BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Penyebab
langsung berkaitan dengan kematian ibu adalah komplikasi pada kehamilan,
persalinan, dan nifas yang tidak tertangani dengan baik dan tepat waktu. Dari
hasil survai (SKRT 2001) diketahui bahwa komplikasi
penyebab kematian ibu terbanyak adalah pendarahan,
hipertensi dalam kehamilan ( eklamsi), infeksi, partus lama, dan komplikasi
keguguran. Angka kematian bayi baru lahir terutama disebabkan oleh antara lain
infeksi dan berat bayi lahir rendah. Kondisi tersebut berkaitan erat dengan
kondisi kehamilan, pertolongan persalinan yang aman, dan perawatan bayi baru
lahir. Bengkak tangan/ wajah pusing, dan dapat diikuti kejang.
Sedikit bengkak pada kaki atau tungkai bawah pada umur
kehamilan 6 bulan ke atas mungkin masih normal,. Tetapi, sedikit bengkak pada
tangan atau wajah, apa lagi jika disertai tekanan darah tinggi dan sakit kepala
( pusing), sangat berbahaya. Bila keadaan ini dibiarkan maka ibu dapat mengalami
kejang-kejang. Keadaan ini disebut keracunan kehamilan atau eklamsi.
Keadaan ini sering menyebabkan kematian ibu serta janin.
Bila ditemukan salah satu atau lebih gejala tersebut, ibu harus segera meminta
pertolongan kepada bidan terdekat untuk dibawa ke rumah sakit.
1.2 Tujuan
Tujuannya untuk memperoleh kebenaran ilmu pengetahuan atau
pemecahan suatu masalah yang pada dasarnya menggunakan metode ilmiah, dan
untuk mengetahui pembengkakan pada wajah dan ekstremitas yang biasanya terjadi
pada ibu hamil.
BAB
II
TEORI
2.1 Pengertian
Edema ialah penimbunan cairan
secara umum dan berlebihan dalam jaringan dan biasanya dapat diketahui dari
kenaikan berat badan serta pembengkakan kaki, jari tangan dan muka. Edema paling umum terjadi pada feet
(tungkai-tungkai) dan legs (kaki-kaki), dimana ia dirujuk sebagai peripheral edema. Pembengkakan adalah
akibat dari akumulasi cairan yang berlebihan dibawah kulit dalam ruang-ruang
didalam jaringan-jaringan. Organ tubuh mempunyai ruang-ruang interstitial
dimana cairan dapat berakumulasi. Akumulasi cairan dalam ruang-ruang udara
interstitial (alveoli) dalam
paru-paru terjadi pada penyakit yang disebut pulmonary edema.
Sebagai
tambahan, kelebihan cairan adakalanya berkumpul dalam apa yang disebut ruang
ketiga, yang termasuk rongga-ronga dalam perut (rongga perut atau peritoneal -
disebut ascites ) atau di dada (rongga paru atau
pleural - disebut pleural effusion).
Edema
ialah edema biasa yang terjadi pada kehamilan normal sehingga edema bukan tanda
pre eklampsi yang dapat dipercaya kecuali jika edema juga dimulai terjadi pada
tangan dan wajah. Kadang-kadang edema tidak terlihat jelas pada pemeriksan
teapi termanifestasi sendiri dalam bentuk kenaikan berat badan yang mendadak
sebanyak 1 kg / lebih dalam seminggu atau 3 kg dalam sebulan adalah indikasi
pre eklampsi.
A.
Pitting
Edema
Pitting edema dapat ditunjukan
dengan menggunakan tekanan pada area yang membengkak dengan menekan kulit
dengan jari tangan. Jika tekanan menyebabkan lekukan ang bertahan untuk
beberapa waktu setelah pelepasan dari tekanan, edema dirujuk sebagai pitting
edema. Segala bentuk dari tekanan, seperti dari karet kaos kaki, dapat
menginduksi pitting (lekukan) dengan tipe edema ini.
B.
Non-Pitting
Edema
Pada non-pitting edema, yang
biasanya mempengaruhi tungkai-tungkai (legs) atau lengan-lengan, tekanan yang
digunakan pada kulit tidak berakibat pada lekukan yang gigih. Non-pitting edema
dapat terjadi pada penyakit-penyakit tertentu dari sistim lymphatic seperti lymphedema, dimana gangguan dari
sirkulasi lymphatic yang mungkin terjadi setelah operasi mastectomy, lymph
node, atau congenitally. Penyebab lain dari non-pitting edema dari legs disebut
pretibial myxedema, yang adalah
pembengkakan diatas tulang kering pada beberapa pasien-pasien dengan hyperthyroidism. Non-pitting edema dari legs adalah sulit untuk dirawat.
Obat-obat diuretic umumnya tidak efektif, meskipun menaikan legs secara
periodik sepanjang hari dan alat-alat penekan mungkin mengurangi pembengkakan.
C.
