BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR
BELAKANG
Angka
morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi di Indonesia masih sangat tinggi,
khususnya di Indramayu sendiri masih belum mampu menangani seratus persen walau
sudah berbagai cara dan usaha dilakukan, bahkan tenaga kesehatan khususnya
bidan di Indonesia sangat banyak, dsini kita harus lebih maksimal lagi. Untuk
para calon bidan yang sekarang sedang berjuang, ingatlah masih banyak hal yang
harus kita pelajari dan kita pahami tentang profesi yang kelak kita emban, ada
berjuta-juta calon-calon ibu dan ibu di sana yang menanti kita, menanti bakti
kita semoga Allah menjadikan kita wanita-wanita tangguh yang selalu tulus
mengemban kewajiban kita amin..Ya Rabb..
Salah satu
penyumbang morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi adalah disebabkan oleh
infeksi sitomegalovirus, Kebanyakan orang sehat yang terinfeksi oleh HCMV setelah
lahir tidak memiliki gejala. dengan demam berkepanjangan, dan hepatitis ringan.
Sakit tenggorokan adalah umum. Setelah infeksi, virus tetap laten dalam tubuh
untuk sisa hidup orang tersebut. Penyakit yang jelas jarang terjadi kecuali
kekebalan ditekan baik oleh obat-obatan, infeksi atau usia tua. HCMV awal
infeksi, yang sering asimtomatik diikuti oleh infeksi, berkepanjangan tanpa
gejala di mana virus berada dalam sel tanpa menyebabkan kerusakan terdeteksi
atau penyakit klinis.
Infeksi CMV bisa ditumpahkan dalam
cairan tubuh dari setiap orang yang terinfeksi, dan dapat ditemukan dalam urin,
air liur, darah, air mata, air mani, dan ASI. Penumpahan virus dapat terjadi
sebentar-sebentar, tanpa terdeteksi tanda-tanda atau gejala.
1.2
TUJUAN
1.2.1
Tujuan Umum
Tujuan umum dari makalah ini adalah
untuk mengetahui dan memahami tentang infeksi sitomegalovirus secara luas.
1.2.2
Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari makalah ini
adalah :
·
Mengetahui lebih luas tentang definisi sitomegalovirus
·
Mengetahui tentang penyebaran, gejala dan diagnosis infeksi
sitomegalovirus
·
Mengetahui tentang infeksi sitomegalovifus pada ibu hamil
dan bayi baru lahir
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI SITOMEGALOVIRUS
Sitomegalovirus (berasal dari bahasa Yunani,
yaitu : cyto-, "sel", dan -mega-, "besar")
adalah virus yang masuk kedalam famili
grup Herpesviridae: pada tubuh manusia, virus
ini umumnya diketahui sebagai virus
herpes manusia 5. Sitomegalovirus masuk kedalam subfamili Betaherpesvirinae dari Herpesviridae, yang juga termasuk virus
Roseola, juga diketahui sebagai virus herpes manusia 6. Alphaherpesvirinae
berisi virus herpes simplex tipe 1 dan 2, dan virus
varicella-zoster (yang menyebabkan cacar air). Virus Epstein-Barr masuk
kedalam subfamili Gammaherpesvirinae. Virus herpes berbagi kemampuan
karakteristik tersembunyi pada tubuh melalui periode yang panjang.
Sitomegalovirus
adalah herpesvirus yang terdapat di mana-mana dan merupakan penyebab umum
penyakit manusia. Virus sitomegalia (cytomegalovirus/CMV) adalah infeksi virus
oportunistik.
Infeksi
Sitomegalovirus adalah infeksi virus yang bisa didapat sebelum lahir atau
setelah lahir.
