BAB II
PEMBAHASAN
A.
GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN PADA
KEHAMILAN
Kehamilan
adalah suatu keadaan dimana janin dikandung di dalam tubuh wanita, yang
sebelumnya diawali dengan proses pembuahan dan kemudian akan diakhiri dengan
proses persalinan. Setiap wanita yang
hamil akan diikuti dengan perubahan fisik dan emosional yang kompleks, sehingga
memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan
yang terjadi.
Kehamilan
yang sehat, kondisi fisik yang aman dan keadaan emosi yang memuaskan baik bagi
ibu maupun bagi janin adalah hasil akhir yang diharapkan oleh ibu dan perawat
maternitas. Banyak adaptasi maternal yang tidak diketahui ibu dan keluarganya
sehingga menimbulkan respon tersendiri bagi ibu hamil. Berbagai informasi
membangkitkan semangat ibu hamil untuk berpartisipasi dalam perawatannya
sendiri. Hal ini tergantung kepada keingintahuannya, kebutuhannya akan
pengetahuan dan kesiapannya untuk belajar.
Perubahan yang terjadi pada tubuh saat hamil, bersalin
dan nifas adalah perubahan yang hebat dan menakjubkan. Sistem-sistem tubuh
berubah dengan otomatis menyesuaikan dengan keadaan hamil, bersalin dan nifas.
Selama
mengalami kehamilan, ibu hamil akan mengalami perubahan anatomi dan adaptasi
fisiologis, baik pada sistem reproduksi, payudara, sistem endokrin, sistem
kekebalan, sistem pencernaan, sistem perkemihan, sistem muskulokeletal, sistem
respirasi, sistem persyarafan, dan lain-lain. Untuk meningkatkan
efektifitas antenatal, seorang bidan
harus mengetahui tentang perubahan anatomi dan fisiologis yang terjadi
pada ibu hamil itu.
Namun,
kami hanya akan membahas proses perubahan anatomi dan adaptasi fisiologis
sistem pernafasan
B. Proses Perubahan Anatomi dan Adaptasi fisiologi
Sistem Pernafasan Ibu Hamil
Pengertian pernafasan atau respirasi
adalah suatu proses mulai dari pengambilan oksigen, pengeluaran karbondioksida
hingga penggunaan energi di dalam tubuh. Menusia dalam bernapas menghirup
oksigen dalam udara bebas dan membuang karbondioksida ke lingkungan. Sistem pernafasan pada dasarnya
dibentuk oleh jalan atau saluran nafas dan paru- paru beserta pembungkusnya
(pleura) dan rongga dada yang melindunginya.
Perubahan sistem respirasi pada masa kehamilan diperlukan untuk pertumbuhan
janin dan kebutuhan oksigen maternal. Perubahan sistem respirasi meliputi
perubahan kebutuhan oksigen, dyspnea
(sesak nafas) dan peningkatan volume tidal.
Selama kehamilan terjadi perubahan fisiologi sistem
pernafasan disebabkan oleh perubahan hormonal dan faktor mekanik. Pengaruh
hormonal (peningkatan kadar estrogen) menyebabkan ligamen pada kerangka iga
berelaksasi sehingga ekspansi rongga dada meningkat. Sedangkan perubahan
mekanis meliputi elevasi posisi istirahat diafragma kurang lebih 4 cm,
peningkatan 2 cm tranversal saat sudut subkostal dan iga bawah melebar, serta
lingkar toraks melingkar kurang lebih 6 cm. Semua perubahan ini disebabkan oleh
pembesaran uterus akibat tekanan keatas. Perubahan-perubahan ini diperlukan
untuk mencukupi peningkatan kebutuhan metabolik dan sirkulasi untuk pertumbuhan
janin, plasenta dan uterus. Adanya perubahan-perubahan ini juga menyebabkan
perubahan pola pernapasan dari pernapasan abdominal menjadi torakal yang juga
memberikan pengaruh untuk memenuhi peningkatan konsumsi oksigen maternal selama
kehamilan. Perubahan hormonal pembesaran
mukosa saluran respirasi. Pernafasan melalui hidung akan semakin sulit,
sehingga wanita hamil cenderung bernafas dengan mulut, terutama pada malam
hari. Hal ini akan menyebabkan terjadinya xerostomia. Insidensi xerostomia pada
wanita hamil adalah sekitar 44%. Xerostomia ini akan meningkatkan frekuensi
karies gigi. Selain itu, peningkatan progesteron menyebabkan
hiperventilasi. Hiperventilasi pada kehamilan adalah hiperventilasi relatif,
artinya kenaikan ventilasi alveolar diluar pengaruh CO2 sehingga PaCO2 menurun.
