BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Preeklampsi merupakan salah satu komplikasi kehamilan
yang disebabkan langsung oleh kehamilan itu sendiri.
Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai
proteinuria akibat kehamilan, setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera
setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum 20 minggu bila terjadi
penyakit tropoblastik
Sebelumnya,
Oedema termasuk ke dalam salah satu kriteria diagnosis preeklampsia, namun
sekarang tidak lagi dimasukkan ke dalam kriteria diagnosis, karena padawanita
hamil umum ditemukan adanya edema, terutama di tungkai, karena adanya
stasis pembuluh darah.
Hipertensi
umumnya timbul terlebih dahulu dari pada tanda-tanda lain. Kenaikan tekanan sistolik
> 30 mmHg dari nilai normal atau mencapai 140 mmHg, atau kenaikan tekanan
diastolik > 15 mmHg atau mencapai 90 mmHg dapat membantu ditegakkannya
diagnosis hipertensi.Penentuan tekanan darah dilakukan minimal 2 kali dengan
jarak waktu 6 jam pada keadaanistirahat.
Proteinuria
ditandai dengan ditemukannya protein dalam urin 24 jam yang kadarnyamelebihi
0.3 gram/liter atau pemeriksaan kualitatif menunjukkan 1+ atau 2+ atau
1gram/liter atau lebih dalam urin yang dikeluarkan dengan kateter atau
midstream yang diambil minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam. Umumnya
proteinuria timbul lebih lambat, sehingga harusdianggap sebagai tanda yang
serius.
Walaupun
edema tidak lagi menjadi bagian kriteria diagnosis pre-eklampsia, namunadanya
penumpukan cairan secara umum dan berlebihan di jaringan tubuh harus tetapdiwaspadai.
Edema dapat menyebabkan kenaikan berat badan tubuh. Normalnya, wanita
hamilmengalami kenaikan berat badan sekitar 0.5 kg per minggu. Apabila kenaikan
berat badannyalebih dari normal, perlu dicurigai timbulnya pre-eklampsia.
Preeklampsia
pada perkembangannya dapat berkembang menjadi eklampsia, yang ditandai dengan timbulnya kejang
atau konvulsi. Eklampsia dapat menyebabkan terjadinya Disseminated intravascular
coagulation (DIC) yang menyebabkan jejas iskemi pada berbagai organ, sehingga eklampsia dapat
berakibat fatal.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
dari uraian diatas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut: “Bagaimana
memberikan asuhan kebidanan komprehensif pada Ny. M umur 20 tahun pre-eklampsia
berat di RSUD Indramayu tahun 2014”?
C.
Tujuan
Bedah kasus
1.
Tujuan
Umum
Mampu
melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny. M umur 20 tahun dengan pre-eklampsia berat di RSUD
Indramayu tahun 2014. Dengan
pendokumentasian yang dituangkan dalam bentuk SOAP.
2.
Tujuan
Khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajian pada Ny.
M umur 20 tahun sejak masa kehamilan
umur
38 minggu, bersalin, nifas dan bayi baru lahir
umur 1 hari, dengan pendekatan
manajemen kebidanan.
b.
Mampu
melakukan interpretasi data untuk menegakkan diagnosa masalah pada Ny.
M umur 20 tahun sejak masa kehamilan
umur
38 minggu, bersalin, nifas dan bayi baru lahir
umur 1 hari, dengan pendekatan
manajemen kebidanan..
c.
Mampu
mengidentifikasi masalah potensial pada Ny. M umur 20 tahun sejak masa kehamilan
umur
38 minggu, bersalin, nifas dan bayi baru lahir
umur 1 hari, dengan pendekatan
manajemen kebidanan.
d.
Mampu
melaksanakan tindakan segera pada Ny. M umur 20 tahun sejak masa kehamilan
umur
38 minggu, bersalin, nifas dan bayi baru lahir
umur 1 hari, dengan pendekatan
manajemen kebidanan.
e.
Mampu
merencanakan asuhan yang akan diberikan pada Ny.
M umur
20 tahun sejak masa kehamilan
umur
38 minggu, bersalin, nifas dan bayi baru lahir
umur 1 hari, dengan pendekatan
manajemen kebidanan.
f.
Mampu
melaksanakan asuhan kebidanan yang diberikan pada Ny.M umur 20 tahun sejak masa kehamilan
umur
38 minggu, bersalin, nifas dan bayi baru lahir
umur 1 hari, dengan pendekatan
manajemen kebidanan.
g.
Mampu
mengevaluasi keefektifan hasil asuhan yang diberikan pada Ny.
M umur 20 tahun sejak masa kehamilan
umur
38 minggu, bersalin, nifas dan bayi baru lahir
umur 1 hari, dengan pendekatan
manajemen kebidanan.
h. Mampu
mendokumentasikan hasil asuhan kebidanan pada Ny. M umur 20 tahun sejak masa kehamilan
umur
38 minggu, bersalin, nifas dan bayi baru lahir
umur 1 hari,
dengan
menggunakan metode subjektif, objektif, analisa dan penatalaksanaan (SOAP).
D.
Manfaat
bedah Kasus
1. Bagi Pasien
Dengan memberikan asuhan kebidanan
secara komprehensif sesuai standar, klien akan merasa aman dan nyaman.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil bedah kasus ini diharapkan dapat menjadi
bahan masukan, untuk menambahan bahan keperpustakaan dan informasi bagi
mahasiswa dan menambah bahan referensi di Diploma III Kebidanan STIKes Indra Husada Indramayu.
3. Bagi Intansi Rumah Sakit
Sebagai bahan evaluasi dalam
memberikan pelayanan kesehatan, terutama peningkatan derajat kesehatan ibu dan
bayi, untuk lebih mengoptimalkan pelayanan yang berkualitas dan untuk
menciptakan kenyamanan sehingga tercipta kessehatan yang optimal.
BAB II
TINJAUAN
TEORITIS
A.
PENGERTIAN KEHAMILAN
Kehamilan adalah
penyatuan sperma dari laki-laki dan ovum dari perempuan. Masa kehamilan dimulai
dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40
minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir.
Kehamilan dibagi dalam
tiga triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan,
triwulan kedua dari bulan ke-4 sampai ke-6, triwulan ketiga dari bulan ke-7
sampai ke-9 (Adriaansz, Wiknjosastro dan Waspodo, 2011. p. 89).
