BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan
suatu pola hidup yang memenuhi standar hidup tertentu. Pola Hidup Bersih dan
Sehat adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar sadar, mau dan
mampu melakukan Pola Hidup Bersih dan Sehat untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatannya, mencegah terjadinya resiko penyakit dan melindungi diri dari
ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.
(Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2006).
Semakin hari semakin kotor lingkungan yang kita huni
itu semua disebabkan karena ketidakpedulian kita semua untuk menjaga lingkungan
kita agar selalu tetap bersih. Itu semua akan berimbas pada makin maraknya
penyakit – penyakit terutama diare yang sangat rentan. Oleh sebab itu ketika
saya mendapat tugas membuat makalah ini saya merasa sangat senang karena dapat
membuka wawasan saya mengenai diare.
B.
TUJUAN
1.
Tujuan Umum
Makalah ini saya buat untuk mengingatkan diri saya
sendiri dan teman – teman betapa sangat pentingnya PHBS.
2.
Tujuan Khusus
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas akhir
semester mata kuliah Komunitas.
BAB
II
TINJAUAN
TEORITIS
A.
PENGERTIAN
Diare (atau dalam bahasa kasar disebut mencret) (BM
= diarea ; Inggris = diarrhea) adalah sebuah penyakit dimana tinja atau feses
berubah menjadi lembek atau cair yang biasanya terjadi paling sedikit tiga kali
dalam 24 jam. Dinegara berkembang, diare adalah penyebab kematian paling umum
kematian balita, dan juga membunuh lebih dari 2,6 juta orang setiap tahunnya.
B.
ANATOMI
Oral/ Mulut
↓
Pharinx (tekak)
↓
Oesophagus
↓
Gaster / Lambung
↓
Usus Halus
↓
Colon/ Usus Besar
↓
Anus
C.
PENYEBAB/
ETIOLOGI
1.
Sebuah mikrograf electron dari
rotavirus, penyebab hamper 40% dari diare pada anak di bawah umur 5 tahun.
2.
Memakan makanan yang asam, pedas atau
bersantan sekaligus secara berlebihan dapat menyebabkan diare juga karena
membuat usus kaget.
3.
Diare kebanyakan disebabkan oleh
beberapa infeksi virus tetapi juga seringkali akibat dari racun bacteria. Dalam
kondii hidup yang bersih dan dengan makanan mencukupi dan air tersedia, pasien
yang sehat biasanya sembuh dari infeksi virus umum dalam beberapa hari dan
paling lama satu minggu. Namun untuk individu yang sakit atau kurang gizi,
diare dapat menyebabkan dehidrasi yang parah dan dapat mengancam jiwa bila
tanpa perawatan.
4.
Diare juga dapat disebabkan oleh
konsumsi alcohol yang berlebihan, terutama dalam seseorang yang tidak cukup
makan. Jadi apabila mau mengkonsumi alcohol lebih baik makan terlebih dahulu.
D.
PATOFISIOLOGI
Makanan yang tercemar kuman dan
bakteri
↓
Bakteri masuk melalui oral menuju
ke lambung
↓
Adanya
peningkatan asam lambung → Nyeri
Lambung
↓
Bakteri menuju usus halus
↓
Peristaltik usus ← Memproduksi
toksin di usus
↓
Meningkatkan kadar siklik AMP di
dalam sel
↓
Sekresi aktif anion clorida ke
dalam lumen usus
↓
Diikuti air, ion karbonat, kation,
Natrium, dan Kalium
↓
Feses encer dan banyak
E.
MANIFESTASI
KLINIS
Gejala yang biasanya ditemukan adalah buang air
besar terus menerus disertai dengan rasa mulas yang berkepanjangan, dehidrasi,
mual dan muntah. Tetapi gejala lainnnya yang dapat timbul antara lain pegal
pada punggung dan perut sering berbunyi.
F.
KLASIFIKASI
Ada
dua klasifikasi diare yaitu :
1.
Diare akut adalah diare yang pada
awalnya mendadak dan berlangsung singkat dalam beberapa jam sampai 7 – 14 hari.
