BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Penyakit menular seksual, atau PMS adalah berbagai
infeksi yang dapat menular dari satu orang ke orang yang lain melalui kontak
seksual. Menurut the Centers for Disease Control (CDC)
terdapat lebih dari 15 juta kasus penyakit menular seksual (PMS) dilaporkan per
tahun. Kelompok remaja dan dewasa muda (15-24 tahun) adalah kelompok umur yang
memiliki risiko paling tinggi untuk tertular PMS, 3 juta kasus baru tiap tahun untuk
kasus penyakit menular seksual. (Manuaba, 2010)
Beberapa PMS dapat berlanjut pada berbagai kondisi
Penyakit dan berbagai komplikasi kehamilan. Para peneliti mendapati bahwa
infeksi kelamin terkait dengan risiko keguguran pada trimester pertama dan
kedua. Selain itu, infeksi kelamin yang menyebar secara hematogen dan masuk ke
sirkulasi janin akan menimbulkan kecacatan, terhambatnya pertumbuhan, hingga
janin mati dalam kandungan. Untuk itu, wanita hamil disarankan untuk melakukan
skrining dan penanganan sedini mungkin sejak awal kehamilan sehingga mengurangi
risiko kehamilannya. (Manuaba, 2010)
Terdapat banyak
penyakit menular seksual atau penyakit kelamin yang dikenal, salah satunya adalah
sifilis. Perhatian lainnya ditujukan kepada pengobatan penyakit, dimana
pemilihan obat yang aman bagi ibu dan janin harus diperhatikan, namun
efektivitasnya terhadap penyakit cukup baik.
(Manuaba, 2010)
Kasus penyakit menular seksual (PMS)
di Jawa Barat pada tahun 2001 s/d 2011
sebanyak 19.769 kasus, dimana diantaranya diketahui bahwa Sifilis sebanyak
2.189 orang dan kasus HIV/AIDS 14.934 kasus. Sedangkan di Kota Bandung
diketahui bahwa kasus penyakit menular seksual (PMS) dari tahun 2007-2011 sebanyak 10.956 kasus,
dimana kasus HIV/AIDS di daerah Bandung pada tahun 2011 mencapai 2.541 orang
(Dinas Sosial Pemerintah Provinsi Jawa Barat, 2011).
Perempuan
memiliki resiko tinggi terhadap penyakit yang berkaitan dengan kehamilan dan
persalinan, juga terhadap penyakit kronik dan infeksi. Selama masa kehamilan,
perempuan mengalami berbagai perubahan, yang secara alamiah sebenarnya
diperlukan untuk kelangsungan hidup janin dalam kandungannya. Namun, ternyata
bebagai perubahan tersebut dapat mengubah kerentanan dan juga mempermudah
terjadinya infeksi selama kehamilan.
Dari
data yang didapat di RSUD Gunung Jati kota Cirebon pada bulan Desember 2014
terdapat 2 kasus ibu bersalin dengan penyakit menular seksual (PMS), salah
satunya yaitu ibu bersalin dengan sifilis. Atas dasar ulasan diatas, maka penulis melakukan
asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny. M Umur 19 tahun G1P0A0,
di RSUD Gunung Jati Kota Cirebon tahun 2014.
B.
Indetifikasi Masalah
Dari
latar belakang diatas identifikasi masalah adalah : “Bagaimana Asuhan Kebidanan
ibu bersalin dengan siflis pada Ny. M umur 19 tahun di wilayah kerja RSUD Gunung Jati Cirebon?
C. Tujuan
Mampu memberikan asuhan kebidanan pada
ibu bersalin dengan sifilis, melalui pendekatan manajmen kebidanan yang sesuai
dengan standar pelayanan kebidanan dan dituangkan dalam SOAP.
D. Ruang Lingkup
Asuhan yang dilakukan pada Ny.M pada
saat bersalin, pada tanggal 9 Desember 2014 melalui pendekatan menajmen
kebidanan dan dituangkan dalam bentuk SOAP di RSUD Gunung Jati Kota Cirebon
bulan Desember tahun 2014.
E. Manfaat
1.
Bagi
pendidikan
Melatih keterampilan dan kemampuan
peserta didik untuk meningkatkan mutu dan kinerja bidan di masa yang akan datang
serta sebagai bahan evaluasi dan menilai kemampuan mahasiswa agar lebih
berkompeten dalam memberikan asuhan kebidanan melalui pendekatan manajmen
kebidanan sehingga dapat memberikan pelayanan kebidanan yang bermutu.
2.
Bagi
Rumah sakit
Sebagai bahan masukan agar dapat
meningkatkan mutu pelayanan dalam memberikan asuhan kebidanan kepada ibu
bersalin, sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan ibu dan bayi serta
menurunkan AKI dan AKB.
3.
Bagi
klien
Mendapatkan pelayanan yang sesuai
dengan standar pelayanan kebidanan saat bersalin sehingga kesehatan ibu dan
bayi terpantau secara maksimal dan apabila terjadi komplikasi dapat terdeteksi
secara dini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Persalinan
1.
Pengertian Persalinan
Persalinan Normal adalah
proses persalinan yang melalui kejadian secara alami dengan adanya kontraksi
rahim ibu dan dilalui dengan pembukaan untuk mengeluarkan bayi. Dari Pengertian
diatas Persalinan adalah proses alamiah dimana terjadi dilatasi servik,
lahirnya bayi dan plasenta dari rahim ibu. Persalinan normal disebut juga alami
karena terjadi secara alami. Jadi secara umum Persalinan normal adalah proses
persalinan yang melalui kejadian secara alami dengan adanya kontraksi rahim ibu
dan dilalui dengan pembukaan untuk mengeluarkan bayi. Jika Persalinan normal
tidak termungkinkan karena masalah posisi bayi harus dilakukan bedah sesar. Pada saat Persalinan normal, bayi dilahirkan melalui
vagina. (Depkes RI 2008)
2.
Mekanisme
Persalinan Normal
Selama
proses persalinan, janin melakukan serangkaian gerakan untuk melewati panggul -
“seven
cardinal movements of labor” yang terdiri dari :
a.
Engagement
b.
Fleksi
c.
Desensus
d.
Putar paksi dalam
e.
Ekstensi
f.
Putar paksi luar
g.
