
ISPA
1.
Definisi
Ispa sering disalah artikan sebagai infeksi saluran
pernafasan atas. Yang benar ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran
Pernafasan Akut. ISPA meliputi saluran pernafasan atas dan saluran pernafasan
bawah.
Istilah ISPA diadaptasi dari istilah dalam bahasa inggris
Acute Respiration Infection (ARI). Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi,
saluran pernafasan, dan akut, dengan pengertian sebagai berikut :
a.
Infeksi adalah suatu keadaan dimana
kuman penyakit berhasil menyerang tubuh manusia,
kemudian berkembang baik dalam tubuh dan menyebabkan penyakit. (Depkes RI,
1985)
b.
Saluran Pernafasan
adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti
sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA secara anatomis mencakup
saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan bagian bawah (termasuk
jaringan paru-paru) dan organ adneksa saluran pernafasan. Dengan batasan ini,
jaringan paru termasuk dalam saluran pernafasan. (Dinkes, 2002)
c.
Infeksi akut adalah
infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari, batas 14 hari diambil untuk
menujukan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan
dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari. (Dinkes, 2002)
ISPA adalah penyakit infeksi pada
saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh masuknya kuman microorgansme (bakteri dan
virus) kedalam organ saluran pernafasan yang berlangsung selama 14 hari.
(Dinkes, 2002)
2.
Etiologi
Etiologi ispa terdiri dari lebih 300 jenis bakteri, virus dan
riketsia. Bakteri penyebab ISPA antara lain streptokokus, stapilokokus,
pnemokokus, hemofilus, bordetella, dan Korinobakteriun. Virus penyebab ISPA
antara lain adalah golongan mikosovirus, adenovirus, koronavirus, pikornavirus,
mikoplasma, herpesvirus. (Dinkes, 2002)
3.
Tanda dan Gejala
ISPA merupakan proses inflamasi yang terjadi
pada setiap bagian saluran pernafasan atas maupun bawah, yang meliputi infiltrat peradangan dan edema mukosa, kongestif vaskuler,
bertambahnya sekresi muskus serta perubahan struktur dan fungsi silia.
Tanda dan gejala ISPA sangat bervariasi antara lain myalgia
(badan pegal-pegel) , rhinorrhea (beringus), batuk, sakit kepala, sakit pada
tenggorokan, demam, pusing, malaise (lemas), anokreisa (tidak nafsu makan),
vomitus (muntah), keluar secret, gelisah, hipoksia (kurang oksigen). (nelson,
1999)
4.
Klasifikasi
ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) meliputi saluran
pernafasan atas dan saluran pernafasan bawah. ISPA terbagi dalam 2 golongan
yaitu yang bukan pnemonia dan pnemonia berikut penjelasannya:
a.
Bukan Pnemonia (Saluran
Pernafasan Atas)
Saluran pernafasan atas berfungsi menghangatkan, melembabkan,
dan menyaring udara. Bersama udara masuk berbagai phatogen, yang dapat
tersangkut di hidung, faring, laring atau trakea dan dapat berproliferasi, bila
daya tahan tubuh menurun. Penyakit saluran pernafasan atas meliputi sinusitis,
rhinitis, pharingitis, tonsilitis, dan laringitis, memiliki pola-pola yang
khusus dan khas.
1)
Sinusitis
Sinusitis didefinisikan sebagai inflamasi/peradangan pada suatu atau lebih
dari sinus pranasal. Sinus adalah merupakan suatu rongga/ruang berisi
udaradengan dinding yang terdiri dari membran mukosa. Meskipun tipe sinusitis
fungal dan bakterial yang akurat sangatlah penting bagi kebaikan pasien dan
pencegahan komplikasi yang mungkin terjadi seperti sinusitis kronis atau
menyebarnya infeksi ketempat lain (misal meningiti).
Infeksi
saluran pernafasan atas biasanya diikuti sinusitis bacterial akut. Bakterial
pathogen yang biasa menjadi penyebab penyakit ini meliputi Haemo philus
Influenza, Streptococcus Pyogenes, dan Streptococcus Pnemonal. Adanya infeksi
yang berulang pada sinusitis kronis makaakan terjadi sikatrik yang berakibat
pada penebalan membran-membran dan aliran pembuangan secret menjadi terhambat.
Selanjutnya pada keadaan ini Sangat kondusif bagi tumbuhnya bakteri dan
berkembang dengan subur di lingkungan ini.