2.
Diare kronis adalah diare yang
berlangsung lebih dari tiga minggu (untuk orang dewasa) dan pada anak – anak
dua minggu.
G.
KOMPLIKASI
-
Dehidrasi
-
Syok hipovolemik
-
GGA
H.
PENATALAKSAAAN
1.
Penanggulangan diare
Beberapa
cara penanggulangan diare antara lain :
a. Jaga
hidrasi dengan elektrolit yang seimbang. Ini merupakan cara paling sesuai
dengan kebanyakan kasus diare, bahkan disentri. Mengkonsumsi sejumlah besar air
yang tidak diseimbangi dengan elektrolit yang dapat dimakan dapat mengakibatkan
ketidak seimbangan elektrolit yang berbahaya dan dalam beberapa kasus yang
langka dapat berakibat fatal (keracunan air)
b. Mencoba
makan lebih sering tapi dengan porsi yang lebih sedikit, frekuensi teratur dan
jangan makan atau minum terlalu cepat.
c. Cairan
intravenous : kadangkala, terutama pada anak-anak, dehidrasi dapat mengancam
jiwa dan cairan intravenous mungkin dibutuhkan.
d. Terapi
rehidrasi oral : Meminum solusi gula/garam, tang dapat disertap oleh tubuh.
e. Menjaga
kebersihan dan isolasi : Kebersihan tubuh merupakan factor utama dalam
membatasi penyebaran penyankit.
2.
Pencegahan
Sebuah
vaksin rotavirus memiliki potensi untuk mengurangi jumlah penderitaan diare.
Saat ini ada dua vaksin berlisensi untuk menghadapi rotavirus. Vaksin rotavirus
yang lainnya seperti, Shigella, ETEC, dan
Chorela sedang dikembangkan, vaksin
ini juga berfungsi untuk mencegah penularan diare.
Karena
tangan merupakan salah satu bagian tubuh yang paling sering melakukan kontak
langsung dengan benda lain, maka sebelum makan disarankan untuk mencuci tangan
dengan sabun. Sebuah hasil studi Cochrane menemukan bahwa dalam gerakan-gerakan
social yang dilakukan lembaga dan masyarakat untuk membiasakan mencuci tangan
menyebabkan penurunan tingkat kejadian yang signifikan pada diare.
3.
Perawatan
Perawatan
untuk diare melibatkan pasien mengonsumsi sejumlah air yang mencukupi untuk
menggantikan yang hilang, lebih baik bila dicampur dengan elektrolit untuk
menyediakan garam yang dibutuhkan dan sejumlah nutrisi. Oralit dan tablet zinc
adalah pengobatan pilihan utama dan telah diperkirakan telah menyelamatkan 50
juta anak dalam 25 tahun terakhir. Untuk banyak orang, perawatan lebih lanjut
dan medikasi resmi tidak dibutuhkan.
Diare
di bawah ini biasanya diperlukan pengawasan medis :
a. Diare
pada balita
b. Diare
menengah atau berat pada anak-anak
c. Diare
yang bercampur darah
d. Diare
yang terus terjadi lebih dari 2 minggu
e. Diare
yang disertai dengan penyakit umu lainnya seperti sakit perut, demam,
kehilangan berat badan, dan lain-lain.
f. Diare
pada orang yang bepergian (kemungkinan terjadi infeksi yang eksotis seperti
parasit)
g. Diare
dalam institusi seperti rumah sakit, perawatan anak, institute kesehatan
mental.
BAB
III
ASUHAN
KEPERAWATAN KOMUNIATAS
A.
PENGKAJIAN
Setelah saya kaji kasus TKIT Bina
Insani di dapat data sebagai berikut :
1.
Data epidemiologi
a. 14
siswa (18%) pernah mengalami diare dalam 3 bulan terakhir
b. 38
siswa (47%) pernah memiliki kuku panjang dan kotor.
c. Menurut
wawancara dengan guru : kebanyakan soswa mengalami sakit diare dan cidara
bermain.
d. Rasio
tempat mencuci tangan dengan jumlah siswa 1 : 15
e. Terdapat
banyak siswa yang mencuci tangan hanya dengan air mengalir saha tanpa
menggunakan sabun setelah bermain.