Perubahan
sistem respirasi pada masa kehamilan diperlukan untuk pertumbuhan janin dan
kebutuhan oksigen maternal. Perubahan sistem respirasi meliputi perubahan
kebutuhan oksigen, dyspnea (sesak
nafas) dan peningkatan volume tidal.
Pemenuhan
kebutuhan oksigen
Laju basal metabolisme meningkat selama
kehamilan seperti terbukti oleh peningkatan konsumsi oksigen. Laju Metabolisme
Basal (BMR) biasanya meningkat pada bulan ke-4 gestasi, meningkat 15% -20% pada
akhir kehamilan, dan kembali ke nilai sebelum hamil pada hari ke-5 atau ke-6
pascapartum. Peningkatan BMR mencerminkan peningkatan kebutuhan O2 di unit
janin-plasenta-uterus serta peningkatan konsumsi O2 akibat peningkatan kerja
jantung ibu.
Kebutuhan O2 ibu meningkat sebagai
respon terhadap percepatan laju metabolik dan peningkatan kebutuhan O2
jaringan uterus dan payudara. Dengan semakin tuanya kehamilan, pernafasan dada
menggantikan pernafasan perut dan penurunan diafragma saat inspirasi menjadi
semakin sulit. Namun karena
adanya peningkatan kebutuhan O2, menyebabkan adanya penurunan kadar
CO2 yang menyebabkan alkalosis.
Selain itu, peningkatan
vaskularisasi, sebagai respon peningkatan kadar estrogen, membuat kapiler
membesar sehingga terbentuklah edema dan hiperemia pada traktus pernafasan
atas. Kondisi ini meliputi sumbatan pada hidung dan sinus, epistaksis,
perubahan suara, dll. Peningkatan ini juga membuat membran timpani dan tuba
eustaki bengkak, nyeri pada telinga, atau rasa penuh di telinga.
Selama melahirkan, konsumsi O2 dapat meningkat
20-25 %. Bila fungsi paru terganggu karena penyakit paru, kemampuan untuk
meningkatkan konsumsi oksigen terbatas dan mungkin tidak cukup untuk mendukung
partus normal, sebagai konsekuensi fetal distress dapat terjadi.
Perubahan system
pernapasan selama kehamilan
·
Konsumsi oksigen sebanyak 20%
·
Kebutuhan oksigen untuk metabolisme
oleh tubuh ibu dan unit fetoplasenta
Posisi diafragma lebih tinggi lebih
tinggi
·
Diameter transversal dada
·
Pembesaran
kapiler saluran napas dengan membran mukosa yang lebih rapuh
·
40-50% volume respirasi per menit dalam
keadaan istirahat (resting minute ventilation) terutama karena peningkatan
volume tidal
·
Alkalosis
respiratorik ringan
·
Frekuensi
pernapasan tetap tidak berubah sebesar 12-15 kali per menit saat istirahat
Sering merasa sesak napas secara
subjektif.
GAMBAR 1 Sistem Pernapasan
Volume dan Kapasitas Paru
Paru
pada pernapasan normal yang tenang mengandung kurang lebih 2,5 liter udara,
tetapi kapasitas paru lebih besar dari itu, dengan kemampuan mengembang sehingga
4-5 liter. Udara dapat dipaksa keluar, meninggalkan volume residu sekitar satu
liter. Volume paru akan dipengaruhi oleh elasitas dan daya pengembangan paru
dan oleh resistensi yang dihasilkan oleh penyempitan atau pelebaran jalan
napas.