Idiopathic
Edema
Idiopathic edema adalah pitting
edema dari sebab yang tidak diketahui yang terjadi terutama pada wanita-wanita
pre-menopause yang tidak mempunyai bukti dari penyakit jantung, hati, atau
ginjal. Pada kondisi ini, penahanan cairan pertama mungkin terlihat terutama
pre-menstrually (tepat sebelum menstruasi), yang adalah mengapa ia adakalanya
disebut "cyclical" edema. Pasien-pasien dengan idiopathic edema
seringkali mengambil diuretics untuk mengurangi edema dalam rangka untuk
mengurangi ketidaknyamanan dari kembung dan pembengkakan. Secara
bertentangan, bagaimanapun, edema pada kondisi ini dapat menjadi lebih
persoalan setelah penggunaan dari diuretics. Pasien-pasien dapat mengembangkan
penahanan cairan sebagai fenomena yang memantul kembali setiap waktu mereka
menghentikan diuretics.
Pasien-pasien denga idiopathic edema
nampak mempunyai kebocoran dalam kapiler-kapiler (pembuluh-pembuluh darah
peripheral kecil yang menghubungkan arteri-arteri dengan vena-vena) sehingga
cairan lewat dari pembuluh-pembuluh darah kedalam ruang interstitial yang
mengelilingi. Jadi, pasien dengan idiopathic edema mempunyai volume darah yang
berkurang, yang menjurus pada reaksi yang khas dari penahanan garam oleh
ginjal-ginjal.
a. Edema leg (kaki) pada pasien-pasien
ini dilebih-lebihkan dalam posisi berdiri, karena edema cenderung untuk
berakumulasi pada bagian-bagian tubuh yang dekat dengan tanah pada saat itu.
b. Paien-pasien ini seringkali
mempunyai edema sekitar mata-mata (periorbital
edema) pada pagi hari karena cairan edema berakumulai selama malam hari
sekitar mata-mata mereka ketika mereka tidur terbaring rata.
Pasien-pasien dengan idiopathic
edema seringkali menjadi tergantung pada diuretics, dan ketergantungan ini
seirngkali sulit untuk dipotong. Periode sepanjang tiga minggu lepas dari
diuretics mungkin diperlukan untuk memutus siklus ketergantungan. Penarikan
dari diuretics mungkin menjurus pada penahanan cairan yang menghasilkan ketidaknyamanan
dan pembengkakan utama. Lebih jauh, ada risiko-risiko yang tertentu yang
berhubungan dengan penggunaan diuretics yang berkepanjangan pada
individu-individu ini, yang dipersulit oleh kecenderungan untuk meningkatkan
dosis-dosis dari diuretics.
2.2 Penyebab
Edema
A.
Penyakit sistemik
Penyakit
– penyakit systemic yaitu penyakit-penyakit yang mempengaruhi beragam
sistim-sistim organ dari tubuh, atau oleh kondisi-kondisi lokal yang melibatkan
hanya anggota-anggota tubuh yang dipengaruhi. Penyakit-penyakit systemic yang
paling umum yang berhubungan dengan edema melibatkan jantung, hati, dan
ginjal-ginjal.
B.
Pemasukan garam dan penahanan garam tubuh (sodium
chloride)
Garam
yang berlebihan menyebabkan tubuh menahan air. Air ini kemudian bocor kedalam
ruang-ruang jaringan interstitial, dimana ia nampak sebagai edema. Orang yang
normal dapat mengkonsumsi jumlah-jumlah garam yang kecil atau besar pada
makanan tanpa keprihatinan untuk mengembangkan penipisan atau penahanan garam.
Pemasukan garam ditentukan oleh pola-pola makanan dan pengeluaran garam dari
tubuh dilaksanakn oleh ginjal-ginjal. Ginjal-ginjal mempunyai kapasitas yang
besar untuk mengontrol jumlah garam dalam tubuh dengan merubah jumlah garam
yang dieliminasi (dikeluarkan) dalam urin. Jumlah garam yang dikeluarkan oleh
ginjal-ginjal diatur oleh faktor-faktor hormon dan fisik yang memberi sinyal
apakah penahanan atau pengeluaran dari garam oleh ginjal-ginjal adalah perlu.
Jika
aliran darah ke ginjal-ginjal berkurang oleh kondisi yang mendasarinya seperti
gagal jantung, ginjal-ginjal bereaksi dengan menahan garam. Penahanan garam ini
terjadi karena ginjal-ginjal merasa bahwa tubuh memerlukan lebih banyak cairan
untuk mengkompensasi aliran darah yang berkurang. Jika pasien mempunyai
penyakit ginjal yang mengganggu fungsi ginjal-ginjal, kemampuan untuk
mengeluarkan garam dalam urin adalah terbatas. Pada kedua kondisi-kondisi,
jumlah garam dalam tubuh meningkat, yang menyebabkan pasien untuk menahan air
dan mengembangkan edema.
C.
Kekurangan
vena
Vena-vena pada tungkai-tungkai
(legs) bertanggung jawab untuk mengangkut darah naik ke vena-vena dari torso,
dimana ia kemudian dibalikan ke jantung. Vena-vena dari legs mempunyai klep-klep
yang mencegah aliran balik dari darah didalam mereka. Venous insufficiency
adalah ketidakmampuan dari vena-vena yang terjadi karena pelebaran atau
pembesaran dari vena-vena dan disfungsi dari klep-klep mereka. Ini terjadi,
misalnya, pada pasien-pasien dengan varicose veins. Venous insufficiency
menjurus pada backup dari darah dan meningkatkan tekanan pada vena-vena, dengan
demikian berakibat pada edema dari legs (tungkai-tungkai) dan feet (kaki-kaki).
