BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Standarisasi merupakan sarana penunjang yang sangat penting
artinya sebagai salah satu alat yang efektif dan efisien guna menggerakkan
kegiatan organisasi, dalam meningkatkan produktifitas dan menjamin mutu produk
dan / atau jasa, sehingga dapat mingkatkan daya saing, melindungi konsumen,
tenaga kerja, dan masyarakat baik keselamatan maupun kesehatannya. (Djoko
Wijono, 1999 : 623).
Masalah kematian dan kesakitan ibu di Indonesia masih
merupakan masalah besar. Angka kematian ibu ( AKI) yang menurut SKRT 1986
adalah 450 per 100.000 kelahiran hidup, mengalami penurunan yang lambat, yaitu
menjadi 373 per 100.000 kelahiran hidup (SKRT 1995). Angka ini 3-6 kali lebih
besar dari Negara diwilayah ASEAN dan lebih dari 50 kali dari angka dinegara
maju.
Angka kematian bayi (AKB) di indinesia, menurut hasil Survey
Demografi Kesehatan Indonesia 1997 adalah 52/100 kelahiran hidup, dengan Angka
Kematian Neonatal 25 per 1000 kelahiran hidup. Dibandingaka Negara ASEAN
lainnya, AKB indonesia2-5 kali lebih tinggi. Menurut Survey Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) 1995, gangguan perinatal merupakan penyebab utama kematian bayi
(33,5%) di luar pulau jawa – bali dan merupakan penyebab kematian kedua (26,9%)
diluar jawa – bali.
Standar pelayanan kebidanan dapat pula digunakan untuk
menentukan kompetensi yang diperlukan bidan dalalm menjalani praktek
sehari-hari. Standar ini juga dapat digunakan sebagai dasar untuk menilai
pelayanan, menyusun rencana pelatihan dan pengembangan kurikulum pendidikan.
Selain itu, standar pelayanan dapat membantu dalam penentuan kebutuhan
operasional untuk penerapannya , misalnya kebutuhan akan pengorganisasian ,
mekanisme, peralatan dan obat yang diperlukan. Ketika audit terhadap pelaksana
kebidanan dilakukan, maka berbagai kekurangan yang berkaitan dengan hal-hal
tersebut akan ditemukan sehingga perbaikannya dapat dilakukan secara lebih
spesifik. Salah satu indikator keberhasilan pelayanan kesehatan perorangan di puskesmas adalah kepuasan pasien.
(Djoko Wijono, 1999 : 623).
1.2
Tujuan Penelitian
1) Tujuan
Umum
Untuk mengetahui Standar Pelayanan persalinan di BPS Ny.
Yayuk Kuntarti, Amd.keb
2) Tujuan
Khusus
a. Mengetahui Standar – Standar apa
saja yang dapat meningkatkan pelayanan yang bermutu
b. Mengidentifikasi Standar Masukan di
BPS Ny. Sri Yayuk Kuntarti, Amd.keb.
c. Mengidentifikasi Standar Lingkungan
di BPS Ny. Yayuk Kuntarti, Amd.keb.
d. Mengidentifikasi Standar Proses di
BPS Ny. Yayuk Kuntarti, Amd.keb
1.3
Manfaat Penelitian
1) Bagi
Kelompok
a. Peneliti dapat menambah wawasan
baru, pengalaman serta meningkatkan pengetahuan tentang meningkatkan mutu
pelayanan di BPS.
b. Dapat menjadi acuan penelitian
selanjutnya.
2) Bagi
Instansi Pendidikan
a.
Sebagai
sumber materi ilmiah.
b. Sebagai sumber pengembangan ilmu
kebidanan.
3) Bagi
Tempat Penelitian
a.
Sebagai
acuan dalam meningkatkan pelayanan yang bermutu.
b. Dapat memberikan kepuasan kepada
pasien.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Standar Pelayanan Kebidanan
Untuk dapat
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan standar di bawah ini perlu
dipantau serta dinilai secara objektif dan berkesinambungan. Apabila ditemukan
penyimpangan perlu segera di perbaiki. Sesuai dengan peranan yang dimiliki oleh
masing-masing unsur palayanan kesehatan standar dalam program menjaga mutu
dapat dibedakan atas 2 macam.
2.2 Standar Persyaratan Minimal
a.
Standar Masukan
(INPUT)
1.
Standar of
personel
Kriteria standar of personel dalam
persalinan di BPS Yayuk Kuntarti, Amd. Keb
1. Lulusan D3
2. Sebagai pegawai
puskesmas
3. Sebagai bidan BPS
4. Bidan Delima
2.