Spesies
sitomegalovirus
Nama
|
ABV.
|
Tuan rumah
|
''Cercopithecine herpesvirus 5''
|
(CeHV-5)
|
Monyet hijau Afrika
|
''Cercopithecine virus herpes 8''
|
(CeHV-8)
|
Monyet rhesus
|
''Manusia herpesvirus 5''
|
(HHV-5)
|
Manusia
|
''Pongine herpes 4''
|
(PoHV-4)
|
?
|
''1''Aotine herpes
|
(AoHV-1)
|
(Spesies Tentatif)
|
''Aotine herpes 3''
|
(AoHV-3)
|
(Spesies Tentatif)
|
2.2
PENYEBAB
Sitomegalovirus,
virus ini terdapat dimana-mana. Orang yang terinfeksi aktif, akan mengeluarkan
virus dalam air kemih atau air ludahnya selama berbulan-bulan. Virus ini juga
dikeluarkan bersama
lendir leher, air mani, tinja dan ASI.
Anak-anak
dalam satu sekolah atau di tempat perawatan, sering satu sama lain saling
menularkan virus ini. Virus ini juga ditularkan diantara laki-laki homoseksual.
Infeksi
sitomegalovirus bisa terjadi pada orang yang menerima darah terinfeksi atau
jaringan cangkokan yang terinfeksi, misalnya ginjal.
Bila
sitomegalovirus masuk ke dalam tubuh, bisa menimbulkan atau bisa juga tidak menimbulkan
penyakit aktif. Di dalam tubuh, virus bisa tertidur selama beberapa tahun dan
bisa menjadi aktif dan menyebabkan penyakit kapan saja.
Sekitar
60-90% orang dewasa mengalami infeksi sitomegalovirus, meskipun tanpa gejala.
Infeksi
serius biasanya terjadi pada penderita gangguan sistem kekebalan, misalnya
penerima cangkok sumsum tulang atau penderita AIDS.
2.3
GEJALA
Infeksi
sitomegalovirus sebelum lahir, bisa menyebabkan keguguran, lahir mati atau kematian
pada bayi baru lahir. Kematian disebabkan oleh perdarahan, anemia
maupun kerusakan hati atau otak yang berat. Kebanyakan orang yang mendapatkan
infeksi setelah lahir dan menyimpan virus dalam tubuhnya, tidak menunjukkan
gejala. Tetapi orang sehat yang terinfeksi bisa merasa sangat sakit dan
mengalami demam.
Jika
seseorang menerima darah yang terinfeksi sitomegalovirus, gejala-gejalanya bisa
dimulai dalam waktu 2-4 minggu kemudian. Gejalanya berupa demam selama 2-3
minggu dan kadang-kadang peradangan hati (hepatitis), mungkin disertai
sakit kuning. Jumlah limfosit bisa meningkat. Kadang-kadang timbul ruam-ruam.
Penderita
gangguan sistem kekebalan yang terinfeksi virus ini, sering mengalami infeksi
yang berat, bahkan beberapa diantaranya menjadi sangat sakit dan meninggal.
Pada
penderita AIDS, sitomegalovirus sering mengenai retina mata dan
menyebabkan kebutaan. Infeksi pada otak (ensefalitis) atau borok pada
usus atau kerongkongan juga bisa terjadi.
2.4
DIAGNOSA
Diagnosis
ditegakkan berdasarkan adanya gejala-gejala pada penderita gangguan sistem
kekebalan.
Dilakukan
pemeriksaan terhadap air kemih dan cairan tubuh atau jaringan tubuh lainnya,
untuk menemukan virus ini. Karena virus bisa tetap berada dalam cairan tubuh
selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun setelah infeksi teratasi,
ditemukannya virus tidak menunjukkan suatu infeksi yang aktif. Adanya kadar antibodi
terhadap virus yang meningkat, merupakan bukti kuat bahwa virus inilah penyebab
infeksinya. Bila infeksi mengenai mata (retinitis), dokter akan dapat
menemukan kelainan pada pemeriksaan dengan oftalmoskop.