Kehamilan didefinisikan
sebagai persatuan antara sebuah telur dan sebuah sperma, yang menandai awal
suatu peristiwa yang terpisah, tetapi ada suatu rangkaian kejadian yang
mengelilinginya. Kejadian kejadian itu ialah pembentukan gamet (telur dan
sperma), ovulasi(pelepasan telur,
penggabungan gamet dan implantasi embrio
di dalam uterus. Jika peristiwa ini berlangsung baik, maka proses perkembangan
embrio dan janin dapat dimulai (Bobak, 2010, p. 74).
B. PENGERTIAN
PREEKLAMSI
Preeklampsia (toksemia
gravidarum) adalah tekanan darah tinggi yang disertai dengan proteinuria
(protein dalam air kemih) atau edema (penimbunan cairan), yang terjadi pada
kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah persalinan (
Manuaba ).
Preeklampsia adalah
sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan nifas yang
terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak menunjukkan
tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya
biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih ( Rustam
Muctar).
Pre eklamsi dan eklamsi adalah penyakit pada
wanita hamil yang secara langsung disebabkan oleh kehamilan. Pre eklamsi dan
eklamsi hampir secara eksklusif merupakan penyakit pada nullipara. Biasanya terdapat
pada wanita usia subur dengan umur ekstrem, yaitu pada remaja belasan tahun
atau pada wanita yang berumur lebih dari 35 tahun. Pada multipara biasanya
dijumpai pada keadaan-keadaan : kehamilan multifetal dan hidrop fetalis,
penyakit vaskuler, termasuk hipertensi essensial kronis dan diabetes mellitus,
penyakit ginjal.
Eklampsia adalah preaklampsia yang
disertai kejang dan atau koma yang timbul bukan akibat dari kelainan neurologi
(Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 : 310 ; 2007).
Dengan pengetahuan bahwa
biasanya eklampsia didahului oleh pre eklampsia,tampak pentingnya pengawasan
antenatal yang teliti dan teratur, sebagai usaha untuk mencegah timbulnya
penyakit itu.
C. KLASIFIKASI
Menjadi 2 golongan,
yaitu sebagai berikut :
1. Preeklampsia
Ringan Dibagi
Bila
disertai keadaan sebagai berikut:
Tekanan darah
140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring terlentang; atau
kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih; atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau
lebih Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak
periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam.
Edema umum,
kaki, jari tangan, dan muka; atau kenaikan berat 1 kg atau lebih per minggu,
Proteinuria kwantatif 0,3 gr atau lebih per liter; kwalitatif 1 + atau 2 + pada
urin kateter atau midstream.
Pre eklamsi
ringan, bila disertai keadana sebagai berikut :
1)
Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring
terlentang; atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih; atau kenaikan sistolik
30 mmHg atau lebih. Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan
dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam
2)
Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka atau kenaikan berat badan 1 kg atau
lebih per minggu.
3)
Proteinuria kwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter; kwalitatif 1+ atau 2+
pada uri kateter atau midstream.
2. Preeklampsia
Berat
a. Tekanan
darah 160/110 mmHg atau lebih.
b. Proteinuria
5 gr atau lebih per liter.
c. Oliguria,
yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam .
d. Adanya
gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri pada epigastrium.
e. Terdapat
edema paru dan sianosis.
Pre eklamsi
dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu :
Pre eklamsi berat, bila disertai keadaan
sebagai berikut :
1)
Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.
2)
Proteinuria 5 gr atau lebih per liter.
3) Oliguria,
yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam.
4)
Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri di epigastrium.
5)
Terdapat edema paru dan sianosis.
D. ETIOLOGI
Apa yang menjadi
penyebab preeklampsia dan eklampsia sampai sekarang belum diketahui. Beberapa
teori yang mengatakan bahwa perkiraan etiologi dari kelainan tersebut sehingga
kelainan ini sering dikenal sebagai the diseases of theory. Adapun
teori-teori tersebut antara lain :
1) Peran
Prostasiklin dan Tromboksan .
2) Peran
faktor imunologis.
3) Beberapa
studi juga mendapatkan adanya aktivasi system komplemen pada pre-eklampsi/eklampsia.
4) Peran
faktor genetik /familial
5) Terdapatnya
kecenderungan meningkatnya frekuensi preeklampsi/ eklampsi pada anak-anak dari
ibu yang menderita preeklampsi/eklampsi.
6) Kecenderungan
meningkatnya frekuensi pre-eklampsi/eklampsia dan anak dan cucu ibu hamil
dengan riwayat pre-eklampsi/eklampsia dan bukan pada ipar mereka.
7) Peran
renin-angiotensin-aldosteron system (RAAS).
Adapun penyebab preeklampsia sampai
sekarang belum diketahui, namun ada beberapa teori yang dapat menjelaskan
tentang penyebab preeklampsia, yaitu :
a. Bertambahnya
frekuensi pada primigravida, kehamilan ganda, hidramnion, dan
mola hidatidosa.
b. Bertambahnya
frekuensi seiring makin tuanya kehamilan.
c. Dapat
terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus.
d. Timbulnya
hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.
Sebab eklampsia belum diketahui pasti,
namun salah satu teori mengemukakan bahwa eklampsia disebabkan ishaemia rahim
dan plasenta (Ischaemia Utera Placentoe).
E. PATOFISIOLOGI
Pada pre eklampsia
terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi peningkatan hematokrit.
Perubahan ini menyebabkan penurunan perfusi ke organ, termasuk ke utero
plasental fatal unit. Vasospasme merupakan dasar dari timbulnya proses pre
eklampsia. Konstriksi vaskuler menyebabkan resistensi aliran darah dan
timbulnya hipertensi arterial. Vasospasme dapat diakibatkan karena adanya
peningkatan sensitifitas dari sirculating pressors. Pre eklampsia yang berat
dapat mengakibatkan kerusakan organ tubuh yang lain. Gangguan perfusi plasenta
dapat sebagai pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta sehinga dapat
berakibat terjadinya Intra Uterin Growth Retardation.