Ekspulsi
Gerakan-gerakan
tersebut terjadi pada presentasi kepala dan presentasi bokong. Gerakan-gerakan tersebut menyebabkan janin
dapat mengatasi rintangan jalan lahir dengan baik sehingga dapat terjadi
persalinan per vaginam secara spontan.
a)
Engagement
Suatu
keadaan dimana diameter biparietal sudah melewati pintu atas panggul. Pada 70% kasus, kepala masuk pintu atas
panggul ibu pada panggul jenis ginekoid dengan oksiput melintang (tranversal)
proses engagemen kedalam pintu atas panggul dapat melalui proses normal sinklitismus, asinklitismus anterior dan asinklitismus posterior
:
1)
Normal sinklitismus
:
Sutura sagitalis tepat diantara simfisis pubis dan sacrum.
2)
Asinklitismus
anterior : Sutura sagitalis lebih
dekat kearah sacrum.
3)
Asinklitismus
posterior: Sutura sagitalis lebih dekat kearah simfisis pubis
(parietal bone presentasion
b)
Fleksi
Gerakan
fleksi terjadi akibat adanya tahanan servik, dinding panggul dan otot dasar
panggul. Fleksi kepala diperlukan agar dapat terjadi engagemen dan desensus. Bila
terdapat kesempitan panggul, dapat terjadi ekstensi kepala sehingga terjadi
letak defleksi (presentasi dahi, presentasi muka).
c)
Desensus
Pada
nulipara, engagement terjadi sebelum inpartu dan tidak berlanjut sampai awal
kala II; pada multipara desensus berlangsung bersamaan dengan dilatasi servik.
Penyebab
terjadinya desensus :
1)
Tekanan cairan amnion
2)
Tekanan langsung oleh fundus uteri pada
bokong
3)
Usaha meneran ibu
4)
Gerakan ekstensi tubuh janin (tubuh janin
menjadi lurus)
Faktor
lain yang menentukan terjadinya desensus adalah :
1)
Ukuran dan bentuk panggul
2)
Posisi bagian terendah janin
Semakin
besar tahanan tulang panggul atau adanya kesempitan panggul akan menyebabkan
desensus berlangsung lambat. Desensus berlangsung terus sampai janin lahir.
d)
Putar paksi dalam-
internal rotation
1)
Bersama dengan gerakan desensus, bagian
terendah janin mengalami putar paksi dalam pada level setinggi spina ischiadica
(bidang tengah panggul).
2)
Kepala berputar dari posisi tranversal menjadi
posisi anterior (kadang kadang kearah posterior).
3)
Putar paksi dalam berakhir setelah kepala
mencapai dasar panggul.
e)
Ekstensi
Aksis
jalan lahir mengarah kedepan atas, maka gerakan ekstensi kepala harus terjadi
sebelum dapat melewati pintu bawah panggul.
Akibat proses desensus lebih lanjut, perineum menjadi teregang dan
diikuti dengan “crowning” Pada saat itu persalinan spontan akan
segera terjadi dan penolong persalinan melakukan tindakan dengan perasat Ritgen untuk mencegah
kerusakan perineum yang luas dengan jalan mengendalikan persalinan kepala
janin. Episiotomi tidak dikerjakan
secara rutin akan tetapi hanya pada keadaan tertentu. Proses ekstensi berlanjut
dan seluruh bagian kepala janin lahir.
Setelah kepala lahir, muka janin dibersihkan dan jalan nafas dibebaskan
dari darah dan cairan amnion. Mulut dibersihkan terlebih dahulu sebelum
melakukan pembersihan hidung. Setelah
jalan nafas bersih, dilakukan pemeriksaan adanya lilitan talipusat sekitar
leher dengan jari telunjuk. Lilitan talipusat yang terjadi harus dibebaskan
terlebih dahulu. Bila lilitan talipusat terlalu erat dapat dilakukan pemotongan
diantara 2 buah klem. (Depkes RI 2008)
f)
Putar paksi luar-
external rotation
Setelah
kepala lahir, terjadi putar paksi luar (restitusi) yang menyebabkan posisi
kepala kembali pada posisi saat engagemen terjadi dalam jalan lahir. Setelah putar paksi luar kepala, bahu
mengalami desensus kedalam panggul dengan cara seperti yang terjadi pada
desensus kepala. Bahu anterior akan
mengalami putar paksi dalam sejauh 450 menuju arcus pubis sebelum
dapat lahir dibawah simfisis. Persalinan
bahu depan dibantu dengan tarikan curam bawah pada samping kepala janin.
Setelah bahu depan lahir, dilakukan traksi curam atas untuk melahirkan bahu
posterior. Traksi untuk melahirkan bahu
harus dilakukan secara hati-hati untuk menghindari cedera pada pleksus
brachialis. Setelah persalinan kepala dan bahu,
persalinan selanjutnya berlangsung pada sisa bagian tubuh janin dengan
melakukan traksi pada bahu janin.
Setelah kelahiran janin, terjadi pengaliran darah plasenta pada neonatus
bila tubuh anak diletakkan dibawah introitus vagina. Penundaan yang terlampau lama pemasangan klem
pada talipusat dapat mengakibatkan terjadinya hiperbilirubinemia neonatal akibat
aliran darah plasenta tersebut.
Sebaiknya neonatus diletakkan diatas perut ibu dan pemasangan dua buah
klem talipusat dilakukan dalam waktu sekitar 15 – 20 detik setelah bayi lahir
dan kemudian baru dilakukan pemotongan talipusat diantara kedua klem. (Depkes RI 2008)
3.
Usia
yang baik dan tidak baik untuk kehamilan
a.
Usia Baik untuk Kehamilan
Pada
dasarnya wanita yang suda akil baliq bisa hamil, tetapi tidak berarti baik
untuk hamil. Usia, kematangan, fisik, mental, dan alat reproduksi juga sangat
memengaruhi kehamilan. Secara fisik dan mental, usia yang baik untuk hamil
berkisar antara 20 – 35 tahun. Pada usia tersebut alat reproduksi wanita telah
berkembang dan berfungsi secara maksimal, begitu juga faktor kejiwaannya,
sehingga akan mengurangi berbagai risiko ketika hamil, seperti keguguran,
perdarahan, bahkan kematian. Begitu juga pada saat menjalankan proses
persalinan, risikonya juga akan lebih kecil.
b.
Usia Kurang Baik untuk Kehamilan
Umumnya
wanita di bawah 20 tahun atau di atas 35 tahun kurang baik untuk wanita hamil.
Kehamilan pada usia ini memiliki risiko tinggi, seperti terjadiya keguguran
atau kegagalan persalinan, bahkan mungkin bisa menyebabkan kematian.
Wanita
usia di bawah 20 tahun secara fisik dan mental belum siap untuk hamil. Emosi
dan kejiwaannya masih labil, demikian juga kondisi fisik mereka yang masih
lemah untuk kehamilan, walaupun organ reproduksinya telah berkembang dengan
baik.