Tabel
Volume paru dan perubahannya selama
kehamilan
Nama
|
Definisi
|
Perubahan
selama kehamilan
|
Volume tidal
Kapasitas inspirasi
Volume residu
Kapasitas residu fungsional
Kapasitas vital
Frekuensi pernapasan
Ventilasi per menit
Ventilasi alveolar
|
Jumlah udara yang masuk dan keluar
paru selama satu kali pernapasan
Jumlah total udara yang adapat
diinspirasi dengan usaha maksimal
Jumlah volume udara minimum yang
tersisa dalam paru setelah ekspirasi maksimal.volume ini tidak dapat diukur
secara langsung
Volume udara dalam paru pada akhir
ekspirasi pasif normal
Volume udara maksimum yang dapat
dikeluarkan dari paru selama satu kali pernapasan setelah inspirasi maksimal
12-15 kali pernapasan permenit
pada waktu istirahat
Volume tidal x frekuensi pernapasan
Volume tidal dikurangi ruang mati
anatomis (anatomical dead space)
|
Meningkat 40% dari 500 menjadi 700
ml.
Meningkat sekitar 200-300 ml pada
akhir kehamilan
Menurun sekitar 500 ml
Hasil penelitian menunjukan hasil
yang berbeda-beda. Secara keseluruhan, mungkin terjadi peningkatan sebesar
100-200 ml, walaupun ukuran tubuh dapat mempengaruhi kapasitas vital selama
kehamilan, dengan wanita gemuk menunjukan penurunan kapasitas vital
Tidak terjadi perubahan selama kehamilan
Meningkat sesuai dngan peningkatan
volume tidal
Meningkat sampai sebesar 50%
|
Dyspnea (ASMA)
Produksi hormon seks wanita yang meningkat akan mempengaruhi
mukosa saluran respirasi. Hal ini ditandai dengan adanya pembesaran pada
nasofaring, laring, trakhea dan bronkus. Keadaan tersebut menyebabkan perubahan
suara dan pernafasan melalui hidung mengalami gangguan. Oleh karena itu,
keluhan dyspnea sering dijumpai pada
wanita hamil.
Asma adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon
trakea dan bronkhus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya
penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah secara
spontan maupun sebagai hasil pengobatan.
Asma bronkiale merupakan penyakit
obstruksi saluran nafas yang sering dijumpai pada kehamilan dan persalinan,
diperkirakan 1%-4% wanita hamil menderita asma. Efek kehamilan pada asma tidak
dapat diprediksi.
Pengaruh kehamilan terhadap
timbulnya serangan asma pada setiap penderita tidaklah sama, bahkan pada
seorang penderita asma serangannya tidak sama pada kehamilan pertama dan
kehamilan berikutnya. Biasanya serangan akan timbul mulai usai kehamilan 24
minggu sampai 36 minggu, dan akan berkurang pada akhir kehamilan.
Pengaruh asma pada ibu dan janin
sangat bergantung dari frekuensi dan beratnya serangan asma, karena ibu dan
janin akan mengalami hipoksia. Keadaan hipoksia jika tidak segera diatasi tentu
akan memberikan pengaruh buruk pada janin, berupa abortus, persalinan prematur,
dan berat janin yang tidak sesuai dengan umur kehamilan.
TANDA DAN GEJALA ASMA
· Batuk
· Peningkatan
respirasi
· Sesak
napas
· Takikardia
· Pernapasan
mengi
· Penggunaan
otot pernapasan tambahan
· Dada
terasa sesak
· Tidak
dapat mengatakan satu kalimat penuh
· Memburuk
pada malam dan dini hari
PENCETUS ASMA
·
Infeksi virus pada saluran napas atas
·
Debu kutu rumah, serbuk sari, serpihan
kulit, atau bulu hewan
·
Olah raga
·
Udara dingin
·
Penurunan atau penghentian obat yang
diminum secara rutin
·
Hiperventilasi
·
Obat-obatan seperti aspirin dan obat
anti inflamasi non steroid (NSAID)
·
Makanan dan minuman seperti
kacang-kacangan, alergi susu dan telur, zat pengawet atau pewarna
·
Refluks gastro – esofagus
·
Polusi lingkungan seperti asam rokok dan
asap kendaraan
·
Stres dan faktor psikologis (hal ini
mungkin berhubungan dengan hiperventilasi)
Pengaruh
Kehamilan Terhadap Asma
Pengaruh kehamilan terhadap
perjalanan klinis asma, bervariasi dan tidak dapat diduga. Dispnea simtomatik
yang terjadi selama kehamilan, yang mengenai 60%-70% wanita hamil, bisa memberi
kesan memperberat keadaan asma.