Edema dari legs juga dapat terjadi
dengan episode dari deep vein
thrombophlebitis, yang adalah bekuan atau gumpalan darah didalam vena
yang meradang. Pada situasi ini, bekuan atau gumpalan pada deep vein
menghalangi kembalinya darah, dan dengan konsekwensi menyebabkan tekanan balik
yang meningkat pada vena-vena kaki (leg).Venous insufficiency adalah persolan
yang terlokalisir pada legs, pergelangan-pergelangan kaki (ankles), dan feet.
Satu kaki (leg) mungkin lebih dipengaruhi daripada yang lain (asymmetrical edema). Berlawanan
dengannya, penyakit-penyakit systemic yang berhubungan dengan penahanan cairan
umumnya menyebabkan jumlah yang sama dari edema pada kedua kaki-kaki (legs),
dan dapat juga menyebabkan edema dan pembengkakan ditempat lain dalam tubuh.
Respon pada terapi dengan obat-obat
diuretic pada pasien-pasien dengan venous insufficiency cenderung tidak
memuaskan. Ini karena berkumpulnya cairan yang terus menerus pada ekstrimitas
bagian bawah membuatnya sulit diuretics untuk mengerahkan cairan edema.
Pengangkatan tungkai-tungkai (legs) secara periodok sepanjang hari dan
penggunaan dari compression stockings mungkin meredakan edema. Beberapa
pasien-pasien memerlukan perawatan secara operasi untuk menghilangkan edema
yang kronis yang disebabkan oleh venous insufficiency.
D.
Kehilangan
protein yang berat dalam urin
Kehilangan
protein yang berat dalam urin (lebih 3.0 gram per hari) dengan edema yang
menyertainya diistilahkan nephrotic
syndrome. Nephrotic syndrome berakibat pada pengurangan pada konsentrasi
dari albumin dalam darah (hypoalbuminemia).
Karena albumin membantu mempertahankan volume darah pada pembuluh-pembuluh
darah, pengurangan cairan pada pembuluh-pembuluh darah terjadi. Ginjal-ginjal
kemudian mencatat bahwa ada penipisan atau pengurangan volume darah dan, oleh
karenanya, mencoba untuk menahan garam. Dengan konsekwensi, cairan bergerak
kedalam ruang-ruang interstitial, dengan demikian menyebabkan pitting edema.
E.
Fungsi
ginjal ( renal ) yang terganggu
Pasien-pasien
yang mempunyai penyakit-penyakit ginjal yang mengganggu fungsi renal mengembangkan
edema karena kemampuan ginjal yang terbatas untuk mengeluarkan sodium kedalam
urin. Jadi, pasien-pasien dengan gagal ginjal dari penyakit apa saja akan
mengembangkan edema jika pemasukan sodium mereka melebihi kemampuan
ginjal-ginjal mereka untuk mengeluarkan sodium. Lebih lanjut gagal ginjalnya,
lebih besar persoalan dari penahanan garam kemungkinan terjadi :
Ada
beberapa hal yang memicu parahnya edema, yaitu :
1. Cuaca
panas
2. Berdiri
terlalu lama
3. Kecapekan
4. Kebanyakan
sodium, biasanya pada garam
5. Kebanyakan
cafein
6. Kurang
potassium
2.3 Penyakit yang Menyertai Edema
A.
Penyakit
Jantung
Gagal jantung adalah akibat dari
fungsi jantung yang buruk dan dicerminkan oleh berkurangnya volume darah yang
dipompa keluar oleh jantung, yang disebut cardiac output. Gagal jantung dapat disebabkan oleh kelemahan dari
otot jantung, yang memompa darah keluar melalui arteri-arteri ke selurh tubuh,
atau oleh disfungsi dari klep-klep
jantung, yang
mengatur aliran darah antara kamar-kamar (bilik-bilik) jantung. Peningkatan
yang berhubungan dalam jumlah cairan dalam pembuluh-pembuluh darah dari
paru-paru menyebabkan sesak napas karena cairan yang berlebihan dari
pembuluh-pembuluh darah paru-paru bocor kedalam ruang-ruang udara (alveoli) dan
interstitium pada paru-paru.
Akumulasi cairan dalam paru-paru ini
disebut pulmonary edema. Pada
saat yang bersamaan, akumulasi cairan pada kaki-kaki (legs) menyebabkan pitting
edema. Edema ini terjadi karena penumpukan dari darah pada vena-vena dari
kaki-kaki (legs) menyebabkan kebocoran cairan dari kapialer-kapiler kaki-kaki
(pembuluh-pembuluh darah kecil) kedalam ruang-ruang interstitial. Dokter yang
memeriksa pasien yang mempunyai gagal jantung congestif dengan penahanan cairan mencari
tanda-tanda tertentu. Ini termasuk:
a. Pitting edema dari legs (kaki-kaki)
dan feet (tungkai-tungkai)
b. Rales pada paru-paru (suara-suara
gemercik yang lembab dari cairan yang berlebihan yang dapat didengar dengan
stethoscope)
c. Gallop rhythm (suara-suara tiga
jantung sebagai gantinya dari dua yang normal yang disebabkan oleh kelemahan
otot), dan
d. Vena-vena leher yang menggelembung.