Pada
umumnya, seorang wanita secara alamiah mengalami penurunan tingkat kesuburan
pada usia 35 tahun, walaupun berbagai upoaya perawatan kesuburan bisa
dilakukan. Namun perawatan tersebut tentu saja membutuhkan biaya yang banyak,
bahkan seringkali menimbulkan masalah tersendiri. Wanita berusia di atas 35
tahun mempuyai kecenderugan mempunyai bayi kembar. Hal ini terjadi karena ibu
di atas umur 35 tahun biasanya mendapatkan terapi penyubu yang memungkinkan
beberapa sel telur matang bersama-sama sehingga terjadi kehamilan kembar.
Dengan
bertambahnya usia seorang wanita, dapat menimbulkan risiko saat melahirkan. Hal
ini terbukti dengan adanya kasus menurunnya kemampuan melahirkan dengan
meningkatnya usia. Berikut ini adalah gambaran risiko melahirkan sesuai dengan
tingkatan usia :
1)
Wanita usia 25 tahun, memiliki risiko
melahirkan dengan perbandingan 1 : 1.250.
2)
Wanita menjelang usia 30 tahun,
perbandingan risiko melahirkan menjadi 1 : 952.
3)
Menjelang usia 35, perbandingan risiko
melahirkan menjadi 1 : 378
4)
Menjelang usia 40, perbadinga risiko
melahirkan, yaitu 1 : 106
5)
Menjelang usia 45, perbadigan risiko
melahirkan, yaitu 1 : 30.
Wanita
yang usianya lebih tua memiliki tigkat risiko komplikasi melahirkan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan yang lebih muda. Bagi wanita yang berusia di atas 35
tahun, selain fisiknya mulai melemah, juga kemungkinan munculnya berbagai
risiko gangguan kesehatan, seperti darah tiggi, diabetes, dan berbagai penyakit
lain. Karena itu, sebaiknya wanita di bawah usia 20 tahun di atas 35 tahun
menghindari kehamilan walaupun pada dasarnya anda bisa hamil dan sangat
mengharapkan keturunan. (Prawirohardjo, 2009)
B.
Sifilis
1.
Pengertian Sifilis
Sifilis adalah salah satu Penyakit Menular
Seksual ( PMS ) yang disebabkan oleh Treponema pallidum dan mempunyai beberapa sifat, yaitu perjalanan penyakitnya sangat kronik,
dalam perjalanannya menyerang semua organ tubuhdapat menyerupai macam-macam
penyakit, mempunyai masa laten, dapat
kambuh kembali(rekuren), dan dapat di tularkan dari ibu ke janin sehingga
menimbulkan kelainan kongenital. Selain melalui ibu ke janinnya dan melalui
hubugan seksual, sifilis juga bisa ditularkan melalui luka, tranfusi dan jarum
suntik. Jika cepat terdeteksi dan diobati, sifilis dapat disembuhkan dengan
antibiotika. Tetapi jika tidak diobati, sifilis dapat berkembang ke fase
selanjutnya dan meluas ke bagian tubuh lain di luar alat kelamin. Infeksi ini
dapat ditularkan kepada bayi didalam kandungan. (Prawirohardjo, 2009)
2.
Epidemiologi
Penularan
utama dari penyakit adalah lewat kontak seksual (coitus ), bisa juga lewat
mukosa misalnya dengan berciuman atau memakai gelas dan sendok yang selesai
dipakai oleh penderita sifilis dan penularan perenteral melalui jarum suntik
dan tranfusi darah. Masa inkubasi dari penyakit sifilis berlngsung sekitar 2- 6
minggu setelah hubungan seksual yang dianggap sebagai penularan penyakit
tersebut ( coitus suspectus ). Asal penyakit tidak jelas. Sebelum tahun 1492
belum dikenal di Eropa. Pada tahun 1494 terjadi epidemi di Napoli. Pada abad
ke-18 baru diketahui bahwa penularan sifilis melelui hubungan seksual. Pada
abad ke-15 terjadi wabah di Eropa. Sesudah tahun 1860, morbilitas sifilis
menurun cepat. Selama perang dunia II, kejadian sifilis meningkat dan puncaknya
pada tahun 1946, kemudian menurun setelah itu. (Prawirohardjo, 2009)
3.
Etiologi
Penyebab
sifilis adalah masuknya suatu bakteri yang berbentuk spiral yang di sebut
tripodema pallidum dengan
strategi hampir selalu menular ke korban baru melalui persetubuhan atau seks
oral,makhluk kecil ini mencari jalan masuk melalui kulit dan dari sana ia
menyebar dengan ganas. Beberapa jam setelah bakteri ini masuk kedalam kulit, mereka
yang berbentuk spiral ini berhasil masuk kedalam aliran darah, dan dalam satu
minggu mereka menyebar keseluruh tubuh,jika tidak di obati, infeksi tersebut
berkembang melalui 3 tahap selama bertahun-tahun.selama tahap pertama (sifilis
awal),sebuah bisul yang tidak sakit timbul dimna bakteri itu masuk kedalam
tubuh bisul ini atau chancre biasanya muncul
berkisar antara 10 hingga 90 hari setelah infeksi dan hampir selalu di bagian
genital.
Biasanya,
bisul-bisul sifilis memiliki bagian tenga yang halus dan pinggiran yang
menonjol dan keras dan kadang-kadang berisi nanah kuning seperti lepuh atau
jerawat. Pada laki-laki, bisul-bisul itu biasanya muncul pada atau dekat kepala
penis. Pada wanita bisul-bisul itu biasanya pada labia (bibir vagina), namun
kadang-kadang berada pada vagina bagian dalam, dimana bisul-bisul itu tidak
dapat di lihat atau di rasakan. kadang-kadang bisul itu muncul di mulut, payudara,
jari-jari lidah atau wajah. (Prawirohardjo, 2009)
Setelah
itu penyakit ini sulit di lacak dalam satu atau dua bulan bisul-bisul itu
sembuh dan lenyap, yang menyebabkan banyak orang yang terinfeksijuga
menyimpulkan kalu infeksinya telah sembuh.namun, ini tidak benar.
Penyakit itu hanya
menghilang kedalam tubuh dan terus melakukan kerusakan ke tempat-tempat yang
tidak dapat di lihat.(ini alasannya mengapa segala jenis bisul genital harus di
periksakan oleh seorang dokter.jangan menunggu sampai bisul tersebut lenyap
karena pada penyakit sifilis bisul itu akan menghilang dengan sendirinya. (Prawirohardjo, 2009)
4.