2.5
PENGOBATAN
Infeksi
sitomegalovirus yang ringan biasanya tidak memerlukan pengobatan, dan akan
sembuh dengan sendirinya. Jika infeksi mengancam kehidupan atau penglihatan
penderita, bisa diberikan obat anti-virus seperti Ganciclovir
, Valganciclovir
, Foscarnet
, Cidofovir
. Ada beberapa obat yang ditambahkan untuk mengatasi sitomegalovirus , seperti maribavir
, leflunomide
2.6
INFEKSI SITOMEGALOVIRUS DALAM KEHAMILAN
Sitomegalovirus
merupakan organisme yang ada di mana-mana serta pada
hakekatnya menginfeksi sebagian besar manusia, bukti adanya infeksi janin
ditemukan di antara 0,5 –2% dari semua neonatus.
Sesudah terjadinya infeksi primer yang
biasanya asimtomatik, 10 % infeksi pada janin menimbulkan simtomatik saat
kelahiran dan 5-25% meninggalkan sekuele. Pada beberapa negara infeksi CMV 1 %
didapatkan infeksi in utro dan 10-15 % pada masa prenatal Virus
tersebut menjadi laten dan terdapat reaktivasi periodik dengan pelepasan virus meskipun ada antibodi di dalam
serum. Antibodi humoral diproduksi,
namun imunitas yang diperantarai
oleh sel tampaknya merupakan mekanisme primer untuk terjadinya
kesembuhan, dan keadaan kekebalan yang terganggu baik terjadi secara alami
maupun akibat pemakaian obat-obatan akan
meningkatkan kecenderungan timbulnya
infeksi sitomegalovirus yang serius. Diperkirakan bahwa berkurangnya surveilans
imun yang diperantarai oleh sel, menyebabkan janin-bayi tersebut berada dalam
risiko yang tinggi untuk terjadinya
sekuele pada infeksi ini.
2.6.1
Infeksi Maternal
Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa
kehamilan meningkatkan risiko terjadinya infeksi sitomegalovirus maternal.
Infeksi kebanyakan asimptomatik, tetapi 15% mempunyai mononucleosis like
syndrome dengan gejala: demam, paringitis, limpodenopathy, dan polyartritis. Jadi, infeksi
primer yang ditularkan kepada janin pada
sekitar 40 persen kasus, lebih sering
berkaitan dengan morbiditas parah (Stagno dkk., 1986). Meskipun infeksi transplasental tidak
universal, janin yang terinfeksi lebih besar kemungkinannya disertai dengan infcksi maternal selama paruh-pertama
kehamilan. Sebagaimana virus
herpes lainnya, imunitas maternal terhadap
sitomegalovirus tidak mencegah timbulnya rekurensi
(reaktivasi) dan juga tidak mencegah terjadinya infeksi kongenital. Dalam
kenyataannya, mengingat sebagian besar infeksi
selama kehamilan bersifat rekuren, mayoritas neonatus
yang terinfeksi secara kongenital dilahirkan dari wanita-wanita ini.
Untungnya, infeksi kongenital yang terjadiakibat
infeksi rekuren lebih jarang disertai dengan sekuele yang terlihat secara
klinis dari pada infeksi kongenital yang disebabkan oleh infcksi primer.
2.6.2
Infeksi Kongenital
Infeksi sitomegalovirus kongenital yang
disebut penyakit inklusi sitomegalik,
menimbulkan suatu sindrom yang
mencakup berat badan lahir rendah, mikrosefalus, kalsifikasi intrakranial, korioretinitis, retardasi mental
serta motorik, gangguan
sensorineural, hepatosplenomegali, ikterus, anemia
hemolitik dan purpura trombositopenik. Angka mortalitas di antara
bayi yang terinfeksi secara kongenital ini dapat mencapai 20 – 30 %,
dan lebih 90 % bayi yang berhasilhidup ternyata mendcrita
retardasi mental, gangguan pendengaran, gangguan
perkembangan psikoniotorik, epilepsy atau pun gangguan
sistern saraf pusat lainnya (Pass dkk., 1980).