Vena-vena leher yang menggelembung mencerminkan akumulasi dari darah pada
vena-vena yang mengembalikan darah ke jantung.
B.
Penyakit Hati
Pada pasien-pasien dengan penyakit
hati yang kronis, fibrosis (luka parut) dari hati seringkali terjadi. Ketika
scarring (luka parut) berlanjut, kondisinya disebut sirosis
hati. Peripheral edema, yang biasanya
terlihat sebagai pitting edema dari legs dan feet, juga terjadi pada sirosis.
Edema adalah konsekwensi dari hypoalbuminemia dan ginjal-ginjal yang menahan
garam dan air.
Kehadiran atau ketidakhadiran dari
edema pada pasien-pasien dengan sirosis dan ascites adalah pertimbangan yang
penting pada perawatan dari ascites. Pada
pasien-pasien dengan ascites tanpa edema, diuretics harus diberikan
dengan perhatian yang ekstra. Diuresis (menginduksi peningkatan volume kencing
dengan penggunaan diuretics) yang terlalu agresif atau cepat pada pasien-pasien
ini dapat menjurus pada volume darah rendah (hypovolemia), yang dapat menyebakan gagal ginjal dan hati. Berlawanan
dengannya, ketika pasien-pasien yang
mempunyai keduanya edema dan ascites menjalani diuresis, cairan edema
pada ruang interstitial melayani sedikit banyak sebagai penyangga terhadap
perkembangan dari volume darah rendah.
C. Pre
eklamsi
Edema
ialah edema biasa yang terjadi pada kehamilan normal sehingga edema bukan tanda
pre eklampsi yang dapat dipercaya kecuali jika edema juga dimulai terjadi pada
tangan dan wajah. Kadng-kadang edema tidak terlihat jelas pada pemeriksan teapi
termanifestasi sendiri dalam bentuk kenaikan berat badan yang mendadak sebanyak
1 kg/lebih dalam seminggu atau 3 kg dalam sebulan adalah indikasi pre eklampsi.
Preeklamsia adalah masalah umum yang timbul saat kehamilan. Preeklamsia adalah tingginya tekanan darah dan kelebihan kadar protein dalam urin setelah kehamilan berusia 20 mingu. Pembengkakan (edema) pada wajah dan tangan sering menyertai preeklamsia walaupun tidak selalu merupakan gejala dari preeklamsia karena edema ini terjadi juga pada kehamilan yang normal.
Preeklamsia adalah masalah umum yang timbul saat kehamilan. Preeklamsia adalah tingginya tekanan darah dan kelebihan kadar protein dalam urin setelah kehamilan berusia 20 mingu. Pembengkakan (edema) pada wajah dan tangan sering menyertai preeklamsia walaupun tidak selalu merupakan gejala dari preeklamsia karena edema ini terjadi juga pada kehamilan yang normal.
2.4 Penanganan
1. Tidak
berdiri terlalu lama
2. Rebahan
dengan kaki agak terangkat
3. Sepatu/sandal
yang enak, jangan yang berhak tinggi
4. Pake
stocking ketat tapi tidak nyekik, ada yang khusus buat bengkak
5. Jangan
pakai pakaian ketat
6. Pijit
7. Minum
air putih sebanyak-banyaknya
8. Kurangi
sodium pada garam
2.5 Penatalaksanaan
Terapi
edema harus mencakup terapi penyebab yang mendasarinya yang reversibel (jika
memungkinkan). Pengurangan asupan sodium harus dilakukan untuk meminimalisasi
retensi air. tidak semua pasien edema memerlukan terapi farmakologis ,pada
beberapa pasien terapi non farmakologis sangat efektif seperti pengurangan
asupan natrium (yakni kurang dari jumlah yang diekskresikan oleh ginjal) dan
menaikkan kaki diatas level dari atrium kiri. Tetapi pada kondisi tertentu
diuretic harus diberikan bersamaan dengan terapi non farmakologis.
Pemilihan
obat dan dosis akan sangat tergantung pada penyakit yang mendasari,
berat-ringannya penyakit dan urgensi dari penyakitnya. Efek diuretic berbeda
berdasarkan tempat kerjanya pada ginjal. Klasifikasi diuretic berdasarkan
tempat kerja :
1. Diuretic
yang bekerja pada tubulus proksimalis
2. Diuretic
yang bekerja pada loop of henle
3. Diuretic
yang bekerja pada tubulus kontortus distal
4. Diuretic
yang bekerja pada cortical collecting tubule
5. Prinsip
terapi edema
6. Penanganan
penyakit yang mendasari
7. Mengurangi
asupan natrium dan air, baik dari diet maupun intravena
8. Meningkatkan
pengeluaran natrium dan air : Diuretik, hanya sebagai terapi paliatif,bukan
kuratif, Tirah baring, lokal pressure
9. Hindari
faktor yang memperburuk penyakit dasar, diuresis yang berlebihan menyebabkan
pengurangan volume plasma,hipotensi,perfusi yang inadekuat, sehinggga diuretic
harus diberikan dengan hati-hati.