Patogenesis
Kuman
penyebab sifilis disebut trofenema pallidum.masa tanpa gejala berlangsung 3-4
minggu, kadang-kadang sampai 13 minggu. Kemudian timbul benjolan sekitar alat
kelamin. Ada bercak-bercak kemerahan pada tubuh sekitar 6-12minggu setelah
hubungan seks,tetapi akan hilang dengan sendirinya dan sering kali penderita
tidak memperhatikan hal ini.
Selama2-3 tahun pertama
penyakit ini tidak menunjukan gejala apa-apa atau di sebut masa loaten. Setelah
5-10 tahun penyakit sifilis akan menyerang susunan saraf otak, pembuluh darah
dan jantung pada perempuan hamil
sifilis dapat di ntularkan pada bayi yang di kandungnya dan bisa lahir dengan
kerusakan kulit, hat, limfa, dan keterbelakangan mental. (Prawirohardjo,
2009)
5.
Penyebab Penyakit sifilis
Pada
tahun 1905 penyebab sifilis ditemukan oleh Shaudinn dan Hoffman ialah Treponema
pallidum, yang termasuk ordo Spirochaetales, familia Spirochaetaceae
dan genus Treponema. 3 Bentuk
seperti spiral teratur, panjangnya antara 6-15 um, lebar 0,15 um, terdiri empat
dari delapan sampai dua puluh empat lekukan. Gerakannya berupa rotasi sepanjang
aksis dan maju seperti gerakan pembuka botol. Membiak secara pembelahan
melintang, pada stadium aktif terjadi
setiap tiga puluh jam. Pembiakan pada umumnya tidak dapat dilakukan di luar
badan. Di luar badan kuman tersebut cepat mati, sedangkan dalam darah untuk
transfusi dapat
hidup tujuh puluh dua jam.
Dengan strategi hampir selalu menular ke korban baru melalui persetubuhan atau
seks oral, makhluk kecil ini masuk melalui kulit, dari sana ia menyebar dengan
ganas. Biasanya berhasil masuk kedalam aliran darah dan dalam 1 minggu
mereka sudah menyebar keseluruh tubuh. (Prawirohardjo, 2009)
6.
Tanda dan gejala penyakit sifilis pada ibu
hamil
Secara
umum manifestasi klinik dari penyakit sifilis yaitu : keluarnya
cairan dari vagina, penis
atau dubur yang berbeda dari biasanya dapat
berwarna putih susu, kekuningan, kehijauan, atau
disartai bercak darah dan bau yang tidak enak, perih, nyeri atau panas saat BAK atau setelah buang
air kecil atau menjadi sering BAK adanya
luka terbuka(luka besar di sekitar kemaluan atau mulut) dapat terasanya nyeri atau tidak, tumbuh sesuatu seperti jengger ayam atau
kulit sekitar kemaluan, pada
pria skrotum menjadi bengkak dan nyeri sakit
perut bagian bawah kadang timbul, terkadang
hilang, secara umum merasa tidak enak badan atau
demam. (Prawirohardjo, 2009)
Secara
khusus manifaestasi klinik dari penyakit sifilis antara lain: sifilis stadium
satu terjadi efek primer berupa papul tidaknyeri sekitar 3 minggu kemudian
terjadi penjalaran ke kelenjar inguinal medial timbul lesi pada alat kelamin ekstra genital
seperti bibir, lidah, tonsil, puting susu, jari dan anus misalnya pada penulara
ekstrakoital, sifilis stadium 2 gejala konstitusi seperti nyeri kepala
subfebris, anoreksia, nyeri pada tulang, leher timbul macula, papula, pustule, dan
rupia. Kelainan selaput lendirlim fadenitis yang generalisata. sifilis stadium
3 terjadi setelah 3-7 tahun setelah infeksi guma dapat timbul pada setiap
jaringan dan organ,membentuk nekrosis sentral juga di temukan di organ
dalamyaitu lambung,paru-paru.nodus di bawah kulit dapat berskuma tidak nyeri. Sifilis
congenital, pada kondisi dini dapat muncul beberapa minggu (3 minggu) setelah bayi di lahirkan, kelainan
dapat berupa vesikel bula, pemfigus sifilitika, papula, skuma, sekret hidung
yang sering bercampur dengan darah, adanya osteokondritis pada foto rontgen. Kondisi lanjut dapat terjadi pada usia 2
tahun lebih. Pada 7-9 tahun dengan adanya keratitis intarsia (menyebabkan
kebutaan), ketulian, gigi Hutchinson, parises perporasi palatum durum, serta kelainan
tulang tibia dan frontalis.
(Prawirohardjo, 2009)
7.
Pengaruh sifilis Terhadap
Kehamilan
Sifilis yang terjadi pada
ibu yang hamil dapat mempengaruhi proses kehamilannya dan janin. Berikut ini
adalah pengaruh sifilis terhadap kehamilan yaitu:
Infeksi pada janin terjadi
setelah minggu ke 16 kehamilan dan pada kehamilan dini, dimana Treponema telah
dapat menembus barier plasenta. Akibatnya kelahiran mati dan partus prematurus.
Bayi lahir dengan lues
konginetal : pemfigus sifilitus, diskuamasi telapak tangan-kaki, serta kelainan
mulut dan gigi. Bila ibu menderita baru 2 bulan terakhir tidak akan
terjadi lues konginetal. (Ratna, Eni,
dkk. 2009)
8.
Pencegahan Sifilis
Ada beberapa cara pencegahan sifilis,
diantaranya adalah:
a.
Berhenti
melakukan kontak seksual dalam jangka waktu lama
b.
Memiliki
satu pasangan tetap untuk melakukan hubungan seksual
c.
Menghindari
Alkohol dan obat-obat terlarang
d.
Membicarakan
secara terbuka mengenai riwayat penyakit kelamin yang dialami bersama pasangan
e.
Biasakan
menggunakan kondom bila harus berhubungan seksual dengan orang yang tidak
dikenal. (Ratna,
Eni, dkk. 2009)
9.
Komplikasi penyakit
sifilis Pada Janin Dan Bayi
Dapat menyebabkan kematian
janin, partus immaturus dan partus premature. Bayi dengan sifilis kongenital
memiliki kelainan pada tulang, gigi, penglihatan, pendengaran, gangguan mental
dan tumbuh kembang anak. Oleh karena itu, setiap wanita hamil sangat dianjurkan
untuk memeriksakan kesehatan janin yang dikandungnya. Karena pengobatan yang
cepat dan tepat dapat menghindari terjadinya penularan penyakit dari ibu ke
janin. Adapun Komplikasi
Terhadap Ibu yaitu :
a.