2.
Perilaku dan lingkungan
a. 4
siswa tidak pernah cuci tangan sebelum dan sesudah makan.
b. 4
siswa tidak pernah mencuci tangan dengan air bersih dan sabun setelah BAK/BAB
3.
Edukasi dan organisasi
a. 4
siswa (5%) berpendapat bahwa mereka tidak setuju untuk selalu mencuci tangan
sebelum dan sesudah makan.
b. 6
siswa (7%) berpendapat bahwa mereka tidak setuju untuk selalu mencuci tangan
dengan sabun setelah BAK/BAB
c. Belum
terdapat pendidikan khusus mengenai perilaku hidup sehat pada siswa maupun
guru.
d. 2
siswa (2%) berpendapat bahwa mereka tidak setuju untuk memotong kuku jika
panjang dan kotor.
4.
Kebijakan
a. Siswa
TKIT Bina Insani di biasakan untuk mencuci tangan sebelum dan setelah makan,
namun tidak ada hukuman khusus bagi siswa yang tidak melaksanakannya.
b. Belum
pernah diadakan penyuluhan tentang cara mencuci tangan dan gosok gigi yang
benar kepada para siswa.
B.
ANALISA
DATA
Data senjang
|
Etiologi
|
Masalah
|
Ds
:
- Menurut
wawancara denga pihak guru kebanyakan siswa menjalani sakit diare dan cidera
karena bermain.
Do :
- Dalam
rentang waktu 3 bulan terdapat 14 siswa (18%) pernah mengalami diare.
- Terdapat
38 siswa yang memiliki kuku panjang.
- Terdapat
banyak siswa yang cuci tangan hanya dengan air mengalir saja tanpa
menggunakan sabun setelah selesai bermain.
- Rasio
tempat cuci tangan dengan jumlah siswa 1:15
- Ada
4 siswa yang tidak pernah mencuci tangan sebelum dan sesudah makan.
|
Kurangnya
kesadaran para siswa akan pentingnya PHBS
|
Resiko
tinggi menurunnya derajat kesehatan siswa akibat diare.
|
Ds
:
- Menurut
guru belum pernah diadakan penyuluhan tentang cara mencuci tangan dan gosok
gigi yang benar kepada siswa.
Do :
- Terdapat
4 siswa yang tidak setuju untuk selalu mencuci tangan dengan sabun setelah
BAK/BAB
- Terdapat
6 siswa yang tidak setuju untuk mencuci tangan dengan sabun setelah BAK/BAB
- Belum
terdapat pendidikan kesehatan khusus mengenai perilaku hidup sehat kepada
siswa maupun guru.
- Terdapat
2 siswa yang tidak setuju untuk memotong kuku jika panjang dan kotor.
|
Tidak
tersedianya informasi mengenai PHBS.
|
Kurangnya
pengetahu tentang PHBS
|
C.
PRIORITAS
MASALAH
Dx
I : Resiko
tinggi turunnya derajat kesehatan siswa akibat diare berhubungan dengan
kurangnya kesadaran para siswa akan pentingya PHBS.
Dx
II : Kurangnya
pengetahuan tentang PHBS berhubungan dengan tidak tersedianya informasi
mengenai PHBS.
D.
INTERVENSI
No
|
Diagnosa Keperawatan
|
Intervensi
|
Rasionalosasi
|
I
|
Resiko
tinggi turunnya derajat kesehatan siswa akibat diare berhubungan dengan
kurangnya kesadaran para siswa akan pentingnya PHBS.
Ds
:
- Menurut
wawancara denga pihak guru kebanyakan siswa menjalani sakit diare dan cidera
karena bermain.
Do :
- Dalam
rentang waktu 3 bulan terdapat 14 siswa (18%) pernah mengalami diare.
- Terdapat
38 siswa yang memiliki kuku panjang.