Patofisiologi
preeklamsia-eklamsia setidaknya berkaitan dengan perubahan fisiologis
kehamilan. Adaptasi fisiologis normal pada kehamilan meliputi peningkatan
volume plasma darah, vasodilatasi, penurunan resistensi vaskuler sistemik,
peningkatan curah jantung, dan penurunan tekanan osmotik koloid. Pada
preeklamsia, volume plasma yang beredar menurun, sehingga terjadi
hemokonsentrasi dan peningkatan hematokrit maternal. Perubahan ini membuat
perfusi organ maternal menurun, termasuk perfusi ke unit janin-uteroplasenta.
Vasospasme siklik lebih lanjut menurunkan perfusi organ dengan menghancurkan
sel-sel darah merah, sehingga kapasitas oksigen maternal menurun,
Predisposisi genetik dapat merupakan fakktor imunologi lain (Chesley).
Sibai menemukan adanya
frekuensi preeklamsia dan eklamsia pada anak dan cucu wanita yang memiliki
riwayat eklampsia, yang menunjukkan suatu gen resesif autosom yang mengatur
respons imun maternal.
F. MANIFESTASI
KLINIS
a. Nyeri
kepala hebat pada bagian depan atau belakang kepala yang diikuti dengan
peningkatan tekanan darah yang abnormal. Sakit kepala tersebut terus menerus
dan tidak berkurang dengan pemberian aspirin atau obat sakit kepala lain,
b. Gangguan
penglihatan pada pasien akan melihat kilatan-kilatan cahaya, pandangan
kabur, dan terkadang bisa terjadi kebutaan sementara
c. Iritabel
a ibu merasa gelisah dan tidak bisa bertoleransi dengan suara berisik atau
gangguan lainnya
d. Nyeri
perut pada bagian ulu hati yang kadang disertai dengan muntah
e. Gangguan
pernafasan sampai cyanosis
f. Terjadi
gangguan kesadaran
g. Pada
preeklampsia berat didapatkan sakit kepala di daerah frontal, diplopia,
penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual atau muntah.
G. FAKTOR
RESIKO
Preeklampsia umumnya
terjadi pada kehamilan yang pertama kali, kehamilan di usia remaja dan
kehamilan pada wanita diatas 40 tahun. Faktor resiko yang lain adalah:
1. Riwayat
tekanan darah tinggi yang kronis sebelum kehamilan.
2. Riwayat
mengalami preeklampsia sebelumnya.
3. Riwayat
preeklampsia pada ibu atau saudara perempuan.
4.
Obesitas, DM, Molahidatidosa
5.
Mengandung lebih dari satu orang bayi.
6. Riwayat
kencing manis, kelainan ginjal, lupus atau rematoid arthritis.
7.
Primigravida, terutama primigravida muda, kehamilan ganda.
H. KOMPLIKASI
a.) Komplikasi
yang terberat adalah kematian ibu dan janin. Komplikasi ini biasanya terjadi
pada Preeklamsia dan Eklamsia.
b.) Solutio
plasenta. Komplikasi ini terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan
lebih sering terjadi pada Preeklamsia.
c.) Hipofibrinogenemia,terjadi
pada Preeklamsi berat.
d.) Hemolisis.
Penderita dengan Preeklamsi berat kadang-kadang menunjukkan gejala klinis
hemolisis yang dikenal ikterus. Belum diketahui dengan pasti apakah ini merupakan
kerusakan sel-sel hati atau destruksi sel darah merah.
e.) Perdarahan
otak, kelainan mata (kehilangan penglihatan sementara).
f.) Oedema
paru-paru, nekrosis hati, kelainan ginjal
I. PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
Diagnosis ditegakkan berdasarkan :
Gambaran klinik :
pertambahan berat badan yang berlebihan, edema, hipertensi,
dan timbul proteinuria
Gejala subyektif :
sakit kepala didaerah fromtal, nyeri epigastrium; gangguan visus; penglihatan
kabur, skotoma, diplopia; mual dan muntah.
Gangguan serebral lainnya: refleks
meningkat, dan tidak tenang.
Pemeriksaan: tekanan
darah tinggi, refleks meningkat dan proteinuria pada pemeriksaan laboratorium,
pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan
Laboratorium
a. Pemeriksaan
darah lengkap dengan hapusan darah
Penurunan hemoglobin ( nilai rujukan
atau kadar normal hemoglobin untuk wanita hamil adalah 12-14 gr% )
b. Hematokrit
meningkat ( nilai rujukan 37 – 43 vol% ).
c. Trombosit
menurun ( nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3 )
d. Urinalisis
Ditemukan protein dalam
urine.
e. Pemeriksaan
Fungsi hati
Bilirubin meningkat (
N= < 1 mg/dl )
LDH
( laktat dehidrogenase ) meningkat
Aspartat
aminomtransferase ( AST ) > 60 ul.
Serum
Glutamat pirufat transaminase ( SGPT ) meningkat ( N= 15-45 u/ml.
Serum
glutamat oxaloacetic trasaminase ( SGOT ) meningkat ( N= <31 u/l ).
Total
protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 g/dl ).
f. Tes kimia darah
Asam urat meningkat (
N= 2,4-2,7 mg/dl ).
2. Radiologi
a. Ultrasonografi
Ditemukan retardasi pertumbuhan janin
intra uterus. Pernafasan intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume
cairan ketuban sedikit.
b. Kardiotografi
Diketahui denyut jantung janin bayi
lemah.
J. PENATALAKSANAAN.
Penatalaksanaan pre eklamsi
a. Pencegahan
Pemeriksaan antenatal
teratur dan bermutu serta teliti, mengenal tanda-tanda sedini mungkin (pre elkamsi
ringan), lalu diberikan pengobatan yang cukup supaya penyakit tidak menjadi
lebih berat.
Harus selalu waspada
terhadap kemungkinan terjadinya pre eklamsi kalau ada faktor-faktor
peredisposisi.
b. Penanganan
Tujuan utama
penanganan adalah: Untuk mencegah terjadinya pre-eklamsi dan eklamsi, Hendaknya
janin lahir hidup, Trauma pada janin seminimal mungkin.
Prinsip penanganan
preeklampsia:
1. Melindungi
ibu dari efek peningkatan tekanan darahTujuan pengobatan ini adalah untuk
mengurangi resiko pada ibu seperti infark cerebri atau gagal jantung dan juga
untuk mengurangi gangguan pada sirkulasi uteroplasenter.Penurunan tekanan darah
yang terlalu rendah dapat mengganggu sirkulasi aliran darah pada janin.