Menyebabkan kerusakan berat pada otak dan jantung.
b.
Kehamilan dapat menimbulkan kelainan dan plasenta lebih
besar, pucat, keabu-abuan dan licin.
c.
Kehamilan <16 minggu dapat menyebabkan kematian janin
d. Kehamilan lanjut dapat menyebabkan kelahiran prematur dan menimbulkan cacat. (Dompas, robin 2010)
d. Kehamilan lanjut dapat menyebabkan kelahiran prematur dan menimbulkan cacat. (Dompas, robin 2010)
10.
Gambaran
Klinis Penyakit sifilis
Penularan biasanya melalui kontak seksual,
tetapi ada beberapa contoh lain seperti kontak langsung dan kongenital sifilis (penularan melalui ibu ke anak dalam
uterus).
Berdasarkan gambaran klinisnya, sifilis
kongenital dapat dibagi menjadi sifilis kongenital dini, sifilis kongenital
lanjut dan stigmata. Dianggap sifilis kongenital dini jika timbul pada anak di
bawah usia 2 tahun dan sifilis kongenital lanjut bila timbul di atas 2 tahun.
Sigmata adalah jaringan parut atau deformitas yang terjadi akibat penyembuhan
dua stadium tersebut. (Prawirohardjo, 2009)
11.
Penatalaksanaan
Penyakit sifilis pada ibu hamil, bersalin dan pada bayi
Pengobatan sifilis kongenital terbagi menjadi
pengobatan pada ibu hamil dan pengobatan pada bayi. Penisilin masih tetap
merupakan obat pilihan untuk pengobatan sifilis, baik sifilis didapat maupun
sifilis kongenital. Pada wanita hamil, tetrasiklin dan doksisiklin merupakan
kontraindikasi. Penggunaan sefriakson pada wanita hamil belum ada data yang
lengkap. Pengobatan sifilis pada kehamilan di bagi menjadi tiga, yaitu :
a.
Sifilis
dini (primer, sekunder, dan laten dini tidak lebih dari 2 tahun). Benzatin
penisilin G 2,4 juta unit satu kali suntikan IM, atau penisilin G prokain
dalamaquadest 600.000 unit IM selama 10 hari.
b.
Sifilis
lanjut (lebih dari 2 tahun, sifilis laten yang tidak diketahui lama infeksi,
sifilis kardiovaskular, sifilis lanjut benigna, kecuali neurosifilis) Benzatin
penisilin G 2,4 juta unit, IM setiap minggu, selama 3 x berturut-turut, atau
dengan penisilin G prokain 600.000 unit IM setiap hari selama 21 hari.
c.
Neurosifilis
Bezidin penisilin 6-9 MU selama 3-4 minggu. Selanjutnya dianjurkan pemberian
benzil penisilin 2-4 MU secara IV setiap 4 jam selama 10 hari yang diikuti
pemberian penisilin long acting, yaitu pemberian benzatin penisilin G
2,4 juta unit IM sekali seminggu selama 3 minggu, atau penisilin G prokain 2,4
juta unit IM + prebenesid 4 x 500 mg/hari selama 10 hari yang diikuti pemberian
benzatin penisilin G 2,4 juta unit IM sekali seminggu selama 3 minggu.
Terdapat beberapa kriteria yang harus
dipenuhi pada pengobatan sifilis kongenital menurut CDC tahun 1998. pengobatan
harus diberikan pada bayi :
a.
Menderita
sifillis kongenital yang sesuai dengan gambaran klinik, laboratorium
dan/radiologik,
b.
Mempunyai
titer test nontreponema ≥ 4 kali dibanding ibunya
c.
Dilahirkan
oleh ibu yang pengobatannya sebelum melahirkan tidak tercatat, tidak diketahui,
tidak adekuat atau terjadi ≤ 30 hari sebelum persalinan.
d.
Dilahirkan
oleh ibu seronegatif yang diduga menderita sifilis
e.
Titer
pemeriksaan nontreponema meningkat ≥ 4 kali selama pengamatan.
f.
Hasil
tes treponema tetap reaktif sampai anak berusia 15 bulan, atau
g.
Mempunyai
antibodi spesifik IgM antitreponema.
Selain itu, juga dipertimbangkan pengobatan
pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita sifilis dan diobati selama
kehamilannya namun bayi tersebut selanjutnya tidak bisa diamati.
Pengobatan sifilis kongenital tidak boleh ditunda dengan alasan menunggu
diagnosis pasti secara klinis atau serologik. Dengan pengobatan dengan Aqueous
penisilin bergantung 1 minggu >usia bayi. Pada usia ≤ 1 minggu,
diberikan tipa 12 jam, usia – ≤ 4 minggu diberikan tiap 8 jam, dan
setelah usia 4 minggu diberikan tipa 6 jam. (Manuaba
2007)
BAB III
TINJAUAN
KASUS
A. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin
Tanggal
Pengkajian : 9
Desember 2014
Waktu : Pukul 17.00 WIB
Tempat : Ruang VK RSUD Gunung Jati Kota Cirebon
No
Medrec : 845963
1.
DATA SUBJEKTIF
a.
Biodata
Nama Ibu : Ny. M Nama Suami :
Tn.I
Umur : 19 tahun Umur : 24 tahun
Suku : Sunda Suku :
Jawa
Agama :
Islam Agama :
Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak bekerja Pekerjaan :
Buruh
Alamat : Kalijaga Harjamukti
b.
Keluhan Utama
Perut terasa mules sejak jam 04.30 WIB.
Dirasakan dari perut bagian bawah kepinggang, Sudah keluar lendir bercampur darah.
c.
Riwayat Kehamilan Sekarang
Kehamilan yang pertama, tidak pernah
mengalami keguguran, HPHT 01-03-14, TP 08-12-14, gerakan janin masih dirasakan sejak
usia kehamilan 5 bulan, tidak pernah mengkomsumsi obat-obatan selain dari petugas
kesehatan selama hamil ibu pernah di periksa di bidan praktek mandiri 4x dan dokter
2x. Ibu merasa cemas menjelang persalinan, cepat lelah dan tidak nafsu makan. Pada
tanggal 9-12-2014 periksa ke bidan dan di rujuk ke RSUD gunung jati karena bidan
khawatir sudah ada tanda-tanda penyakit pada ibu. Jam 16.45 WIB ibu tiba di IGD,
jam 17.00 WIB ibu masuk ruang VK .
d.