2.6.3
Diagnosis
Prenatal diagnosis efek infeksi pada janin dapat deteksi dengan
USG dan Magnetic Resonace Imaging dengan ditemukan mikrosephal,
vetriculomegali dan serebral kalsifikasi.. Gold standar
diagnosis infeksi CMV adalah kutur virus. Diagnosis infeksi primer dibuat
berdasarkan peningkatan titer IgG sebesar empat kali lipat pada serum, baik
dalam keadaan akut maupun konvalesensi
yang diukur sekaligus, atau dibuat dengan mendeteksi antibodi 1gM
terhadap sitomegalovirus di dalam serum
maternal. Sayangnya, tidak satupun
di antara kedua metode ini yang benar-benar akurat dalam memastikan infeksi maternal. Celakanya
tidak ada metode yang handal untuk memeriksa efek dari infeksi janin tersebut, termasuk pemeriksaan
sonografi atau kultur cairan amnion untuk menemukan sitomegalovirus.
USG dapat digunakan untuk mendiagnosis infeksi CMV tetapi
terbatas dimana janin sudah
mengalami gejala yang berat
2.6.4 Gejala
Hanya pada individu
dengan penurunan daya tahan dan pada masa pertumbuhan janin sitomegalovirus menampakkan
virulensinya pada manusia. Pada wanita normal sebagian besar adalah
asimptomatik atau subklinik., tetapi bila menimbulkan gejala akan tampak gejala
antara lain:
·
Mononukleosis-like syndrome yaitu demam yang
tidak teratur selama 3 minggu. Secara klinis timbul gejala lethargi, malaise
dan kelainan hematologi yang sulit dibedakan dengan infeksi mononukleosis
(tanpa tonsilitis atau faringitis dan limfadenopati servikal). Kadang-kadang
tampak gambaran seperti hepatitis dan limfositosis atipik. Secara klinis
infeksi sitomegalovirus juga mirip dengan infeksi virus Epstein-Barr dan
dibedakan dari hasil tes heterofil yang negatif. Gejala ini biasanya self
limitting tetapi komplikasi serius dapat pula terjadi seperti hepatitis,
pneumonitis, ensefalitis, miokarditis dan lain-lain. Penting juga dibedakan
dengan toksoplasmosis dan hepatitis B yang juga mempunyai gejala serupa.
·
Sindroma post transfusi. Viremia terjadi 3 – 8
minggu setelah transfusi. Tampak gambaran panas kriptogenik, splenomegali ,
kelainan biokimia dan hematologi. Sindroma ini juga dapat terjadi pada
transplantasi ginjal.
·
Penyakit sistemik luas antara lain pneumonitis
yang mengancam jiwa yang dapat terjadi pada pasien dengan infeksi kronis dengan
thymoma atau pasien dengan kelainan sekunder dari proses imunologi ( seperti
HIV tipe 1 atau 2 ).
·
Hepatitis anikterik yang terutama terjadi pada
anak-anak.
Tidak seperti virus
rubella, sitomegalovirus dapat menginfeksi hasil konsepsi setiap saat lan. Bila
infeksi terjadi pada masa organogenesis ( trimester I ) atau selama periode
pertumbuhan dan perkembangan aktif ( trimester II ) dapat terjadi kelainan yang
serius. Juga didapatkan bukti adanya korelasi antara lamanya infeksi
intrauterin dengan embriopati.
Pada trimester I infeksi
kongenital sitomegalovirus dapat menyebabkan prematur, mikrosefali, IUGR,
kalsifikasi intrakranial pada ventrikel lateral dan traktus olfaktorius,
sebagian besar terdapat korioretinitis, juga terdapat retardasi mental,
hepatosplenomegali, ikterus, purpura trombositopeni, DIC.
Infeksi pada trimester
III berhubungan dengan kelainan yang bukan disebabkan karena kegagalan
pertumbuhan somatik atau pembentukan psikomotor. Bayi cenderung normal tetapi
tetap berisiko terjadinya kurang pendengaran atau retardasi psikomotor.
Meskipun infeksi sitomegalovirus merupakan infeksi yang paling sering terjadi
yaitu 1 % dari seluruh persalinan tetapi hanya 5 – 10 % yang menunjukkan gejala
tersebut diatas pada saat kelahiran.