Keluhan utama dari pasien
bervariasi, akan tetapi semuanya berkaitan dengan nyeri dan tekanan pada sinus
yang disertai dengan sakit kepala.Pada sinusitis akut, pasien akan mengalami nyeri
yang amat sangat dan sifatnya menetap. Tekanan dan nyeri yang dirasaakan semakin
memberat dalam 3–4 jam setelah bangun tidur,
karena akumulasi eksudasi pada sinus. Gejalalannya Menunjukkan adanya demam,sakit
tenggorok, postnasal drip, dan aliran sekret dari nasal.
2)
Rhinitis
Rhinitis didefinisikan sebagai penyakit
inflamasi membrane mukosa dari cavum nasal dan nasopharyng. Sama halnya dengan sinusitis,
rhinitis bias berupa penyakit akut dan kronis yang kebanyakan disebabkan oleh virus
dan alergi. Keluhan utama yang dirasakan pasien meliputi hidung berair (rhinorrhea).
Rhinitis paling sering akan menyertai infeksi virus akut pada saluran pernafasan
atas, yang sering dikenal dengan influenza (common cold). Virus disebarkan melalui
droplet (titik-titik) yang berasal dari bersin. Phato fisiologi rhinitis adalah
terjadinya inflamasi dan pembengkakan mukosa hidung, sehingga menyebabkan edema
dan mengeluarkan secret hidung. Rhinitis persisten (menetap) mengakibatkan sikatrik
fibrosa pada jaringan pengikat dan atropi kelenjar yang mengeluarkan lender atau
ingus. Manifestasi klinis penyakit rhinitis ini meliputi bersin, batuk, hidung berair,
demam ringan, sakit tenggorokan, dan tidak enak badan.
3)
Pharingitis
Pharingitis adalah proses peradangan
pada tenggorokan. Penyakit ini juga sering dilihat sebagai inflamasi virus,
namun juga disebabkan oleh bakterial, seperti Hemolytic Streptococcy, Staphylococci,
atau bakterilainnya. Manifestasi klinis yang ditimbulkan infeksi streptococcal meliputi
sakit tenggorakan, nyeri dan dysphagia berat, demam, batuk kering, plak putih pada
amandel, tenggorokan edema dan berwarna merah. Pada anak-anak gejala yang
Nampak meliputi demam, susah makan,susah tidur dan mual.
4)
Amandel
atau Tonsilitis
Tonsilitis merupakan inflamasi atau pembengkakan
akut pada tonsil atau amandel. Organisme penyebabnya yang utama meliputi Streptococcus
atau Staphylococcus. Infeksi terjadi pada hidung atau pharyng menyebar melalui
system limpa ke tonsil. Hiperthropi yang disebabkan oleh infeksi, bias menyebabkan
tonsil membengkak sehingga bias menghambat
keluar masuknya udara. Manifestasi klinis yang ditmbulkan meliputi pembengkakan
tonsil; pharyng yang mengalami edema dan berwarna merah, sakit tenggorokan; sakit
ketika menelan, demam tinggi dan eksudat berwarna putih keabuan pada tonsil. Selain
itu juga muncul abses pada tonsil.
5)
Laryngitis
Laryngitis adalah proses peradangan dari
membrane mukosa yang membentuk laryng. Peradangan ini mungkin akut atau kronis sedang
penyebabnya bias berupa virus, bakteri, lingkungan maupun karena alergi. Gejala
yang muncul diakibatkan oleh pembengkakan pita suara. Bakteri penyebabnya adalah
Streptococcus Pneumoniae dan BetaHemolytic Streptococcus. Akibat yang timbul
bias berupa suara serak atau kehilangan suara (aphonia), demam, tidak enak badan,
sakit ketika menelan, batuk kering dan tenggorokan gatal.Bagi pasien yang mengidap
laryngitis, gangguan seperti stridor dan dyspnea ini juga bias muncul.
b.
Pneumonia
(Infeksi Saluran Pernafasan Bawah)
Pnemonia didefinisikan sebagai penyakit
infeksi saluran pernafasan bawah, yang meliputi parenkim paru-paru, termasuk alveoli
dan struktur pendukungnya. Pnemonia disebabkan oleh virus phatogen yang masuk kedalam
tubuh melalui aspirasi, inhalasi atau penyebaran sirkulasi. Pnemoniainhalasi disebabkan
melalui droplet batuk dan bersin. Agen penyebabnya biasanya adalah virus.