Riwayat Kontrasepsi
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan
alat kontrasepsi
e.
Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu mengatakan tidak pernah menderita
penyakit keturunan seperti DM dan asma,
tidak pernah menderita penyakit kronis seperti jantung dan hipertensi, tetapi ibu
mengatakan terdapat kelainan di daerah vagina.
f.
Riwayat sosial ekonomi dan pola kehidupan
sehari-hari
Ibu mengatakan ini adalah pernikahan
yang pertama, usia saat menikah 18 tahun dan ini merupakan kehamilan yang
pertama, kehamilan ini di rencanakan. Hubungan dengan suami dan keluarga harmonis
tetapi suaminya bekerja sebagai buruh dan pulang selama 1 bulan 2x. Melakukan
hubungan sex tidak teratur dan ibu mengatakan makan terakhir pukul 14.00 WIB dan
minum terakhir 5 menit yang lalu. Buang air kecil sering dan BAB pukul 16.00 WIB.
2.
DATA OBJEKTIF
a. Keadaan
umum : Baik
b. Kesadaran : Compos
menthis
c. Tanda-tanda
vital :
1) Tekanan
darah : 110/80
mmhg
2) Nadi : 80x/menit
3) Pernapasan : 24x/menit
4) Suhu : 36ºC
d. Pemeriksaan
fisik :
1)
Muka : Tidak
ada oedama dan tidak pucat
2)
Mata : Konjungtiva merah muda dan skelera putih
3)
Hidung : Tidak ada secret dan tidak ada polip
4)
Mulut : Bersih tidak caries dan stomatitis
5)
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, limfe dan
vena jugularis
6)
Telinga : Simetris, tidak ada serumen
7)
Payudara : Simetris, tidak ada benjolan dan putting susu menonjol
8)
Abdomen : Tidak ada bekas luka operasi, kandung kemih kosong,
his 4X10’→ 40”
Leopod
I : Tfu
33 cm
Teraba bulat, lunak, tidak melenting
(bokong)
Leopod
II : Kanan : Teraba bagian-bagian kecil (ekstremitas), DJJ
: 140 x Permenit
Kiri : Teraba
tahanan memenjang (Punggung)
Leopod
III : Teraba bulat, keras, melenting (Kepala)
Leopod
IV : Penurunan Kepala
9)
Ektremitas atas : Tidak ada oedema, kuku
tidak pucat, terpasang infuse RL dari IGD 20 tetes/menit
10)
Ekstremitas bawah : Tidak ada oedema, kuku tidak pucat
11)
Genetalia : Dibagian labia terdapat lesi, tidak ada oedema,
tidak ada varises, tidak ada kelainan kelenjar bartholini dan kelenjar scan
12)
Pemeriksaan dalam : Jam 17.00 WIB dilakukan pemeriksaan dalam vulva vagina tidak dapat
kelainan, portio teraba lunak tipis, pembukaan 7 cm, selaput ketuban sudah robek,
sisa cairan jernih, penurunan kepala hodge
II, posisi ubun-ubun kiri depan tidak ada molase.
e.
Pemeriksaan Penunjang
1)
Golongan Darah : B
2)
CTG : 150x/Menit
3)
Laboratorium
a)
Hematologi
Pemeriksaan
|
Hasil
Pemeriksaan
|
Satuan
|
Nilai
normal
|
Leukosit
|
8840
|
/mm3
|
P-20
mm
|
HB
|
12,2
|
/mm3
|
W-12-14
gr/%
|
HT
|
35,4
|
/mm3
|
P4,5-5.5juta
|
Trombosit
|
252,000
|
/mm3
|
W-15
mm
|
BT
|
3.00
|
Menit
|
1-3
|
CT
|
4.30
|
Menit
|
2,5
|
b)
Imunologi
Parameter
|
Hasil/
Titer
|
Keterangan
|
HbsAg
|
(-)
|
Negatif
|
Anti-HIV
|
(-)
|
Negatif
|
3.
ANALISA
GIP0A0 parturient aterm
(39-40 Minggu) kala 1 fase aktif dengan sifilis, Janin tunggal hidup
intrauterine.
4.
PENATALAKSANAAN
a.
Melakukan informed consent untuk
tindakan dan rencana asuhan yang akan diberikan
→ Ibu menyetujui
b.
Memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu →
Ibu mengetahui
c.
Menganjurkan pada ibu untuk mobilisasi
miring kanan dan miring kiri → Ibu bersedia melakukanya
d.
Melakukan konsultasi dengan dr.S, Sp.OG jam 17.15
WIB → advice
:
-
Memberikan drip oxsitosin 5 IU di cairan
infuse RL 20 tetes/ menit
-
Memberikan antibiotik 2x1, cefotaxime
2x1 gr
e.
Jam 17.18 WIB melakukan skin test injek secara IC 1 strip cefotaxcime →
Tidak ada tanda tanda alergi
f.
Melakukan
injeksi cefotaxime 5cc + aquabidest
secara IV → cefotaxime sudah diberikan
g.
Memasang drip oxsitosin 5 IU di cairan
infuse RL 20 tetes/ menit → drip
oxsitosin 5 IU 20 tetes/menit di cairan infuse RL sudah terpasang
h.
Menyiapkan dan mendekatkan partus set,
hecting set, dan resusitasi set → perlengkapan
sudah disiapkan
i.
Mengobservasi keadaan ibu, janin dan
kemajuan persalinan → hasil terlampir dalam patograf
j.
Mendokumentasikan hasil asuhan.
Pukul 18.30 wib
Tanggal
: 9-Desember -2014
1.
DATA SUBJEKTIF
Mules semakin kuat dan ingin
meneran.
2.
DATA OBJEKTIF
a.
Keadaan umum : Sedang
b.
Kesadaran : Compos
menthis
c.
Tanda – Tanda Vital :
1)
Tekanan darah : 110/90 mmhg
2)
Nadi :
70x/ Menit
3)
Pernapasan : 24x/ Menit
4)
Suhu : 37ºC
d.
Pemeriksaan Fisik
1)
Abdomen : Kandung kemih kosong, DJJ
43X/menit,
his 5x10’à40”, penurunan
kepala 0/5 .
2)
Genetalia : Di
bagian labia terdapat lesi, tidak
ada
kelainan pada kelnjar bartholini dan kelenjar scan
Pemeriksaandalam : Jam 18.30 dilakukan
pemeriksaan dalam hasilnya vulva vagina tidak ada
kelainan, portio tidak teraba, pembukaan
lengkap, sel ketuban robek, penunuran kepala hodge IV.