2. Mencegah
progresifitas penyakit menjadi eklampsia
3. Mengatasi
atau menurunkan resiko janin (solusio plasenta, pertumbuhan janinterhambat,
hipoksia sampai kematian janin)
1.) Penatalaksanaan
Pre-eklamsi ringan
Istirahat di tempat
tidur masih merupakan terapi utama untuk penanganan preeklampsia, Tidak perlu
segera diberikan obat anti hipertensi atau obat lainnya, tidak perlu dirawat
kecuali tekanan darah meningkat terus (batas aman 140-150/90-100 mmHg, Pemberian
luminal 1 sampai 2 x 30 mg/hari bila tidak bisa tidur, Pemberian asam
asetilsalisilat (aspirin) 1 x 80 mg / hari.
Bila tekanan darah
tidak turun dianjurkan dirawat dan diberikan obat anti hipertensi: metildopa 3
x 125 mg/hari (maksimal 1500 mg/hari), atau nifedipin 3-8 x 5 –10 mg / hari,
atau nifedipin retard 2-3 x 20 mg / hari atau pindolol 1-3 x 5 mg / hari 9
maks. 30 mg / hariDiet rendah garam dan diuretika tidak perluJika maturitas
janin masih lama, lanjutkan kehamilan, periksa setiap 1 minggu, Indikasi rawat
jika ada perburukan, tekanan darah tidak turun setelah rawat jalan, peningkatan
berat badan melebihi 1 kg/minggu 2 kali berturut-turut, atau pasien menunjukkan
preeklampsia berat.Jika dalam perawatan tidak ada perbaikan, tatalaksana
sebagai preeklampsia beratJika ada perbaikan lanjutkan rawat jalan.Pengakhiran
kehamilan ditunggu sampai usia kehamilan 40 minggu, kecuali ditemukan
pertumbuhan janin terhambat, gawat janin, solusio plasenta, eklampsia atau
indikasi terminasi kehamilan lainnya.Persalinan dalam preeklampsia ringan dapat
dilakukan spontan atau dengan bantuan ekstraksi untuk mempercepat kala II.
2) Penatalaksanaan
Pre-eklamsi berat
Per-eklamsi berat
kehamilan kurang 37 minggu:
Janin belum menunjukkan
tanda-tanda maturitas paru-paru, dengan pemeriksaan shakedan rasio L/S
maka penanganannya adalah sebagai berikut:
a. Berikan
suntikan sulfat magnesium dosis 8gr IM, kemudian disusul dengan injeksi
tambahan 4 gr Im setiap 4 jam( selama tidak ada kontra dindikasi). Jika ada
perbaikan jalannya penyakit, pemberian sulfas magnesium dapat diteruskan lagi
selama 24 jam sampai dicapai kriteria pre-eklamsia ringan (kecuali jika ada
kontraindikasi).
b. Jika
dengan terapi diatas tidak ada perbaikan, dilakukan terminasi kehamilan:
induksi partus atau cara tindakan lain, melihat keadaan.
c. Jika
pada pemeriksaan telah dijumpai tanda-tanda kematangan paru janin,
makapenatalaksan kasus sama seperti pada kehamilan di atas 37 minggu.
Pre-eklamsi berat
kehamilan 37 minggu ke atas:
a.
Penderita di rawat inap.
b.
Istirahat mutlak dan di
tempatkan dalam kamar isolasi.
c.
Berikan diet rendah
garam dan tinggi protein.
d.
Berikan suntikan sulfas magnesium 8 gr IM (4
gr bokong kanan dan 4 gr bokong kiri), Suntikan dapat di ulang dengan dosis 4
gr setiap 4 jam. Syarat pemberian Mg So4 adalah: reflek patela (+), diurese
100cc dalam 4 jam yang lalu, respirasi 16 permenit dan harus tersedia
antidotumnya: kalsium lukonas 10% ampul 10cc.Suntikan dapatàInfus
detroksa 5 % dan ringer laktat.
e.
Obat antihipertensif:
injeksi katapres 1 ampul IM dan selanjutnya diberikan tablet katapres 3x½
tablet sehari.
f.
Diuretika tidak diberikan,
kecuali terdapat edema umum, edema paru dan kegagalan jantung kongesif. Untuk
itu dapat diberikan IV lasix 1 ampul.
g.
Segera setelah pemberian sulfas magnesium
kedua, dilakukan induksi dipakai oksitosin (pitosin atau sintosinon) 10 satuan
dalam infus tetes.
h.
Kala II harus
dipersingkat dengan ekstrasi vakum dan forsep, jadi wanita dilarang mengedan.
i.
Jangan berikan methergin postpartum, kecuali
terjadi pendarahan disebsbkan atonia uteri.
j.
Bila ada indikasi obstetik dilakukan sectio
cesaria.
ASUHAN KEBIDANAN BAYI
BARU LAHIR PADA BAYI NY. M
DENGAN IBU PRE EKLAMSI BERAT
Hari/
Tanggal : Jumat, 18.07.2014
Waktu : 19.47
Tempat : Ruang Perinatologi RSUD Indramayu
Pengkaji : Mahasiswa STIKes Indramayu
A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
bayi
Nama bayi : By Ny. M
Umur : 0 jam
Tanggal/jam lahir : 18.07.2014/ 19.47 WIB
Jenis kelamin : Laki-laki
2. Identitas
orang tua
Nama
Ibu : Ny. M Nama Suami : Tn.
M
Umur : 20 Tahun Umur :
29 Tahun
Pendidikan : SMA Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT Pekerjaan
: Nelayan
Agama
: Islam Agama :
Islam
Suku bangsa : Jawa Suku
bangsa : Jawa
Alamat : Desa Paoman rt/rw 04.02 Kec.
Indramayu
B. DATA OBJEKTIF
Tanggal
18 Juli 2014 jam 19.47 WIB bayi lahir hidup, spontan segera menangis, warna
kulit kemerahan kecuali daerah ekstremitas, gerakan aktif, presentasi kepala, ketuban (-), jenis
kelamin Perempuan, keadaan umum cukup
baik, gerakan cukup aktif, tangisan kuat, warna kulit kemerahan, Apgar Skor 6/8,
ibu dengan PEB.
Total
6 8
|
C. ANALISA
Neonatus
cukup bulan,
lahir spontan segera menangis dengan keadaan umum bayi baik.
D. PENATALAKSANAAN
1.