Mortalitas infeksi
kongenital cukup tinggi yaitu sebesar 20 – 30 % dan dari yang bertahan hidup 90
% akan menderita komplikasi lambat seperti retardasi mental, buta, defisit
psikomotor, tuli dan lain-lain. Gejala lambat juga timbul pada 5 – 15 % dari
mereka yang lahir asimptomatik seperti gangguan pendengaran tipe sensorik
sebelum tahun kedua.
2.7
INFEKSI
SITOMEGALOVIRUS PADA BAYI BARU LAHIR
Infeksi
Sitomegalovirus pada bayi baru lahir adalah suatu penyakit virus yang bisa
menyebabkan kerusakan otak dan kematian pada bayi baru lahir.
2.7.1
Penyebab
Sitomegalovirus kongenitalis terjadi jika virus dari
ibu yang terinfeksi menular kepada janin yang dikandungnya melalui plasenta
(ari-ari). Infeksi pada ibu mungkin tidak menimbulkan gejala sehingga ibu tidak
menyadari bahwa dia sedang menderita infeksi sitomegalovirus.
Sesudah lahir, bayi bisa tertular oleh infeksi
sitomegalovirus melalui ASI atau transfusi darah.
Bayi cukup umur yang ibunya terinfeksi
sitomegalovirus, tidak menimbulkan gejala dan bayi yang diberi ASI terlindung
oleh antibodi yang terkandung di dalam ASI.
Bayi prematur yang tidak mendapatkan ASI dan menjalani
transfusi darah yang terkontaminasi, akan menderita infeksi yang berat karena
mereka tidak memiliki antibodi.
2.7.2
Gejala
Kebanyakan bayi yang menderita sitomegalovirus
kongenitalis tidak menunjukkan gejala. Hanya 10% yang menunjukkan gejala-gejala
berikut:
·
Berat badan lahir rendah
·
Mikrosefalus (kepala kecil)
·
Kejang
·
Ruam kulit (peteki/bintik-bintik kecil berwarna
keunguan)
·
Jaundice (sakit kuning)
·
Ubun-ubun menonjol
·
Pembesaran hati dan limpa (hepatosplenomegali)
·
Peradangan retina
·
Kalsifikasi intrakranial (pengendapan mineral di dalam
otak).
30% dari bayi tersebut meninggal.Lebih dari 90% bayi
yang selamat dan 10% dari bayi yang tidak menunjukkan gejala, di kemudian hari
akan mengalami kelainan saraf dan otak (diantaranya tuli, keterbelakangan
mental dan gangguan penglihatan).
Bayi yang terinfeksi setelah lahir bisa menderita
pneumonia, pembesaran dan peradangan hati serta pembesaran limpa.
2.7.3
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil
pemeriksaan fisik serta riwayat infeksi sitomegalovirus pada ibu ketika hamil.
Untuk memperkuat diagnosis bisa dilakukan pembiakan terhadap contoh air kemih
atau darah.
Pemeriksaan
yang biasa dilakukan:
·
Analisa air kemih untuk mencari badan inklusi virus
·
Titer antibodi terhadap sitomegalovirus pada ibu dan
bayi
·
Rontgen kepala (menunjukkan adanya kalsifikasi
intrakranial)
·
Kadar bilirubin (untuk menilai beratnya jaundice dan
kerusakan hati)
·
Funduskopi (bisa menunjukkan adanya korioretinitis)
·
Hitung darah lengkap (bisa menunjukkan adanya anemia)
·
Rontgen dada (untuk menunjukkan pneumonia).
2.7.4
Pengobatan
Tidak ada pengobatan khusus untuk infeksi
sitomegalovirus pada bayi.
Anti-virus gancyclovir tidak diberikan karena memiliki
efek samping yang berbahaya bagi bayi. Pengobatan ditujukan kepada terapi fisik
dan pemilihan sekolah khusus untuk anak-anak yang menderita keterbelakangan
psikomotorik.
2.7.5
Prognosis
Jika tidak terbentuk kalsifikasi di dalam otak, maka
kecil kemungkinannya akan terjadi keterbelakangan mental. Adanya kalsifikasi
menunjukkan kemungkinan terjadinya keterbelakangan psikomotor.
0 comments:
Post a Comment