Pnemonia bacterial, organism gram-positif
yang menyebabkan pneumonia bacteri adalah Streptococcus Pneumonia, S.aureus, dan
Streptococcuc Pyogenes. Insiden penyakit pneumonia ini paling tinggi terjadi dimusim
dingin, dan biasanya merupakan akibat lajutan dari infeksi saluran pernafasan atas.
Pnemonia Virus yang merupakan tipe
pneumonia paling umum ini disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui
transmisi droplet. Cytomegalo vius dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama
pneumonia virus.
Pnemonia Fungal, infeksi yang disebabkan
jamur seperti Histoplasmosis, menyebar melalui penghirupan udara yang mengandung
spora. Infeksi histoplama terkadang hilang dengan sendirinya sehingga tidak memerlukan
perawatan.
Biasanya penderita pneumonia mengalami
serangan berupa demam, gemetar,dingin yang menusuk, batuk-batuk, sputum yang purulen
dan nyeri dada pleuristik. Manifestasi pneumonia yang paling utama adalah hipoksemia.
Kemudian komplikasinya meliputi asidosis metabolisme. Penyakit multilobar, dehidrasi,
dan gagal nafas. Organisme utama penyebabnya adalah Streptococcus Pneumoni, Haemophilus
Influenza, dan Klepsiella Pneumonia. Organisme ini menyebabkan jumlah sel darah
putih meningkat dan dengan sinar x dada maka akan Nampak adanya infiltrat. Pnemonia
biasanya menimbulkan serangan yang bertahap dan tidak jelas serta kurang dramatis
dalam penampakan klinisnya. Pasien yang mengidap penyakit ini akan mengalami sakit
kepala, radang tenggorakan, otot kaku, dan resah selain itu juga disertai dengan
batuk-batuk dan suhunya tidak panas serta sel lekositn ya tidak akan bertambah.
(Reeves, 2001)
5.
Faktor-faktor
yang Mungkin Mempengaruhi
a.
Cuaca
dan musim
Di negara dengan empat musim, kejadian
ISPA cenderung meningkat pada musim dingin, di Negara tropis yang umumnya mempunyai
2 musim ISPA 2 atau 3 kali lebih sering terjadi pada musim hujan.
b.
Kepadatan
Penduduk
David Morley (1973) menekankan, yang
paling bertanggung jawab terhadap terjadinya ISPA adalah kepadatan penghuni didalam
atau diluar rumah; dikatakannya meningkatnya kejadian ISPA pada musim - musim tertentu
bukan diakibatkan perubahan cuaca atau musim.
Di Inggris kejadian infeksi ISPA pada anak Lebih sering pada anak yang mempunyai
saudara dibandingkan dengan yang tidak; disebut juga puncak kejadian ISPA berhubungan
dengan masa masuknya anak sekolah kembali setelah masa libur.
c.
Umur
dan Jenis Kelamin
Anak berusia dibawah 2 tahun mempunyai
resiko mempunyai resiko mendapatkan ISPA Lebih besar dari pada anak yang lebih tua.
Keadaan ini mungkin karena pada anak di bawah usia 2 Tahun imunitasnya belum sempurna
dan lumen saluran nafasanya relative sempit. Kejadian ISPA atas tidak ada bedanya
antara anak laki-laki dengan perempuan, sedangISPA bawah pada umur kurang dari 6
tahun lebih sering pada anak- anak laki-laki. (Sinuhaji, 2000)
d.
Lingkungan
Lingkungan dapat berperan terhadap kejadian
ISPA, yaitu dari udara yang tercemar atau terpolusi. Menurut Chambers (1976) dan
Masters (1991), Yang dimaksud dengan pencemaran udara adalah bertambahnya bahan
atau substrat fisik atau kimIake dalam lingkungan udara normal yang mencapai sejumlah
tertentu, sehingga dapat dideteksi oleh manusia (atau yang dapat dihitung dan diukur)
serta dapat memberikan efek pada manusia, binatang, vegetasi, dan material. Selain
itu pencemaran udara dapat pula dikatakan sebagai perubahan atmosfer oleh karna
masuknya bahan kontaminan alami atau buatan ke dalam atmosfer tersebut (Parker,
1980)
6.
Pencegahan
ISPA
a.