Standar of
fasilitas
No
|
Jenis alat
|
jumlah
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
|
2 klem Kelly
Gunting tali pusat
Benang tali pusat
Kateter nelaton
Gunting episiotomi
Alat pemecah selaput ketuban
atau ½ kocher
2 pasang sarung tangan DDT
Kasa atau kain kecil
Tabung suntik 2 ½ atau 3 ml
dengan jarum IM sekali pakai
Kateter
penghisap De Lee
Patograf
Kertas kosong atau formulir rujukan
Pena
Termometer
Pita pengukur
Doppler
Jam yang mempunyai detik
Stetoskop
Tensimeter
Larutan klorin
Sabun dan deterjen
Sikat kuku dan penggunting
kuku
Celemek
Kain plastik untuk alas ibu
bersalin
Kantong plastik
3 botol larutan ringer laktat
500 ml
Set infus
2 kateter intravena ukuran
16-18 G
2 ampul metil ergometrin
malet 0,2 mg
3 ampul oksitosin 10 U
10 misoprostol
2 vial larutan magnesium
sulfat 40%
2 buah alat suntik sekali
pakai ukuran 21/2 ml
Bahan –bahan untuk penjahitan
episiotomi
1 buah alat suntik sekali
pakai 10 ml beserta jarumnya
20 ml larutan lidokain 1%
Pemegang jarum
Pinset
Jarum jahit
Benang catgut
1 pasang sarung tangan DDT
|
2 pasang
2 buah
2 bungkus
2 buah
2 buah
2 buah
2 pasang
ada
1 bok
2 buah
1 lembar
1 lembar
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 bak
1 buah
1 buah
2 buah
2 buah
3 buah
3 buah
2 buah
1 dos
1 dos
10 buah
2 buah
2 buah
1 buah
Ada
2 buah
2 buah
1 bungkus
2 bungkus
1 pasang
|
(sarwono
prawirohardjo, 2007 : 102)
Standar fasiltas di BPS Ny. Yayuk
Kuntarti, Amd. Keb.
Jenis alat
|
Ju mlah
|
1. 2 klem
kelly
2. Gunting tali pusat
3. Benang tali pusat
4. Kateter nelaton
5. Gunting episiotomi
6. Alat pemecah selaput ketuban atau ½ kocher
7. Kasa atau kain kecil
8. Tabung suntik 2 ½ atau 3 ml dengan jarum IM sekali pakai
9. Kateter penghisap De Lee
10. Termometer
11. Pita pengukur
12. Doppler
13. Jam yang mempunyai detik
14. Stetoskop
15. Tensimeter
16. Larutan klorin
17. Sabun dan deterjen
18. Celemek
19. Kain plastik untuk alas ibu
bersalin
20. Kantong plastik
21. 3 botol larutan ringer laktat
500 ml
22. Set infus
23. 2 kateter intravena ukuran
16-18 G
24. 2 ampul metil ergometrin
malet 0,2 mg
25. 3 ampul oksitosin 10 U
Bahan –bahan untuk penjahitan
episiotomi
26. 1 buah alat suntik sekali
pakai 10 ml beserta jarumnya
27. 20 ml larutan lidokain 1%
28. Pemegang jarum
29. Pinset
30. Jarum jahit
31. Benang catgut
32. 1 pasang sarung tangan DDT
|
4 pasang
4 buah
Tidak ada (klem tali pusat)
3 buah
4 buah
4 buah
Ada
2 bok
2 buah
4 buah
3 buah
-
3 buah
4 buah
3 buah
Ada
Ada
4 buah
3 buah
2 bungkus
Ada
3 buah
Ada
1 dos
2 dos
2 bok
Ada
4 buah
4 buah
4 bungkus
5 bungkus
2 dos
|
b.
Standar
lingkungan
1.
Standar Organisasi
Banyak upaya telah di lakukan organisasi profesi untuk
tetap meningkatkan kualitas
pelayanan kebidanan antara lain:
a) Mengharuskan
setiap anggotanya untuk mempunyai
standart kompetensi minimal dan terus
meningkatkan katerampilan serta pengetahuan mereka.
b) Pelatihan APN
dalam rangka mengurangi risiko kematian pada ibu melahirkan dan mengurangi
serta menurunkan angka kematian ibu dan anak.
c) IBI tahun 2004,
meluncurkan program bidan delima. Bidan delima merupakan program mencapai
standart pelayanan tinggi sesuai dengan aturan organisasi kesehatan dunia
(WHO), seperti kemampua bidan menolong persalinan sampai asuhan masa nifas,
masa inerval, KB, memperlakukan pasien secara manusiawi
d) IBI selalu
mengupayakan anggotanya dapat meningkatkan kualitas diri dan pelayanannya, baik
untuk jenjang pendidikan bidan maupun kemudahan penyediaan sarana klinik bidan
swasta, seperti menjalin kerja sama dengan organisasi dan badan keuangan untuk
penyediaan kredit modal kerja berupa obat-obatan bebas maupun obat-obatan
kontrasepsi.
e) Memberi
motivasi kepada anggotanya melalui pemberian penghargaan kepada bidan.
Misalnya, IBI DKI memberi penghargaan kepada bidan dengan kriteria ”Bidan
Bersih Berprestasi”, “Bidan Bintang”, “Bidan Sahabat”, “Bidan Delima”.
(Erna juliana simatupang, SKM : 30)
2.
Standar dasar
hukum
a.