3.
ANALISA
G1P0A0
Parturient aterm kala II (39-40Minggu) dengan sifilis, Janin tunggal hidup intrauterine.
4.
PENATALAKSANAAN
a.
Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu
dan keluarga bahwa pembukaan sudah lengkap dan ibu sudah boleh meneran → Ibu dan keluarga mengetahui
b.
Memastikan kelengkapan alat partus set
dan obat → semua obat sudah disiapkan dan diberikan pada penolong agar mudah terjangkau
c.
Mengajarkan pada ibu cara meneran yang
baik → ibu mengerti dan dapat meneran dengan baik
d.
Mengobservasi keadaan ibu dan janin serta
kemajuan persalinan → hasil terlampir pada patrograf.
e.
Menolong persalinan → pukul 18.38 WIB bayi
lahir hidup spontan segera menangis, gerakan aktif, warna kulit kemerahan dan jenis
kelamin laki-laki.
f.
Melakukan pemotongan tali pusat
Pukul 18.38 WIB
Tanggal : 9 Desember 2014
1.
DATA SUBJEKTIF
Ibu terlihat masih merasakan sakit
2.
DATA OBJEKTIF
a.
Keadaan umum : Sedang
b.
Kesadaran : compos
menthis
c.
Pemeriksaan fisik
1)
Abdomen :
TFU setinggi pusat, kandung kemih kosong,
tali pusat belum lahir
3.
ANALISA
P1A0 kala III dengan sipilis
4.
PENATALAKSANAAN
1.
Memastikan janin tunggal → Janin tunggal
2.
Melakukan manajemen aktif kala III
seperti :
a.
Memeriksa abdomen, untuk memastikan janin
tunggal.
b.
Memberitahu ibu akan dilakukan injeksioksi
10 unit IM pada 1/3 paha kanan atas bagian luar, → Ibu bersedia
c.
Memindahkan klem 5-10 cm di depan vulva
dan melakukan PTT serta membantu melahirkan plasenta secara dorsokranial → plasenta
lahir spontan jam 18.43 WIB
3.
Melakukan masase uterus sebanyak 15 kali
dalam 15 detik → kontraksi uterus baik
Pukul 18.43 WIB
Tanggal : 9 Desember 2014
1.
DATA SUBJEKTIF
Ibu masih mengeluh
kesakitan dan merasa lelah
2.
DATA OBJEKTIF
a.
Keadan umum : Baik
b.
Kesadaran : compos menthis
c.
Tanda-tanda vital :
1)
Tekanan darah : 130/70
mmhg
2)
Nadi : 82 x / Menit
3)
Pernapasan : 24x/
menit
4)
Suhu :
36ºc
d.
Pemeriksaan fisik
1)
Abdomen : TFU 3 jari bawah pusat, kontraksi baik, kandung
kemih kurang lebih 100 cc.
2)
Genetalia : Pengeluaran darah
50 cc, terdapat robekan pada jalan lahir derajat 2
3.
ANALISA
P1A0 kala 1V
dengan sifilis
4.
PENATALAKSANAAN
a.
Memeriksa kelengkapan plasenta → Kotiledon
dan selaput lengkap
b.
Memeriksa robekan pada jalan lahir → terdapat robekan derajat 2 mukosa vagina,
komisura posterior, kulit perineum dan otot perinium
c.
Melakukan injeksi lidokain 1 amp + aqua bidest
perbandingan 1 : 1 pada daerah perineum → injeksi lidokain sudah diberikan
d.
Melakukan hecting secara jelujur → penjahitan
sudah dilakukan, luka bersih.
e.
Memberikan rasa nyaman pada ibu → ibu sudah
dibersihkan
f.
Memberikan ibu terapi oral sesuai dengan
protap :
-
Cefodroxcil 3 x 500 Mg→ terapi oral
untuk infeksi telah diberikan dan ibu sudah meminumnya
-
Paracetamol
3X 500 Mg→ terapi oral untuk menghilangkan rasa sakit sudah diberikan dan ibu
sudah meminumnya
-
SF 1X1→terapi oral untuk pembentukan sel
darah merah sudah diberikan dan ibu sudah meminumnya
g.
Melakukan pemrosesan alat → alat siap pakai
h.
Mengobservasi TTV,TFU, kontraksi uterus
, kandung kemih dan perdarahan setiap 15 menit pada jam 1 dan 30 menit pada jam
ke 2 → semua terlampir dalam patograf.
i.
Merencanakan pindah keruang nifas jam
20.45 WIB → Pasien sudah dipindahkan keruang nifas.
BAB
IV
PEMBAHASAN
Pada studi kasus ini
penulisan akan membahas mengenai asuhan kebidanan pada Ny. M yang dimulai dari
ibu datang ke ruang VK RSUD Gunung Jati sampai dengan 2 jam post partum tahun
2014 .
1.
Asuhan Persalinan
A. KALA
I
Dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10 cm). Proses
ini hanya berlangsung 1 fase yaitu fase aktif servik membuka sampai 7 cm dan 1 jam kemudian servik membuka dari 7 sampai 10 cm. kontraksi lebih kuat dan sering
selama fase aktif
Lama kala I fase aktif pada Ny. M berlangsung 1 jam dari pembukaan 7 sampai
pembukaan Hal tersebut dalam
batas normal. Ny. M
dirujuk ke RSUD Gunung jati. Dukungan dari pendamping selama persalinan erat kaitannya
dengan hasil persalinan yang lebih baik. Penulis juga menganjurkan untuk
mengatur posisi senyaman mungkin sesuai dengan keinginannya, menganjurkan
teknik relaksasi bila ada his dengan cara menarik napas lewat hidung dan
mengeluarkannya lewat mulut, Ny. M , memilih posisi miring karena merasa lebih nyaman dan
mudah untuk beristirahat. Posisi setengah duduk sering kali mempercepat
kemajuan persalinan dan nyaman bagi ibu dan ia bisa beristirahat dengan mudah
diantara kontraksi. (Depkes RI 2008)
Selama
kala I asuhan yang dilakukan pada Ny. M adalah pemantauan yang meliputi keadaan ibu dan janin,
kemajuan persalinan. Selama pemantauan didapatkan hasil keadaan umum ibu dan
janin baik, kontraksi baik, kemajuan persalinan kala 1 fase aktif
pembukaan 7 cm dan tanda-tanda vital dalam batas normal
Ny. M sudah diberikan terapi sesuai dengan advice dokter SpOG yaitu pemasangan
infuse RL dan drip oxy 5 IU 20 tetes per menit. Terapi yang didapatkan Ny.M sudah sesuai dengan prosedur.