Membina hubungan baik
dengan ibu dan keluarga bayi àHubungan
dengan ibu dan keluarga bayi terbina dengan baik
2. Melakukan
informed consent untuk dilakukan pemeriksaan pada bayi à ibu dan keluarga bayi menyetujui
tindakan yang akan dilakukan
3.
Menilai keadaan bayi
baru lahir à
bayi lahir spontan segera menangis, warna kulit kemerahan, gerakan aktif.
4.
Melakukan penjepitan,
pemotongan dan pengikatan tali pusat àtindakan
telah dilakukan, tali pusat terpotong dan terikat
5. Bayi dibungkus dengan kain kemudian bayi di bawa ke ruang perinatologi
untuk diberikan tindakan lebih lanjut à
bayi langsung dibawa ke ruang perinatologi
6. Menghangatkan bayi àmeletakan bayi di penghangat.
7.
Bersihkan bayi dengan
rangsang taktil à bayi menangis
kuat
8.
Pemberian Vit K
dan cairan tetes mata à Vit K dan cairan tetes mata telah di berikan
9.
Pemberian
Antibiotik Antilaksis à diberikan secara peroral
10.
Pemeriksaan
Antropometri à Berat Badan : 2500 gram Panjang Badan : 49 cm Lingkar Kepala : 33 cm Lingkar Dada : 31 cm
11.
Observasi tanda
– tanda vital à jam 19.47 Denyut jantung: 140x/menit, R: 40x/menit, S:
36,5oC
12.
Memberitahu ibu dan
keluarga tentang hasil pemeriksaan bahwa keadaan umum bayi baik àibu
dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaan
13.
Hangatkan
kembali tubuh bayi dengan di bedong à memakai kain bersih dan kering
ASUHAN KEBIDANAN BAYI
BARU LAHIR UMUR 2 JAM PADA BAYI NY. M
DENGAN IBU PRE EKLAMSI BERAT
Hari/
Tanggal : Jumat 18 juli 2014
Waktu : 21.47 WIB
Tempat : Ruang perinatologi RSUD Indramayu
Pengkaji : Mahasiswa STIKes Indramayu
A.
DATA
OBJEKTIF
1. Pemeriksaan
Umum : keadaan umum cukup baik,
gerakan cukup aktif, tangisan kuat,
warna kulit kemerahan, A/S 6/8, sudah
BAK dan BAB
2. Tanda-tanda
Vital
a.
Denyut jantung : 140 x/menit
b.
Frekuensi nafas : 40 x/menit
c.
Suhu : 36,5ºC
3. Pemeriksaan
Fisik
a.
Kepala : Bentuk bulat, chepal hematoma
(-), caput
succedeneum
(-), moulage (-), ubun-ubun
tidak cekung
atau cembung.
b.
Mata : Simetris, tidak ada
tanda infeksi, sklera putih,
konjungtiva
merah muda, tidak ada kelainan.
c.
Telinga : Simetris, sejajar dengan
letak mata, terdapat
lubang telinga, tidak ada kelainan.
d.
Hidung, mulut : Terdapat lubang hidung, bibir tidak
pucat,
tidak ada palotoskizis, tidak
ada labioskizis,
refleks rooting (+), refleks sucking (+),
refleks swallowing
(+).
e.
Leher : Pendek, banyak lipatan,
tidak ada kelainan.
f.
Dada : Simetris, tidak ada
bunyi ronchi maupun
wheezing,
bunyi reguler, tidak ada tarikan
dinding dada.
g.
Abdomen : Bentuk bulat dan menonjol, tali
pusat bersih,
masih basah, tidak ada perdarahan, tidak ada
kelainan.
h.
Genetalia : Jenis kelamin laki-laki, testis sudah turun ke
skrotum, tidak ada kelainan.
i.
Anus : Terdapat lubang anus
j.
Ekstremitas
a)
Atas → Gerakan aktif, fleksi, sindaktili (-), polidaktili
(-), refleks palmargraps (+).
b)
Bawah → Gerakan aktif, fleksi, sindaktili (-), polidaktili
(-),
refleks plantargraps (+), refleks babynski (+)
k.
Kulit : Warna kulit kemerahan,
tidak ada kelainan.
l.
Refleks Moro : (+)
B.
ANALISA
Neonatus
2 jam normal, keadaan umum baik.
C.
PENATALAKSANAAN
1.
Memberitahu kepada ibu
dan keluarga tentang keadaan bayinya à
Ibu dan keluarga mengetahuinya.
2.
Melakukan observasi
keadaan umum dan tanda-tanda vital bayi setiap 3 jam à jam 00.00 KU baik, denyut jantung
140 x/menit, respirasi 40 x/menit, suhu
36,5oC
3.
Menjaga kehangatan
tubuh bayi à
Bayi sudah di bedong dengan kain bersih dan kering, dan mengganti popok setiap
kali BAB atau BAK
4.
Melakukan observasi muntah
dan kembung pada bayi à
bayi tidak muntah dan tidak kembung
ASUHAN KEBIDANAN BAYI UMUR 6 JAM PADA
BAYI NY.M DENGAN
IBU PRE EKLAMSI BERAT
Hari/
Tanggal : Kamis, 03 juli 2014
Waktu : 06.00 WIB
Tempat : Ruang perinatologi RSUD Indramayu
Pengkaji : Mahasiswa STIKes Indramayu
1.
DATA
OBJEKTIF
1.
Pemeriksaan umum : Keadaan umum
baik, bayi tertidur pulas,
tidak terdapat muntah dan kembung
2.
Tanda – tanda Vital
a. Denyut
Jantung : 140 x/menit
b. Frekuensi
Nafas : 45 x/menit
c. Suhu :
37,0 0C
2. ANALISA
Neonatus
6 jam normal, dengan keadaan umum baik
3.
PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu
hasil pemeriksaan à
Ibu mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Menjaga
kehangatan tubuh bayi dengan di
bedong
à
memakai kain bersih dan kering.