Wanita yang memulai kehamilan dengan
asma yang berat, akan mengalami asma yang lebih berat selama masa kehamilannya
dibandingkan dengan mereka yang dengan asma yang lebih ringan. Sekitar 60%
wanita hamil dengan asma akan mengalami perjalanan asma yang sama pada
kehamilan-kehamilan berikutnya.
Gluck& Gluck menyimpulkan bahwa
peningkatan kadar IgE diperkirakan akan memperburuk keadaan asma selama
kehamilan, sebaliknya penderita dengan kadar IgE yang menurun akan membaik
keadaannya selama kehamilan.
Eksaserbasi serangan asma tampaknya
sering terjadi pada trimester III atau pada saat persalinan, hal ini
menimbulkan pendapat adanya pengaruh perubahan faktor hormonal, yaitu penurunan
progesteron dan peningkatan prostaglandin, sebagai faktor yang memberikan pengaruh.
Pada persalinan dengan seksio sesarea resiko timbulnya eksaserbasi serangan
asma mencapai 18 kali lipat dibandingkan jika persalinan berlangsung
pervaginam.
KEMUNGKINAN KOMPLIKASI KEHAMILAN YANG DIKAITKAN DENGAN
ASMA
· Persalinan premature
· Berat badan lahir rendah
· Lahir mati
· Pertambahan berat badan ibu yang
buruk
· Hipertensi yang diinduksi kehamilan
atau preeklamsia
· Seksio sesarea
· Takipnea sementara pada bayi baru
lahir
· Hipoglikemi neonates
· Kejang neonates
· Masuk ke unit perawatan intesif
neonates
ASUHAN KHUSUS SELAMA KEHAMILAN
·
Pemantauan
respirasi secara terus menerus, termasuk pemantauan dirumah dan pemeriksaan
klinis
·
Mengidentifikasi
dan mengembangkan strategi untuk menghindari pemicu
·
Mempertahankan
pengobatan dan menyesuaikan hanya jika diperlukan untuk mengobati atau mencegah
eksaserbasi
·
Mendidik
wanita untuk meningkatkan perawatan diri sendiiri, cara yang benar menggunakan
inhaler dan kesehatan umun
·
Mendukung
program berhenti merokok jika perlu.
Pengaruh Asma Terhadap Kehamilan
Pengaruh asma terhadap kehamilan
bervariasi tergantung derajat berat ringannya asma tersebut. Asma terutama jika
berat bisa secara bermakna mempengaruhi hasil akhir kehamilan, beberapa
penelitian menunjukkan adanya peningkatan insidensi abortus, elahiran prematur,
janin dengan berat badan lahir rendah, dan hipoksia neonatus. Beratnya derajat
serangan asma sangat mempengaruhi hal ini, terdapat korelasi bermakna antara
fungsi paru ibu dengan berat lahir janin. Angka kematian perinatal meningkat
dua kali lipat pada wanita hamil dengan asma dibandingkan kelompok kontrol.
Asma berat yang tidak terkontrol
juga menimbulkan resiko bagi ibu, kematian ibu biasanya dihubungkan dengan
terjadinya status asmatikus, dan komplikasi yang mengancam jiwa seperti
pneumotoraks, pneumomediastinum, kor pulmonale akut, aritmia jantung, serta
kelemahan otot dengan gagal nafas. Angka kematian menjadi lebih dari 40% jika
penderita memerlukan ventilasi mekanik.
Asma dalam kehamilan juga
dihubungkan dengan terjadinya sedikit peningkatan insidensi preeklampsia
ringan, dan hipoglikemia pada janin, terutama pada ibu yang menderita asma
berat.
Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa dengan penanganan penderita secara intensif, akan mengurangi serangan
akut dan status asmatikus, sehingga hasil akhir kehamilan dan persalinan dapat
lebih baik.
Obat-Obat Anti Asma yang Sering Digunakan
Obat-obat yang digunakan untuk
pengobatan asma secara garis besar dapat dibagi dalam 5 kelompok utama yaitu
beta adrenergik, methylxanthine, glukokortikoid, cromolyn sodium dan anti kolinergik,
di samping itu terdapat obat-obat lain yang sering digunakan sebagai terapi
tambahan pada penderita asma seperti ekspektoran dan antibiotik..
Efek penggunaan obat anti asma dalam
kehamilan terhadap janin Umumnya obat-obat anti asma yang biasanya dipergunakan
relatif aman penggunaannya selama kehamilan, jarang dijumpai adanya efek
teratogenik pada janin akibat penggunaan obat anti asma.
Penanganan Asma Kronik Pada Kehamilan
Dalam penanganan penderita asma
dengan kehamilan, dan tidak dalam serangan akut, diperlukan adanya kerja sama
yang baik antara ahli kebidanan dan ahli paru. Usaha-usaha melalui edukasi
terhadap penderita dan intervensi melalui pengobatan dilakukan untuk
menghindari timbulnya serangan asma yang berat.
Adapun usaha penanganan penderita asma kronik meliputi :
1. Bantuan psikologik menenangkan
penderita bahwa kehamilannya tidak akan memperburuk perjalanan klinis penyakit,
karena keadaan gelisah dan stres dapat memacu timbulnya serangan asma.
2. Menghindari alergen yang telah
diketahui dapat menimbulkan serangan asma
3. Desensitisasi atau imunoterapi,
aman dilakukan selama kehamilan tanpa adanya peningkatan resiko terjadinya
prematuritas, toksemia, abortus, kematian neonatus, dan malformasi kongenital,
akan tetapi efek terapinya terhadap penderita asma belum diketahui jelas.
4. Diberikan dosis teofilin per oral
sampai tercapai kadar terapeutik dalam plasma antara 10-22 mikrogram/ml, biasa
dosis oral berkisar antara 200-600 mg tiap 8-12 jam.
5. Dosis oral teofilin ini sangat
bervariasi antara penderita yang satu dengan yang lainnya.
6. Jika diperlukan dapat diberikan
terbulatin sulfat 2,5-5 mh per oral 3 kali sehari, atau beta agonis lainnya.
7. Tambahkan kortikosteroid oral,
jika pengobatan masih belum adekuat gunakan prednison dengan dosis sekecil
mungkin.
8. Pertimbangan antibiotika
profilaksis pada kemungkinan adanya infeksi saluran nafas atas.
9. Cromolyn sodium dapat
dipergunakan untuk mencegah terjadinya serangan asma, dengan dosis 20-40 mg, 4
kali sehari secara inhalasi.
Penanganan serangan asma akut pada kehamilan
Dalam menghadapi ibu hamil dengan
serangan asma akut, harus secara cepat dinilai beratnya serangan, jika berat
perlu dipertimbangkan perawat diruang unit perawatan intensif dengan tetap
memonitor keadaan janin dalam kandungan.
Penanganan serangan asma
akut pada kehamilan adalah sebagai berikut:
1. Pemberian oksigen yang telah
dilembabkan, 2-4/menit, pertahankan pO2 70-80 mmHg. Janin sangat rentan
terhadap keadaan hipoksia.
2. Hindari obat-obat penekan batuk,
sedatif dan antihistamin. Tenangkan penderita Berikan cairan intravena,
biasanya penderita mengalami kekurangan cairan, cairan yang digunakan biasanya
ringer laktat atau normal saline.
3. Berikan aminofilin dengan loading
dose 4-6 mg/kgBB dan dilanjutkan dengan dosis 0,8-1 mg/kgBB/jam sampai tercapai
kadar terapeutik dalam plasma sebesar 10-20 mikrogram/ml.