BAB
III
TINJAUAN
KASUS
3.1 Asuhan kebidanan ibu nifas Ny.R
G1P1A0 dengan kasus pembengkakan pada wajah dan ekstremitas
Tanggal
: 5 desember 2011
Waktu
: 10.00 WIB
A.
Data
Subyektif
1. Biodata
Nama ibu :
Ny. R Nama suami : Tn.S
Umur :
26 tahun Umur : 29 tahun
Pendidikan :
SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : ibu
rumah tangga Pekerjaan : Wiraswasta
Agama :
islam Penghasilan : 2juta/bulan
Suku bangsa :
jawa Agama : islam
Suku
bangsa : jawa
Alamat :
jl.wirapati no 33 sindang indramayu
2. Keluhan
utama
Ibu
mengatakan ada pembengkakan diwajah , tangan, dan kaki. Disertai pusing dan merasa lemah.
3. Riwayat
kehamilan
Ibu mengatakan
ini kehamilan yang pertama, ibu merasa hamil 9 bulan, tidak pernah abortus,.
Gerakan janin sudah dirasakan sejak umur kehamilan 4 bulan. Ibu sudah
memeriksakan kehamilannya dirumah bidan. Ibu mendapatkan tablet penambah darah,
vitamin dan imunisasi TT 1 kali. Keluhan
ibu saat hamil sekarang adalah mual muntah, pusing-pusing. Ibu juga oernah
melakukan perawatan payudara dikarenakan puting susu tenggelam. Ibu tidak
pernah minum jamu-jamuan atau obat-obatan terlarang, tidak melorokok, tidak
minum-minuman keras dan tidak ada kekhawatiran khusus pada kehamilan ibu.
4. Riwayat
kesehatan ibu dan keluarga
Ibu dan keluarga tidak pernah menderita penyakit
menular seperti : hepatitis, HIV/ AIDS dan TBC. Ibu dan keluarga tidak pernah
menderita penyakit berat seperti : darah tinggi, ginjal dan jantung. Ibu dan
keluarga tidak pernah menderita penyakit keturunan seperti : asma, kencing
manis, serta dan keluarga dari ibu tuidak memiliki keturunan kembar.
5. Riwayat
sosial ekonomi
Status
pernikahan ibu sah, pernikahan yang pertama,
usia pernikahan 5 tahun usia saat menikah 20 tahun, kehamilan ini
direncanakan hubungan ibu dan suami baik, pengambilan keputusan suami, pekerjaan sehari-hari dilakukan oleh
ibu sendiri baik itu yang ringan maupun yang berat, ibu tidur malam kurang
lebih 8 jam, dan ibu jarang tidur siang.
B.
Data
Objektif
Keadaan umum :
Baik
Kesadaran :
Compometis
Tanda- tanda vital :
TD :140/90 mmHg
Nadi :80x/menit
Respirasi :20x/menit
Suhu :37°C
Pemeriksaan
Fisik
a. Muka : Pucat, ada edema, tidak ada cloasma gravidarum
b. Mata : Konjungtiva pucat, sclera putih
c. Hidung : Bersih, tidak ada polip
d. Mulut
dan gigi : Bibir tidak pucat dan tidak kering, tidak ada stomatitis,
tidak ada karies
e. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, vena jugularis
dan kelenjar limfe
f. Dada : Simetris, pergerakan nafas teratur
g. Payudara : Bentuk simetris, areola hyperpigmentasi,
putting susu kana dan kiri menonjol, dan tidak ada benjolan
h. Abdomen : Tidak ada bekas luka operasi
i. Ekstremitas
atas dan bawah : Ada edema
j. Genetalia : Keluar lochea berwarna kecoklatan
C.
Analisa
G1,
P1, A0. 6 hari post partum ibu mengalami pembengkakan di wajah,tangan dan kaki.
Keadaan umum ibu kurang baik.
D.
Penatalaksanaan
·
Membina hubungan baik dengan ibu →
hubungan baik terjalin
·
Membuat informed consent untuk melakukan
pemeriksaan → ibu menyetujuinya
·
Memberitahukan hasil pemeriksaan → ibu
mengetahui hasil pemeriksaan
·
Menganjurkan ibu agar tidak banyak
berdiri → ibu mengerti
·
Menganjurkan ibu untuk diet garam → ibu
mengerti dan akan melakukannya
·
Memberikan konseling mengenai kebutuhan
ibu nifas seperti
1. Nutrisi
yang cukup
2. Pola
istirahat yang teratur
3. Mobilisasi
·
Menjelaskan kepada ibu bahwa keluhan
yang dirasakannya tidak normal → ibu mengerti dan berhati – hati dengan
kondisinya
·
Menganjurkan ibu untuk meminum suplemen
yang mengandung potassium atau memakan makanan tinggi potassium seperti pisang,
jus jeruk, tomat, dan kentang → ibu mengkonsumsi apa yang dianjurkan
·
Menjadwalkan kunjungan ulang → ibu
menyetujuinya
·
Mendokumentasikan hasil pemeriksaan
BAB
IV
PEMBAHASAN
4.1
Oedema
Oedema atau sembab adalah meningkatnya volume cairan
ekstraselular dan ekstravaskuler ( cairan interstitium) yang disertai dengan
penimbunan cairan abnormal dalam sela-sela jaringan dan rongga serosa (
jaringan ikat longgar dan rongga-rongga badan). Edema dapat bersifat setempat (
lokal) dan umum ( general).