3. Melakukan
observasi tanda-tanda vital setiap 3 jam à
jam 06.00 WIB denyut
jantung 140 x/menit, R: 45 x/menit, S: 37.0 oC
4. Melakukan
observasi muntah dan kembung pada bayi à
bayi tidak muntah dan tidak kembung
5. Mengganti
pampers bayi ketika BAB dan BAK à
pampers bayi sudah diganti
6. Memantau
eliminasi (BAB dan BAK) à
Bayi sudah BAB dan BAK
7. Melakukan
test feeding à
memberikan 5 cc susu, bayi menghisap kuat
8. Memberikan
nutrisi pada bayi à
Bayi mendapatkan PASI
5 cc per oral/ 3 jam dan naik bertahap sesuai advice dokter, isap kuat
9. Mendokumentasikan
hasil asuhan
ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR 1 HARI
POST NATAL PADA BAYI NY. M
DENGAN IBU PEB
Hari/
Tanggal : Sabtu, 19 juli 2014
Waktu : 09.00 WIB
Tempat : Ruang Perinatalogi RSUD Indramayu
Pengkaji : Mahasiswa STIKes Indramayu
A.
DATA
OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum :
Keadaan umum baik, gerakan cukup aktif,
menangis kuat, gerakan isap baik, tidak
terdapat
muntah dan kembung, sudah BAB
dan BAK
2. Tanda – tanda Vital
a. Denyut
Jantung : 130 x/menit
b. Frekuensi
Nafas : 40 x/menit
c. Suhu :
36,9 0C
B.
ANALISA
Neonatus
1 hari normal, dengan keadaan umum baik
C.
PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu
hasil pemeriksaan bahwa keadaan umum bayi baik à Ibu mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Menjaga
kehangatan tubuh bayi dengan di bedong à memakai kain bersih dan kering
3. Melakukan
observasi muntah dan kembung pada bayi à
bayi tidak muntah dan tidak kembung
4. Mengganti
pampers ketika bayi BAB dan BAK à
pampers bayi kering
5. Memberitahu
kepada ibu dan keluarga, bahwa bayi sudah bisa di rawat gabung karena kondisi
bayi baik à
Ibu dan keluarga mengerti dan merasa senang
6. Memfasilitasi
bayi untuk rawat gabung di ruang nifas à
bayi sudah dipindahkan dari ruang perinatologi ke ruang kebidanan pada pukul
09.00 WIB
7. Memfasilitasi
bayi untuk minum ASI langsung dari ibunya à Bayi sudah disusui Ibunya
8. Memberikan
KIE tentang lima imunisasi dasar lengkap, manfaat ASI dan tekhnik menyusui à
seperti BCG, POLIO, DPT, CAMPAK, HEPATITIS, membentuk kekebalan tubuh pada
bayi, arahkan mulut bayi ke payudara ibu dan pastikan mulut bayi mencakup
seluruh areola ibu dan tidak ada suara lain kecualai suara menelan
9. Memberikan
vaksin HB unijek à
imunisasi HB unijek sudah diberikan pada ⅓ bagian paha kanan anterolateral
10. Memberikan
KIE tentang tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir à ibu mengetahui tanda-tanda bahaya
pada bayi baru lahir dan akan merujuk segera apabila menemui tanda bahaya
tersebut
11. Mendokumentasikan
hasil asuhan
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bedah kasus ini penulis akan membahas mengenai asuhan
kebidanan pada Ny. M yang dimulai dari usia kehamilan 40 minggu,
persalinan, nifas sampai dengan 1 hari, dan bayi baru lahir sampai dengan 1 hari di Rumah Sakit Umum Daerah
Indramayu Tahun 2014.
A. Asuhan
Persalinan
1.
Kala I
Dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan
lengkap (10 cm). proses ini terbagi dalam 2 fase, fase laten (8 jam) servik
membuka sampai 3 cm dan fase aktif (6 jam) servik membuka dari 4 sampai 10 cm. kontraksi lebih kuat dan
sering selama fase aktif (Saifuddin, 2006 : 100).
Lama kala I fase aktif pada Ny. M berlangsung 3 jam dari pembukaan 7 sampai pembukaan 10. Hal tersebut dalam batas normal.
Ny. M diantar oleh bidan
atas diagnosa PEB .
Dukungan dari pendamping selama persalinan erat kaitannya
dengan hasil persalinan yang lebih baik. Penulis juga menganjurkan untuk
mengatur posisi senyaman mungkin sesuai dengan keinginannya, menganjurkan
teknik relaksasi bila ada his dengan cara menarik napas lewat hidung dan
mengeluarkannya lewat mulut, Ny. M, memilih posisi setengah duduk karena merasa lebih
nyaman dan mudah untuk beristirahat. Posisi setengah duduk sering kali
mempercepat kemajuan persalinan dan nyaman bagi ibu dan ia bisa beristirahat
dengan mudah diantara kontraksi. (Depkes RI, 2008 : 82)
Selama kala I asuhan yang dilakukan pada Ny. M adalah pemantauan yang meliputi keadaan ibu dan janin,
kemajuan persalinan. Selama pemantauan didapatkan hasil keadaan umum ibu dan
janin baik, kontraksi baik, kemajuan persalinan kala 1 fase aktif
pembukaan 7
cm dan tanda-tanda vital dalam batas normal
kecuali tekanan darah mencapai 170/100 mmHg disertai dengan protein urine
positif 2. Ny. M sudah diberikan terapi sesuai dengan advice dokter SpOG yaitu
injeksi bolus SM 20% 10 cc ditambah dengan aquabides 10 cc dan diberikan infus
2 jalur drip SM 40% 15 tetes per menit dan drip oxy 5 IU 20 tetes per menit.
Ny.S juga telah diberikan
terapi per oral yaitu 1 tablet nipedipin 10 mg dan 1 tablet dopamet 250 mg,
terapi yang didapatkan Ny.S
sudah sesuai dengan prosedur.
2. Kala
II
Dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm)
dan berakhir dengan lahirnya bayi. Proses ini biasanya berlangsung 1,5 jam pada
primi dan 0,5 jam pada multi (Wiknjosastro, 2005 : 184). Pada kala II kontraksi
yang semakin kuat dan sering, dorongan meneran, anus terbuka, perineum
menonjol, vulva membuka, dan pembukaan lengkap. (Depkes RI, 2008 : 79)
Pada kasus Ny. M, kala II berlangsung selama 15
menit lahir secara spontan pervaginam dan tidak terjadi resiko pada bayi seperti perdarahan
intracranial.