- Terdapat
banyak siswa yang cuci tangan hanya dengan air mengalir saja tanpa
menggunakan sabun setelah selesai bermain.
- Rasio
tempat cuci tangan dengan jumlah siswa 1:15
- Ada
4 siswa yang tidak pernah mencuci tangan sebelum dan sesudah makan.
|
- Adakah
pendekatan khusus pada para siswa sehingga timbul rasa saling percaya
- Berikan
pengertian betapa sangat pentingnya PHBS pada siswa
- Tambah
fasilitas mencuci tangan
- Adakah
pemeriksaan kuku setiap 1 minggu sekali.
|
- Kepercayaan
akan mengubah perilaku seseorang
- Merubah
cara pandang siswa mengenai PHBS.
- Meningkatkan
derajat kesehatan sekolah
- Untuk
memotivasi siswa agar mau memotong kuku
|
II
|
Kurangnya
pengetahuan tentang PHBS berhubungan dengan tidak tersedianya informasi
mengenai PHBS.
Ds
:
- Menurut
guru belum pernah diadakan penyuluhan tentang cara mencuci tangan dan gosok
gigi yang benar kepada siswa.
Do :
- Terdapat
4 siswa yang tidak setuju untuk selalu mencuci tangan dengan sabun setelah
BAK/BAB
- Terdapat
6 siswa yang tidak setuju untuk mencuci tangan dengan sabun setelah BAK/BAB
- Belum
terdapat pendidikan kesehatan khusus mengenai perilaku hidup sehat kepada
siswa maupun guru.
- Terdapat
2 siswa yang tidak setuju untuk memotong kuku jika panjang dan kotor.
|
- Gali
apa yang siswa dan guru ketahui tentang PHBS
- Adakah
pendidikan kesehatan mengenai pencegahan diare dengan PHBS
- Demonstrasikan
cara mencuci tangan yang baik dan benar (7 langkah benar)
- Beri
apresiasi kepada siswa yang mampu mencontohkan cara mencuci tangan yang baik
dan benar (7 langkah benar)
|
- Dapat
mengetahui kemampuan siswa
- Untuk
meningkatkan pengetahuan siswa dan guru
- Siswa
dapat mempraktekan cara mencuci tangan (7 langkah benar)
- Dapat
memotivasi siswa agar mencuci tangan.
|
BAB
IV
PEMBAHASAN
Setelah saya melakukan
pengkajian dari kasus tersebut saya mendapatkan beberapa kesenjangan teori dan
yang ada di kasus.
1. Tahap
pengkajian
Pada tahap ini terdapat beberapa
data mengenai PHBS yang kurangnya di sosialisasikan padahal PHBS sangat penting
di terapkan pada anak-anak agar terbiasa hidup bersih dan sehat.
2. Tahap
Pengkajian
Di sini saya mengangkat dua
diagnosis yang dianggap penting bagi kasus ini, yaitu :
Dx
I : Resiko
tinggi turunnya derajat kesehatan siswa akibat diare berhubungan dengan
kurangnya kesadaran para siswa akan pentingya PHBS.
Dx
II : Kurangnya
pengetahuan tentang PHBS berhubungan dengan tidak tersedianya informasi
mengenai PHBS.
3. Tahap
perencanaan
Tanpa menyepelekan hal yang lain,
tetapi pada kasus di TKIT Bina Insani harus di tekankan pada meningkatkan
pengetahuan para siswa dan guru mengenai PHBS.
BAB
V
KESIMPULAN
Kesimpulan dari kasus
KTIT Bina Insani adalah : di TK tersebut sangat kurangnya kesadaran para siswa
mengenai PHBS di akibatkan karena kurangnya informasi tentang PHBS. Jadi
harusnya perawat melakukan penyuluhan pada TKIT Bina Insani agar dapa merubah.
Kasus tersebut
mengajarkan kita betapa pentingnya melakukan kunjungan ke Sekolah-sekolah untuk
mensosialisasikan tentang PHBS
0 comments:
Post a Comment