Perilaku
hidup bersih dan sehat.
b.
Peningkatan
kualitas gizi.
c.
Mengikuti
penyuluhan kesehatan.
d.
Menggalakan
immunisasi.
e.
Jagalah
kebersihan tubuh, makanan, dan lingkungan.
f.
Memproteksi
diri terhadap paparan polusi atau pencemaran udara, khususnya pada pengendara sepeda
motor, missal dengan menggunakan pelindung (masker). (Sinuhaji, 2000)
B.
Pengendara Sepeda Motor
1.
Definisi
Menurut kamus bahasa Indonesia
(2002) :
a.
Pengendara
adalah orang yang mengendarai.
b.
Sepeda
adalah kereta angin
c.
Motor
adalah alat untuk mengadakan kekuatan penggerakan (dengan mesin).
d.
Sepeda
motor adalah sepeda yang dijalankan dengan mesin. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan
bahwa pengendara sepeda motor adalah orang yang mengendarai sepeda yang di jalankan
dengan mesin.
C.
Masker
1.
Definisi
Menurut kamus bahasa Indonesia (2005)
masker adalah alat penutup muka.
2.
Manfaat
Untuk menghindari pengaruh langsung dari udara yang tidak bersahabat (Polusi). (Sugiarto,
2004)
D.
Pencemaran Udara
1.
Definisi
Menurut Kumar (1987), pencemaran udara
adalah adanya bahan polutan di atmosfer yang Dalam konsentrasi tertentuakan mengganggu
keseimbangan dinamik di atmosfer dan mempunyai efek pada manusia dan
lingkungannya.
2.
Klasifikasi
Polusi Udara Bahan pencemaran udara atau
polutan dapat dibagi menjadi dua bagian:
a.
Polutan
Primer
Polutan primer adalah polutan yang dikeluarkan
langsung dari sumber tertentu, dan dapat berupa:
1)
Polutan
Gas terdiri dari:
a)
Senyawa
karbon, yaitu hidrokarbon, hidrokarbon teroksigenasi, dan karbon oksida (CO
atau CO2).
b)
Senyawa
sulfur, yaitu sulfur oksida.
c)
Senyawa
nitrogen, yaitu nitrogen oksida dan amoniak.
d)
Senyawa
halogen, yaitu flour, klorin, hydrogen klorida, hidrokarbon terklorinasi, dan bromin.
Penyebab terjadinya pencemaran lingkungan di atmosfer biasanya berasal dari sumber
kendaraan bermotor dan atau industri. Bahan pencemaran yang dikeluarkan antara lain
adalah gas NO2, SO2, SO3, ozon, CO, HC, dan partikel debu. Gas NO2, SO2, HC, dan
CO dapat dihasilkan oleh proses pembakaran dari mesin yang menggunakan bahan bakar
yang berasal dari bahan fosil.
2)
Partikel
Partikel yang di atmosfer mempunyai karakteristik
yang spesifik, dapat berupa zat padat maupun Suspense aerosol cair di atmosfer.
Bahan partikel tersebut dapat berasal dari proses kondensasi, proses dipersi (misalnya
proses menyemprot/spraying) maupun proses erosi bahan tertentu. Asap (smoke) seringkali
dipakai untuk menunjukkan campuran bahan partikulat (partikulatematter), uap (fumes),
gas, dan kabut (mist).
b.
Polutan
Sekunder
Polutan sekunder biasanya terjadi karena
reaksi dari dua atau lebih bahan kimia diudara, misalnya reaksi foto kimia. Sebagai
contoh adalah disosiasi NO2 yang menghasilkan NO dan O radikal. Proses kecepatan
dan arah reaksinya dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain:
1)
Konsetrasi
relative dari bahan reaktand
2)
Derajat
foto aktivasi
3)
Kondisi
iklim
4)
Topografi
local dan adanya embun Polutan sekunder ini mempunyai sifat fisik kimia yang tidak
stabil. Termasuk dalam polutan sekunder ini adalah ozon, Peroxy Acyl Nitrat (PAN),
dan formaldehid.
3.
Efek
Bahan Pencemaran Udara Terhadap Lingkungan
Adapun efek
dari bahan pencemaran uadara. Efek bahan pencemaran udara terhadap lingkungan antara
lain:
a.