Edema yang bersifat lokal seperti terjadi hanya di dalam
rongga perut ( hydroperitoneum atau ascites), rongga dada ( hydrothorax), di
bawah kulit ( edema subkutis atau hidropsanasarca), pericardium jantung (
hydropericardium) atau di dalam paru-paru ( edema pulmonum). Sedangkan edema
yang ditandai dengan terjadinya pengumpulan cairan edema dibanyak tempat
dinamakan edena umum ( general edema).
Cairan edema diberi istilah transudat, memiliki berat
jenis dan kadar protein rendah, jernih tidak berwarna atau jernih kekuninga dan
merupakan caiaran yang encer atau mirip gelatin bila mengandung didalamnya
sejumlah fibrinogen plasma.
Penyebeb (cause) edema adalah adanya kongesti, obstuksi
limfaik, permeabilitasi kapiler yang bertambah, hipoproteinemia, tekanan
osmotikc koloid dan retensi natrium dan air.
Mekanisme
:
1.
Adanya
kongesti
Pada kondisi vena yang terbendung (kongesti), terjadi
peningkatan tekanan hidrostatik intra vaskula ( tekaan yang mendorong darah
mengalir di dalam vaskula oleh kerja pompa jantung) menimbulkan pembesaran
cairan plasma kedalam ruang interstitium. Cairan plasma ini akan mengisi pada
sela-sela jaringan ikat longgar dan rongga badan (terjadi edema).
2.
Obstruksi limfatik
Apabila terjadi gangguan limfe pada suatu daerah (
obstruksi/ penyumbatan), maka cairan tubuh yang berasal dari plasma darah dan hasil metabolisme yang masuk
kedalam saluran limfe akan tertimbun (limfe edema). Limfedema ini sering
terjadi akibat mastektomi radikal untuk mengeluarkan tumor ganas pada payudara
atau akibat tumor ganas menginfiltrasi kelenjar dan saluran limfe.selain itu,
saluran dan kelenjar inguinal yang meradang akibat infestasi filaria dapat juga
menyebabkan edema pada scrotum dan tungkai (penyakit filariasis atau kaki
gajah/ elephantiasis)
3.
Permeabilitas
kapiler yang bertambah
Endotel kapiler merupakan suatu membran semi permeabel
yang dapat dilalui oleh air dan elektrolit secara bebas, sedangkan protein
plasma hanya daopat melalui sedikit atau terbatas. Tekanan osmotic darah lebih
besar dari pada limfe.
Daya permeabilitis
ini tergantung kepada subtansi yang mengikat sel-sel endoteltersebut. Pada
keadaan tertentu, misalnya akibat pengaruh toksin yang bekerja terhadap
endotel, permeabilitasi kapiler dapat bertambah. Akibatnya ialah protein plasma
keluar kapiler, sehingga tekanan osmotic koloid darah menurun sebaliknya
tekanan osmotic cairan interstitium bertambah. Hal ini mengakibatkan makin
banyak cairan yang meninggalkan kapiler dan menimbulkan edema. Bertambahnya
permeabilitas kapiler dapat terjadi pada kondisi infeksi berat dan analfilaksi.
4.
Hipoproteinemia
Menurunnya jumlah protein darah (hipoproteinemia)
menimbulkan rendahnya daya ikat air protein plasma yang tersisa, sehingga
cairan plasma merembes keluar caiaran vaskula sebagai cairan edema. Kondisi
hipoproteinemia dapat diakibatkan kehilangan darah secara kronis oleh cacing
heamonchus contortus yang menghisap darah di dalam mukosa lambung kelenjar
(abomasum) dan akibat kerusaka pada ginjal yang menimbulkan gejala abluminuria (proteinuria,
protein darah ablumin keluar bersama urin)
berkepanjangan. Hipoproteinemia ini biasanya mengakibatkan edema umum.
5.
Tekanan
osmotic koloid
Tekanan osmotic koloid dalam jaringan biasanya hanya
kecil sekali, sehingga tidak dapat melawan tekanan osmotic yang dapat dalam
darah. Tetapi pada keadaan tertentu jumlah protein dalam jaringan dapat
meninggi, misalnya jika permeabilitas kapiler bertambah. Dalam hal ini maka
tekanan osmotic jaringan dapat menyebabkan edema.
Filtrasi cairan plasma juga mendapat perlawanan dari
tekanan jaringan (tissue tension) tekanan ini berbeda- beda pada berbagai jaringan. Pada
jaringan subcutis yang renggang seperti kelopak mata, tekanan sangat rendah, oleh
karena itu pada tempat tersebut mudah timbul edema.
6.
Retensi
natrium dan air
Retensi natrium terjadi bila eksteresi natrium dalam
kemih lebih kecil dari pada yang masuk ( intake). Karena konsentarasi natrium
meninggi maka akan terjadi hipertoni. Hipotoni menyebebkan air ditahan,
sehingga jumlah cairan ekstraselular dan eksravaskular (cairan interstitium) bertambah.