Asuhan kebidanan yang diberikan pada Kala II antara lain
menawarkan posisi sesuai dengan keinginan Ny. M dan menganjurkan untuk meneran bila ada his dan ada
dorongan kuat untuk meneran dan beristirahat diantara kontraksi, juga memeriksa
DJJ dengan hasil 144x/menit diantara his. Ny. M didampingi oleh suaminya dan memilih posisi setengah duduk. Dalam kala II penulis
juga menganjurkan Ny. M untuk minum disela his atau bila menginginkannya.
pukul 09.47
WIB bayi lahir spontan
tidak segera menangis, warna kulit
kemerahan, gerakan cukup aktif, jenis kelamin
laki-laki, Apgar Skor 6/8
Asuhan Kala II pada Ny. M dilakukan sesuai dengan langkah-langkah asuhan
persalinan normal, yang berlangsung bersih dan nyaman. Fokus persalinan normal
adalah persalinan bersih dan aman serta mencegah terjadinya komplikasi (Depkes
RI, 2008 : 77). Akan tetapi bayi Ny. M tidak langsung difasilitasi IMD, karena bayi langsung dibawa ke ruang perinatologi untuk
dilakukannya penanganan lebih lanjut.
3. Kala III
Persalinan
kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta
dan selaput ketuban (APN, 2008 : 95). Setelah bayi lahir, asuhan yang diberikan
penuLIS pada Ny. M adalah palpasi abdominal untuk mengecek adanya janin kedua
dan melakukan manajemen aktif kala III.
Manajemen
kala III terdiri dari tiga langkah utama yaitu pemberian suntikan oksitosin,
dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir, melakukan peregangan tali pusat
terkendali, masase fundus uteri segera setelah plasenta dan selaputnya di
lahirkan, masase fundus agar menimbulkan kontraksi hal ini dapat mengurangi
perdarahan post partum (APN, 2008 :
97)
Segera
menyuntikan oksitosin 1 menit setelah bayi lahir dan melakukan penegangan tali
pusat terkendali segera setelah ditemukan adanya tanda-tanda pelepasan plasenta
yaitu adanya perubahan bentuk dan tinggi fundus, tali pusat memanjang, semburan
darah mendadak dan singkat (APN, 2008 : 96). Kemudian melakukan masase fundus
15 kali selama 15 detik atau sampai uterus keras. Kala III persalinan Ny. M
berlangsung 5 menit, plasenta lahir secara spontan pada pukul 20.00 WIB,
kotiledon lengkap dan selaput plasenta utuh
Kala
III persalinan Ny. M berlangsung normal karena lama kala III tidak lebih dari
30 menit. Asuhan yang diberikan pada kala III persalinan yaitu dengan melakukan
manajemen aktif kala III sesuai dengan asuhan persalinan normal.
4. Kala
IV
Dimulai
dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam
pertama post partum disebut dengan kala pengawasan (Saifuddin, 2006 : 101).
Asuhan kebidanan kala IV yang diberikan pada Ny. M, antara lain memeriksa kelengkapan plasenta, memeriksa
robekan jalan lahir, melakukan eksplorasi untuk memastikan tidak ada plasenta
yang tertinggal, menilai kontraksi, mengajarkan pada ibu dan keluarga untuk
melakukan massage uterus jika kontraksi jelek/lembek. Hasil asuhan kebidanan kala IV Ny.
M
adalah plasenta lahir lengkap, terdapat robekan jalan lahir derajat II (Mukosa
vagina, komisura posterior, kulit perinium dan otot perinium) dan kontraksi
uterus baik.
Selama kala IV dilakukan pemantauan selama 2 jam pertama
kelahiran bayi yaitu setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan 30 menit pada 1 jam
kedua untuk memantau tekanan darah, nadi, suhu, fundus uteri, kontraksi uterus,
keadaan kandung kemih, perdarahan post partum yang bertujuan untuk mencegah
perdarahan (Wildan, 2008 : 54). Pada pemantauan
kala IV Ny.
M
didapatkan hasil tanda-tanda vital dalam batas normal kecuali tekanan darah
masih 140/90 mmHg, secara keseluruhan
sudah sesuai dengan nifas.
C. Asuhan
Masa Nifas
Kunjungan
pada masa nifas dilakukan paling sedikit 4 kali kunjungan, dengan tujuan untuk
menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir, untuk mencegah, mendeteksi, dan
mengenali masalah-masalah yang terjadi (Saleha, 2009 : 6).
Dalam
melaksanakan asuhan kebidanan masa nifas pada Ny.M penulis melakukan pemantauan
selama 1 hari. Yaitu pemantauan 2 jam post partum, 6 jam, dan 1 hari post
partum.
Tujuan
pemantauan 2 sampai 6 jam postpartum adalah mencegah perdarahan, memberi konseling
kepada ibu dan keluarga tentang bagaimana cara mencegah perdarahan dengan cara
melakukan massase, pemberian ASI awal, memfasilitasi ibu melakukan hubungan
dengan bayi, menganjurkan untuk
tidak menahan BAB, istirahat yang cukup dan personal hygiene (Saleha, 2009 :
6).
Pada 2 jam post partum hasil asuhan yang diberikan pada
Ny.M
adalah memantau tanda-tanda vital, kontraksi uterus, TFU, kandung kemih dan
perdarahan yang dilakukan setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan 30 menit pada
1 jam kedua (Wildan, 2008 : 54).
Hasil asuhan pemantauan selama 2 jam –
6 jam post partum keadaan
ibu
baik, tekanan darah masih 140/90 mmHg, Ny.M sudah diberikan terapi 1 tablet
nipedipin 10 mg dan dopamet 250 mg Hasil
asuhan 6 jam nifas didapat keadaan ibu lebih baik, kontraksi uterus baik, TFU 1
jari dibawah pusat, perdarahan normal dan tidak ditemukan tanda-tanda
komplikasi yang lainnya, dan infus 2 jalur digantikan den gan 1 jalur RL. Hasil
pemantauan post partum 1 hari pada Ny. M didapat keadaan ibu baik, TTV dalam
batas normal dan tidak terdapat komplikasi, tekanan darah sudah mencapai 130/100
mmHg, TFU 2 jari dibawah pusat dan dinyatakan sehat oleh dokter, Ny. M pulang
pada jam 11.30 WIB.