Efek
terhadap kondisi fisik Atmosfer Efek negative bahan pencemaran udara terhadap kondisi
fisik atmosfer antara lain adalah:
1)
Gangguan
jarak pandang (visibility)
2)
Memberikan
warna tertentu pada atmosfer
3)
Mempengaruhi
struktur dari awan
4)
Mempengaruhi
keasaman air hujan
5)
Mempercepat
pemanasan atmosfer
b.
Efek
terhadap Faktor Ekonomi Efek negative pencemaran udara terhadap factor yang berhubungan
dengan ekonomi antara lain:
1)
Meningkatkan
biaya rehabilitas karena rusaknya bahan (keropos)
2)
Meningkatnya
biaya pemeliharaan (pelapisan, pengecatan)
3)
Kerugian
akibat kontaminasi bahan pencemaran udara pada makanan /minuman oleh bahan beracun
(kontaminasi oleh Dioksin)
4)
Meningkatnya
biaya perawatan/pengobatan penyakit yang disebabkan oleh pencemaran udara.
c.
Efek
terhadap Vegetasi Efek negative bahan pencemaran udara terhadap kehidupan vegetasi
antara lain ialah:
1)
Perubahan
morfologi, pigmen, dan kerusakan fisiologi sel tumbuhan terutama pada daun
2)
Mempengaruhi
pertumbuhan vegetasi
3)
Mempengaruhi
proses reproduksi tanaman
4)
Mempengaruhi
komposisi komunitas tanaman
5)
Terjadi
akumulasi bahan pencemar pada vegetasi tertentu (missal limut kerak (lichen) dan
mempengaruhi kehidupan serta morfologi vegetasi tersebut)
d.
Efek
terhadap Kehidupan Binatang Efek terhadap kehidupan binatang, baik binatang peliharaan
maupun bukan (binatang liar), dapat terjadi karena adanya proses bioakumulasi dan
keracunan bahan berbahaya. Sebagai contoh adalah terjadi migrasi burung karena udara
ambien terpapar oleh gas SO2.
e.
Efek
Estetik
Efek estetik
yang diakibatkan adanya bahan pencemaran udara antara lain timbulnya bau dan adanya
lapisan debu pada bahan yang mengakibatkan perubahan warna permukaan bahan dan mudahnya
terjadi kerusakan bahan tersebut.
f.
Efek
terhadap Kesehatan Manusia pada Umumnya Baik gas maupun partikel yang berada
Diatmosfer dapat menyebabkan kelainan
pada tubuh manusia. Secara umum efek pencemaran udara terhadap individu atau masyarakat
dapat berupa:
1)
Sakit,
baik yang akut maupun yang kronis
2)
Penyakit
yang tersembunyi yang dapat memperpendek umur, menghambat pertumbuhan, dan
perkembangan
3)
Mengganggu
fungsi fisiologis dari:
a)
Paru
b)
Saraf
c)
Transpor
oksigen oleh hemoglobin
d)
Kemampuan
sensorik
4)
Kemunduran
penampilan, missal pada:
a)
Aktifitas
atlet
b)
Aktifitas
motorik
c)
Aktifitas
belajar
5)
Iritasi
sensorik
6)
Penimbunan
bahan berbahaya dalam tubuh
7)
Rasa
tidak nyaman (bau)
g.
Efek
terhadap Saluran Pernafasan Secara umum efek pencemaran udara terhadap saluran pernafasan
dapat menyebabkan terjadinya:
1)
Iritasi
pada saluran pernafasan yang dapat menyebabkan pergerakan silia menjadi lambat bahkan
dapat terhenti, sehingga tidak dapat membersihkan saluran pernafasan.
2)
Peningkatan
produksi lendir, akibat iritasi oleh bahan pencemar
3)
Produksi
lender dapat menyebabkan penyempitan saluran pernafasan
4)
Rusaknya
sel pembunuh bakteri di saluran pernafasan
5)
Pembengkakan
saluran pernafasan dan merangsang pertumbuhan sel, sehingga saluran pernafasan mnjadi
menyempit
6)
Lepasnya
silia dan lapisan sel selaput lender
7)
Akibat
dari semua hal tersebut diatas, akan menyebabkan terjadinya kesulitan bernafas,
sehingga benda asing termasuk bakteri/mikroorganisme lain tidak dapat dikeluarkan
dari saluran pernafasan dan hal ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran pernafasan.
(Mukono, 2000)
=========================================================
0 comments:
Post a Comment