Akibat terjadi edema.
4.2
Kaki Begkak
Kaki bengakak (anakle edema) adalah pembengkakan pada tungkai bahwa yang disebabkan oleh
penumpukan cairan pada kaki tersebut. Banyak faktor yang menyebabkan anakle
edema ini. Faktor yang berperan adalah kadar protein (ablumin) dalam darah yang
rendah, fungsi pompa jantung menurun, sumbatan pembuluh darah atau pembuluh
limfe, penyakit liver dan ginjal kronis, posisi tungkai terlalu lama tergantung
( gravitasi). Ankle edema ini terjadi pada kedua tungkai tetapi dapat juga
terjadi pada tungkai saja. Ankle edema hanya satu tungkai saja disebabkan
karena aliran pembuluh darah atau pembuluh limfe tersembat, sumbatan ini dapat
terjadi karena darah yang kental lalu membeku didalam pembuluh darah yang
menekan pembuluh darah atau pembuluh limfe.
Pemeriksaan yang dilakukan sangat mudah yakni denan
menekan pada daerah mata kaki akan timbul cekungan yang cukup lama untukkembali
pada keadaan normal. Pemeriksaan lanjutan untuk menentukan penyebab dari ankle
edema adalah menentukan kadar protein darah dan di air seni ( urin ),
pemeriksaan jantung ( rontgen dada,EKG) fungsi liver dan ginjal.
Pengobatan awal yang dapat dilakukan dengan mengganjal
kaki agar tidak tergantung dan meninggkan kaki pada saat berbaring. Pengobatan
lanjutan disesuaikan dengan penyebab yang mendasarinya.
4.3
Hindari penyebab Oedema
Kaki bengkak alias edema ini pada umumnya normal terjadi
pada wanita hamil. Tapi anda sebaiknya tetap waspada.
Pembengkakan atau edema selama hamil, terutama terjadi di
trimester terakhir. Namun ada juga ibu hamil
yang mulai merasa ada pembengkakan saat usia kehamilan baru 5 bulan.
Tubuh wanita hamil memproduksi
darah dan cairan tubuh kira-kira 30% lebih banyak. Hal ini untuk memenuhi
kebutuhan pertumbuhanjanin. Cairan yang meningkat inilah diduga penyebab edema.
Meski ada juga penyebab lain yaitu adanya gangguan sirkulasi darah.
Rahim yang terus bertambah besar akan terus menekan
pembuluh darah dipanggul serta vena. Hal ini diperberat lagi dengan adanya gaya
gravitasi bumi yang menyebabkan gaya tarikan ke bawah. Itu sebabnya, pembengkakan
umumnya terjadi di kaki. Biasanya pembengkakan bertambah buruk di sore hari akibat
anda lama berdiri, atau jika anda berada di lingkungan yang panas. Selain di
kaki, pembengkakan juga bisa terjadi diwjah, tangan, dan bagian tubuh yang
lain. Pembengkakan
yang terjadi selama kehamilan umumnya bukan merupakan masalah serius, walau
mungkin menimbulkan rasa tidak nyaman dan merepotkan. Sebagian besar ibu hamil
merasakan pembengkakan yang dialaminya berkurang setelah berbaring beberapa jam, atau setelah
tidur di malam hari.
Jika pembengkakan yang anda alami tidak tidak kunjung
berkurang setelah anda beristirahat beberapa jam, sebaiknya waspada. Siapa tau anda termasuk
golongan ibu hamil yang beresiko tinggi mengalami komplikasi kehamilan yang di
kenal dengan nama pre-eklamsi.
4.4
Bengkak Pada Tangan Dan Kaki ( Oedema)
Apa yang anda dikenali sebagai penyakit oedema. Ia adalah
akibat cairan berlebihan yabg berkumpul semasa kehamilan anda. Rahim anda yang
sedang membesar juga memberi tekanan pada vena anda. Kadang kala wanita hamil
juga menyimpan air berlebihan, yang menjadikan keadaan bengkak lebih terus.
Malangnya, wanita hamil mudah untuk mengalami penyakit oedema.
Namun begitu, jika anda mengalami bengkak yang terus pada
tangan dan muka anda, hubungi dokter. Karena mungkin saja itu tanda pre-eklamsi, dan sejenis penyakit – penyakit yang serius.
4.5
Eklamsi dan preeklamsi
Biasanya orang menyebutnya keracunan. Ini ditandai dengan
munculnya tekanan darah tinggi, oedema atau pembengkakan pada tungkai, dan bila
diperiksa dilaboratorium urinnya terlihat mengandung protein. Dikatakan eklamsi
bila sudah terjadi kejang. Kalau hanya gejala dan tanda-tandanya saja dikatakan
preeklamsi.Asal tahu saja, gangguan ini merupakan penyebab kematian ibu yang
nomor satu. Penyebabnya sendiri sebetulnya masih berupa silang pendapat. Ada
yang mengatakan akibat kekurangan asam arakkidonat, dari kacang-kacangan, ada
juga yang menduga akibat stres pada ibu dan faktor emosional lainnya.