B.
Kala II
Dimulai
ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya
bayi. Proses ini biasanya berlangsung 1,5 jam pada primi dan 0,5 jam pada multi
.
Pada
kala II kontraksi yang semakin kuat dan sering, dorongan meneran, anus terbuka,
perineum menonjol, vulva membuka, dan pembukaan lengkap.(Depkes RI 2008)
Pada
kasus Ny. M,
kala II berlangsung selama 30 menit lahir secara spontan pervaginan dan
tidak terjadi resiko pada bayi seperti perdarahan intracranial.
Asuhan
kebidanan yang diberikan pada Kala II antara lain menawarkan posisi sesuai
dengan keinginan Ny. M dan menganjurkan untuk meneran bila ada his dan ada dorongan kuat untuk
meneran dan beristirahat diantara kontraksi, juga memeriksa DJJ dengan hasil 144x/menit diantara his. Ny. M didampingi oleh
suaminya dan memilih posisi
miring kiri . Dalam kala II penulis juga menganjurkan Ny. M
untuk minum disela
his atau bila menginginkannya. Pukul 18.38 WIB bayi lahir spontan segera menangis, warna kulit kemerahan, gerakan
cukup aktif, jenis kelamin
laki-laki, Apgar Skor 6/8.
Asuhan
Kala II pada Ny. M dilakukan sesuai dengan langkah-langkah asuhan persalinan normal, yang
berlangsung bersih dan nyaman. Fokus persalinan normal adalah persalinan bersih
dan aman serta mencegah terjadinya komplikasi. (Depkes RI, 2008)
C.
Kala III
Persalinan kala III dimulai
setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban
(APN, 2008). Setelah bayi lahir, asuhan yang diberikan penulis pada Ny. M adalah
palpasi abdominal untuk mengecek adanya janin kedua dan melakukan manajemen
aktif kala III.
Manajemen kala III terdiri dari tiga
langkah utama yaitu pemberian suntikan oksitosin, dalam 1 menit pertama setelah
bayi lahir, melakukan peregangan tali pusat terkendali, masase fundus uteri
segera setelah plasenta dan selaputnya di lahirkan, masase fundus agar
menimbulkan kontraksi hal ini dapat mengurangi perdarahan post partum (APN,
2008 ).
Segera menyuntikan oksitosin 1
menit setelah bayi lahir dan melakukan penegangan tali pusat terkendali segera
setelah ditemukan adanya tanda-tanda pelepasan plasenta yaitu adanya perubahan
bentuk dan tinggi fundus, tali pusat memanjang, semburan darah mendadak dan
singkat (APN, 2008).
Kemudian melakukan masase fundus
15 kali selama 15 detik atau sampai uterus keras. Kala III persalinan Ny. M
berlangsung 7 menit, plasenta lahir secara spontan pada pukul 18 .44 WIB,
kotiledon lengkap dan selaput plasenta utuh. Kala
III persalinan Ny. M berlangsung normal
karena lama kala III tidak lebih dari 30 menit. Asuhan yang diberikan pada kala
III persalinan yaitu dengan melakukan manajemen aktif kala III sesuai dengan
asuhan persalinan normal.
D.
Kala IV
Dimulai dari saat lahirnya
plasenta sampai 2 jam pertama post partum disebut dengan kala pengawasan. Asuhan kebidanan kala IV yang diberikan pada Ny. M,
antara lain memeriksa kelengkapan plasenta, memeriksa robekan
jalan lahir, melakukan eksplorasi untuk memastikan tidak ada plasenta yang
tertinggal, menilai kontraksi, mengajarkan pada ibu dan keluarga untuk
melakukan massage uterus jika kontraksi jelek/lembek. (Depkes RI 2008)
Hasil asuhan kebidanan kala IV Ny.
M adalah plasenta lahir lengkap, terdapat robekan jalan lahir derajat II
(Mukosa vagina, komisura posterior, kulit perinium dan otot perinium) dan
kontraksi uterus baik.
Selama
kala IV dilakukan pemantauan selama 2 jam pertama kelahiran bayi yaitu setiap
15 menit pada 1 jam pertama dan 30 menit pada 1 jam kedua untuk memantau
tekanan darah, nadi, suhu, fundus uteri, kontraksi uterus, keadaan kandung
kemih, perdarahan post partum yang bertujuan untuk mencegah
perdarahan. Pada pemantauan kala IV Ny. M
didapatkan hasil tanda-tanda vital dalam batas normal.
BAB
V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah Penulis
melakukan pengkajian, pengumpulan data dan asuhan kebidanan pada Ny. M dari mulai
datang ke ruang VK RSUD Gunung Jati kota Cirebon 2014, serta melakukan
pendokumentasian atas semua asuhan yang diberikan melalui penyusunan laporan studi
kasus ini. Penulis dapat menyimpulkan hasil asuhan kebidanan Pada
saat persalinan asuhan yang diberikan kepada Ny. M sudah sesuai dengan asuhan
yang nyaman, aman, dapat membina hubungan baik dengan Ny. M dan keluarga selama
proses persalinan.
B.
Saran
1.
Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan lebih memotivasi dan
menekankan kepada mahasiswa untuk selalu memberikan asuhan yang sesuai dengan
standar pelayanan kebidanan.
2.
Bagi Pelayanan Kesehatan
Diharapkan dapat lebih memberikan
pelayanan pengobatan sesuai dengan standar pelayanan kebidanan. Dan menjadi
petugas kesehatan yang ramah.
3.
Bagi Klien
Diharapkan apabila klien suatu saat
hamil kembali agar lebih sering memeriksakan kehamilannya sehingga dapat
terdeteksi tanda-tanda bahaya sedini mungkin.
DAFTAR
PUSTAKA
Depkes RI 2008.Asuhan persalinan normal. Jakarta: JPNK-KR
Dompas, robin 2010.ilmu kesehatan Anak. Jakarta
:EGC
http://www.stikesayani.ac.id/publikasi/e-journal/files/2013/201304/201304-006.pdf
Manuaba, Ida Bagus. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta :
EGC Hal 246 -249
Nugroho, Taufan. 2010. Buku Ajar Ginekologi. Yogyakarta : Muha Medika Hal 44-47.
Ratna, Eni, dkk. 2009. Asuhan Kebidanan Komuitas. Yogyakarta
: Nuha Medika ,Hal 25-26
Sarwono
Prawirohardjo, 2009. Buku acuan nasional
pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, Jakarta. YBPS hal 236-239.
|
0 comments:
Post a Comment