4. Jika diperlukan pertimbangan
penggunaan terbulatin subkutan dengan dosis 0,25 mg
5. Berikan steroid : hidrokortison
secara intravena 2 mm/kgBB loading dose, tiap 4 jam atau setelah loading dose
dilanjutkan dengan infus 0,5 mg/kgBB/jam
6. Pertimbangan penggunaan
antibiotika jika ada kecurigaan infeksi yang menyertai
7. Intubasi dan ventilasi bantuan,
jarang dibutuhkan kecuali pada kasus-kasus yang mengancam kehidupan.
8. Serangan asma berat yang tidak
memberikan respons setelah 30-60 menit dengan terapi infeksi (obat agonis beta
& teofilin) disebut status asmatikus, pada keadaan ini penderita ini harus
ditangani di unit perawatan intensif. Selama kehamilan pertimbangan untuk
intubasi lebih awal diperlukan jika fungsi pernapasan ibu terus menurun,
meskipun dilakukan penanganan yang intensif. Melakukan intubasi dan ventilasi
mekanis.
Angka kesakitan dan kematian
perinatal tergantung dari tingkat penanganan asma. Gordon et al menemukan bahwa
angka kematian perinatal meningkat 2 kali lipat pada kehamilan dengan asma
dibandingkan kontrol, akan tetapi dengan penanganan penderita dengan baik,
angka kesakitan dan kematian perinatal dapat ditekan mendekati angka populasi
normal.
Peningkatan
Volume Tidal
Selama
kehamilan kapasitas vital pernapasan tetap sama dengan kapasitas sebelum hamil
yaitu 3200 cc, akan tetapi terjadi peningkatan volume tidal dari 450 cc menjadi
600 cc, yang menyebabkan terjadinya peningkatan ventilasi permenit selama
kehamilan antara 19-50 %. Peningkatan volume tidal ini disebabkan oleh efek
progesteron terhadap resistensi saluran nafas dan dengan meningkatkan
sensitifitas pusat pernapasan terhadap karbondioksida. Dari faktor mekanis,
terjadinya peningkatan diafragma terutama setelah pertengahan kedua kehamilan
akibat membesarnya janin, menyebabkan turunnya kapasitas residu fungsional,
yang merupakan volume udara yang tidak digunakan dalam paru, sebesar 20%.
Selama kehamilan normal terjadi penurunan resistensi saluran napas sebesar 50%.
Perubahan-perubahan
ini menyebabkan terjadinya perubahan pada kimia dan gas darah. Karena
meningkatnya ventilasi maka terjadi penurunan pCO2 menjadi 30 mm Hg, sedangkan
pO2 tetap berkisar dari 90-106 mmHg, sebagai penurunan pCO2 akan terjadi
mekanisme sekunder ginjal untuk mengurangi plasma bikarbonat menjadi 18-22
mEq/L, sehingga pH darah tidak mengalami perubahan.
FIBROSIS KISTIK
Fibrosis
kistik adalah penyakit autosomal resesif yang paling sering terjadi pada
populasi Kaukasia, diperkirakan merupakan karier. Fibrosis kistik disebabkan
oleh kesalahan gen pada kromosom 7 yang disebut gen cystic fibrosis transmembrane
conductance regulator (CFTR). Gen ini berisi sel- sel informasi yang
dibutuhkan sel untuk membuat protein penting yang mengatur perpindahan natrium
(garam) melewati membran sel di sel- sel kelenjar tertentu ditubuh.
TABEL gambaran fibrosis kistik dan akibatnya
pada kehamilan
System
tubuh
|
Dampak
fibrosis kistik
|
Akibatnya
pada kehamilan
|
Fertilitas
Hormone
Janin
|
|
|
ASUHAN KEHAMILAN
Wanita
hamil penderita fibrosis kistik sangat memerlukan pendekatan multidisiplin
dalam perawatannya. Diperlukan peran serta berbagai tenaga professional selain
bidan dan dokter kandungan, yaitu mencangkup dokter, ahli fisioterapi, dan ahli
gizi yang andal dalam penatalaksanaan fibrosis kistik.
Wanita
penderita fibrosis kistik biasanya menjalani fisioterapi dada setidaknya sekali
sehari. Fisioterapi, pemeriksaan pernapasan, dan pengobatan mungkin menjadi
lebih penting selama kehamilan.
0 comments:
Post a Comment