Selama masa nifas di hari ke-1 sampai 28, ibu harus
mewaspadai munculnya gejala preeklamsi. Jika keadaannya bertambah berat bisa
terjadi eklamsi, dimana kesadaran hilang dan tekanan darah meningkat tinggi sekali. Akibatnya, pembuluh
darah otak bisa pecah, terjadi oedema pada paru-paru yang memicu batuk darah.
Semuanya ini bisa menyebabkan kematian.
BAB
V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Edema ialah penimbunan cairan
secara umum dan berlebihan dalam jaringan dan biasanya dapat diketahui dari
kenaikan berat badan serta pembengkakan kaki, jari tangan dan muka. Untuk menghidari hal-hal yang tidak di inginkan, bidan
harus terus memantau tekanan darah, berat badan, dan protein urin pasien. Agar
ginjal kembali normal, ibu hanil harus menjalani diet tinggi protein (
mengonsumsi daging, ikan, telur, susu dan kacang-kacangan), diet rendah garam
natrium, rendah karbohierat, dan perbanyak minum air putih. Sedangkan diet
rendah garam berguna untuk menghentikan kelebihan garam.
Perlu diketahui, kelebihan garam akan
menyebabkan pengurangan air dalam ginjal karena natrium tidak keluar ginjal.
Natrium yag tertinggal ditubuh tadi, menyerap lebih banyak air dan air ditimbun
dirongga antar sel tadi, alhasil darah mengeluarkan lebih banyak tenaga kedinding arteri sehingga tekanan darah pun meningkat.
Tentunya bukan Cuma garam dapur saja
dibatasi, konsumsi bahan makanan yang diolah menggunakan garam natrium pun
sebaiknya dijauhi. Misalnya, produk makanan yang diawetkan dengan garam, juga
bumbu-bumbu instan yang menggunakan garam dapur. Umumnya dalam keadaan normal, kita mengonsumsi garam dapur
tidak lebih dari 7-15 gr per hari. Dalam keadaan oedema, sebaiknya tak lebih
dari 1-2 gr.
Selain itu, pasien diharapkan melakukan
istirahat total di tempat tidur. Ini penting karena terlalu bergerak akan
meningkatkan gerak jantung. Peningkatan tekanan ini menyebabkan tekanan darah
menungkat pula. Bila upaya istirahat
total telah dilakukan tapi tekanan darah tetapi meningkat
di atas 160/100 mmHg , pasien akan diberi magnesium untuk menghindari kejang.
Dipihak lain, oedema sebenarnya juga
terjadi karena penyakit hepar, liver, dan gagal ginjal. Jadi, waspada harus
jalan terus. Rajinlah berkonsultasi dengan bidan dan dokter anda agar tidak
terjadi sesuatu yang tidak di inginkan.
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kami panjatkan atas kehadiran ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat
serta hidayahnya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah asuhan kebidanan III dengan baik dan tridak ada halangan.
Dalam
penyusunan ini tentunya kami tidak lepas dari bantuan dan kerjasama dari pihak
– pihak
yang terkait baik secara langsung maupun tidak langsung.
Kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya bisa membangun agar dalam
pembuatan makalah yang akan datang akan lebih baik lagi dari hasil yang sekarang
dari makalah ini.
Demikian
makalah yang kami susun mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat dan berguna
bagi semua yang membacanya dan menambah pengetahuan serta wawasan pembaca,
akhir kata dan kesempurnaan hanya milik ALLAH SWT dan kekurangan hanya milik kita semua.
Indramayu, desember 2011
Penyusun
|
MAKALAH
Pembengkakan Pada Wajah dan Ekstremitas
Diajukan untuk memenuhi tugas mata
kuliah asuhan kebidanan
tiga
Dosen
: Yati nurhayati, S.S.T
Disusun oleh kelompok 4 :
1. Amalia Inzani
2. Ima Nurapriyanti
3. Novita Sarih
4. Sri Rasni Anggraeni
5. Sarah Riyanti
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
Jl.
Wirapati Sindang Indramayu
2011/ 2012
DAFTAR PUSTAKA
www.asuhan nifas.com
Buku panduan asuhan
kebidanan
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.......................................................................................... i
DAFTAR
ISI........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang........................................................................................ 1
1.2 Tujuan..................................................................................................... 1
BAB II TEORI
2.1 Penertian................................................................................................. 2
2.2 Penyebab
Edema..................................................................................... 4
2.3 Penyakit
Yang Menyertai Edema........................................................... 7
2.4 Penanganan............................................................................................. 9
2.5 Penatalaksanaan...................................................................................... 10
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Asuhan
kebidanan ibu nifas Ny.R G1P1A0 dengan kasus
pembengkakan
pada wajah dan ekstremitas........................................... 11
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Oedema................................................................................................... 14
4.2 Kaki
Bengkak......................................................................................... 16
4.3 Hindari
Penyebab Oedema..................................................................... 17
4.4 Bengkak
Pada Tangan dan Kaki............................................................. 18
4.5
Eklamsi
dan preeklamsi........................................................................... 18
BAB V PENUTUP
5.1
Kesimpulan............................................................................................ 20
|
DAFTAR PUSTAKA
0 comments:
Post a Comment