D. Asuhan
Bayi Baru Lahir
Segera setelah bayi baru lahir, penulis melakukan penilaian
dengan cepat dan hasilnya adalah bayi lahir spontan
tidak segera menangis dan terdapat 1x lilitan tali pusat longgar, asuhan yang dilakukan yaitu dengan menghisap lendir
dimulut dan hidung bayi, merangsang taktil, mengeringkan, membungkus kepala dan badan bayi kecuali
tali pusat kemudian tali pusat dijepit kira-kira 3 cm dari pusat bayi dengan
klem umbilikal, dan memotongnya, bayi langsung
dibawa ke ruang perinatologi untuk ditindak
lanjuti untuk dilakukan asuhan Bayi Baru Lahir pada 2 jam pertama.
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah bayi diberi kesempatan
mulai menyusu sendiri segera setalah lahir dengan cara membiarkan kulit bayi
melekat pada kulit ibu setidaknya satu jam atau sampai menyusu awal selesai.
(Roesli, 2008 : 3). Namun, pada bayi Ny. M tidak
dilakukan IMD segera setelah lahir karena bayi langsung dibawa keruang
perinatologi.
Penulis melakukan asuhan pada bayi baru lahir selama 2
jam pertama setelah bayi lahir. Pada 1 jam bayi baru lahir asuhan yang
diberikan adalah memberikan vitamin K dan salep
mata gentamisin 0,3 mg untuk pencegahan penyakit mata karena klamida (penyakit
menular seksual) (Saifuddin, 2006 : 135), dan langsung dilakukan pemeriksaan
antropometri. Hasil asuhan 1 jam bayi baru lahir adalah keadaan bayi baik, diberikan
injeksi vitamin K 1 mg pada 1/3 atas paha kiri dan bayi normal tidak kelainan.
Pada
2 jam bayi baru lahir asuhan yang diberikan adalah menjaga kehangatan bayi, menilai keadaan umum dan
pemeriksaan fisik. Penatalaksanaan
awal dimulai sejak proses persalinan hingga kelahiran bayi dikenal dengan
asuhan Esensial Neonatal. Setelah dilakukan pemantauan 2 jam dan didapatkan
hasil keadaan umum bayi baik, pemantauan tanda-tanda vital dilakukan setiap 3
jam.
Pada
6 jam bayi lahir asuhan yang diberikan adalah memantau tanda-tanda vital,
menjaga kehangatan bayi, memantau muntah dan kembung bayi, memantau eliminasi
dan melakukan test feeding dengan memberikan susu formula 5 cc setiap 3 jam
atas advice dokter, bayi menghisap kuat.
Pada
pemeriksaan 6 jam sampai 1 hari, keadaan bayi Ny. M dalam keadaan baik tidak terdapat muntah dan kembung,
tanda-tanda vital dalam batas normal, bayi difasilitasi rawat gabung dengan
ibunya druang kebidanan dan berhasil diberikan ASI . Memberikan vaksin HB
unijek, imunisasi HB unijek sudah diberikan pada ⅓ bagian paha kanan
anterolateral.
Selama
memberikan asuhan pada bayi Ny. M, penulis tidak menemukan kesenjangan antara
kondisi yang seharusnya dengan kondisi yang dialaminya bayi Ny. M. Penulis
berusaha memberikan asuhan kepada bayi Ny. M, sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Preeklampsi merupakan salah satu komplikasi kehamilan
yang disebabkan langsung oleh kehamilan itu sendiri.
Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai
proteinuria akibat kehamilan, setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera
setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum 20 minggu bila terjadi
penyakit tropoblastik
Sebelumnya, Oedema termasuk ke dalam
salah satu kriteria diagnosis preeklampsia, namun sekarang tidak lagi
dimasukkan ke dalam kriteria diagnosis, karena padawanita hamil umum ditemukan
adanya edema, terutama di tungkai, karena adanya stasis pembuluh darah.
Setelah
penulis melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny.
M gravida 40 minggu dengan disertai pre-eklamsi berat di RSUD Indramayu, penulis melakukan pendokumentasian atas semua asuhan
yang telah diberikan melalui penyusunan asuhan komprehensif yang disajikan
dalam bentuk makalah dengan menguraikan dari Bab ke Bab, maka dapat disimpulkan
hasil asuhannya adalah sebagai berikut :
1.
Asuhan
Persalinan
Pada
saat intra partum asuhan yang diberikan kepada Ny. M, sesuai dengan asuhan
kebidanan persalinan normal dan tidak ditemukan adanya kelainan. Namun pada
kala IV terjadi robekan perinium yaitu terdapat robekan derajat I serta
dilakukan penjahitan dengan anastesi lidokain 1%.
2.
Asuhan
Nifas
Pada asuhan nifas,
pemantauan yang diberikan penulis kepada Ny.M yaitu sampai 1 hari. Selama asuhan nifas
2 – 6 jam, keadaan ibu baik dan tidak terjadi masalah, hanya saja tekanan
darahnya masih tinggi. Asuhan masa
nifas sesuai dengan standar pelayanan kebidanan. Tidak lupa penulis juga
mengingatkan pada ibu untuk melakukan kunjungan ulang ke Rumah Sakit kembali
atau ke petugas kesehatan terdekat apabila obat telah habis atau bila ibu ada keluhan.
3.
Asuhan
Bayi Baru Lahir
Asuhan pada bayi baru lahir terhadap
bayi Ny. M, tidak terdapat
masalah, Penulis memberitahukan
kepada Ny. M untuk selalu menjaga kehangatan bayi, perawatan tali pusat dan
pemberian ASI tanpa dijadwal, pemberian vitamin K (phytomenadione) 0,5 cc dan
tetes mata gentamisin 0,3 mg. Tidak lupa penulis memberitahu pada Ny. M, untuk
membawa bayinya ke petugas kesehatan bila mengalami tanda bahaya dan
memanfaatkan sarana posyandu dan puskesmas untuk pemantauan pertumbuhan,
perkembangan dan pemberian imunisasi pada bayi.
B. Saran
1. Bagi
Institusi Pendidikan
Diharapkan lebih memotivasi dan
menekankan kepada mahasiswa untuk selalu memberikan asuhan yang sesuai dengan
standar pelayanan kebidanan.
2.
Bagi Pelayanan
Kesehatan
Diharapkan dapat lebih memberikan
pelayanan pengobatan sesuai dengan standar pelayanan kebidanan. Dan menjadi petugas kesehatan yang ramah.
3.
Bagi Klien
Diharapkan apabila klien suatu saat
hamil kembali agar lebih sering memeriksakan kehamilannya sehingga dapat
terdeteksi tanda-tanda bahaya sedini mungkin.
0 comments:
Post a Comment