UU RI No.23 tahun 1992 tentang
kesehatan
b.
PP No.32 tahun 1996 tentang tenaga
kesehatan
c.
KepMenKes RI
No.900/Menkes/SK/VII/2002/tentang registrasi dan praktik bidan
d.
Keputusan kepala badan kepegawaian
negara No.6 tahun 2004 tentang tunjangan fungsional bidan
e.
Keputusan Menteri Negara pendayaan
aparatur negara No.932/Kep/M.PAN/II/2001 tentang jabatan fungsional bidan dan
angka kreditnya
` (Erna juliana simatupang, SKM : 30)
c.
Standar Proses
Terdapat 4 standar dalam pertolongan
persalinan sebagai berikut:
1. Standar
9: Asuhan Persalinan Kala I
Pernyataan Standar
Bidan
menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai, kemudian memberikan asuhan
dan pemantauan yang memadai, dengan memperhatikan kebutuhan klien, selama
proses persalinan berlangsung.
Proses:
1)
Mengijinkan
ibu untuk memilih orang yang akan mendampinginya selama proses persalinan dan
kelahiran.
Kenyataan diBPS: bidan mengijinkan ibu untuk memilih
orang yang akan mendampinginya selama proses persalinan dan kelahiran.
2)
Segera
mendatangi ibu hamil ketika diberitahu bahwa persalinan sudah mulai/ ketuban
sudah pecah.
Kenyataan diBPS: bidan mendatangi ibu hamil ketika
diberitahu bahwa ketuban sudah pecah.
3)
Cuci
tangan dengan sabun air bersih yang mengalir, kemudian keringkan hingga
betul-betul kering dengan handuk bersih setiap kali sesudah dan setelah kaontak
dengan pasien. (kuku harus dipotong
pendek dan bersih). Gunakan sarung tangan apapun menangani benda yang
terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh. Gunakan sarung tangan
DTT/steril untuk semua pemeriksaan
vagina.
Kenyataan diBPS: bidan mencuci tangan dengan sabun
air bersih yang mengalir, kemudian mengeringkan dengan handuk bersih setiap
kali sesudah dan setelah kontak dengan pasien. Bidan juga menggunakan sarung
tangan dalam menangani benda yang terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh.
Serta menggunakan sarung tangan DTT/steril
untuk semua pemeriksaan vagina.
4)
Menanyakan
riwayat ibu secara lengkap.
Kenyataan diBPS: bidan menanyakan riwayat ibu secara
lengkap.
5)
Melakukan pemeriksaan fisik secara lengkap (dengan membeerikan perhatian terhadap tekanan darah, denyut jantung janin
(DJJ), frekuensi dan lama kontraksi dan apakah ketuban pecah).
Kenyataan diBPS: bidan melakukan pemeriksaan fisik secara lengkap (dengan membeerikan perhatian
terhadap tekanan darah, denyut jantung janin (DJJ), frekuensi dan lama
kontraksi dan apakah ketuban pecah).
6)
Melakukan
pemeriksaan dalam secara aseptic dan sesuai dengan kebutuhan.(jika his teratur
dan tidak ada hal yang mengkhawatirkan atau his lemah tapi tanda-tanda vital
ibu/janin normal, maka tidak perlu segera dilakukan periksa dalam).
Kenyataan diBPS: Bidan melakukan pemeriksaan dalam secara asptic dan sesuai dengan
kebutuhan
7)
Dalam pemeriksaan dalam cukup setiap empat jam dan selalu
secara aseptic.
Kenyataan diBPS: Dilakukan VT tetapi disesuaikan
dengan keadaan pasien.
8)
Jangan melakukan pemeriksaan dalam jika ada perdarahan dari
vagina yang lebih banyak dari jumlah normal bercak darah/show yang ada pada
persalinan. Perdarahan dalam persalina disebabkan oleh komplikasi septeri
plasenta previa,segera rujuk kepuskesmas atau rumah sakit terdekat (ikuti
langkah yang tercantum dalam standar 16).
Kenyataan diBPS: Bidan tidak melakukan pemeriksaan
dalam jika ada perdarahan dari vagina yang lebih banyak dari jumlah normal
bercak darah/show yang ada pada persalinan.
9)
Catat
semua temuan dan pemeriksaan dengan tepat dan seksama pada kartu ibu dan
partograf pada saat asuhan diberikan. Jika ditemukan komplikasi atau masalah,
segera berikan perawatan yang memadai dan rujuk kepuskesmas / rumah sakit yang
tepat.
Kenyataan diBPS: Bidan mencatat semua temuan dan
pemeriksaan dengan tepat dan seksama pada kartu ibu dan partograf pada saat
asuhan diberikan.serta apabila menemukan komplikasi atau masalah, segera
berikan perawatan yang memadai dan rujuk kepuskesmas / rumah sakit yang tepat.
10)
Catat sema temuan dan pemeriksaan pada fase laten persalinan
pada kartu ibu dan catatan kemajuan persalinan. Ibu harus dievaluasi sedikitnya
setiap 4 jam, lebih jika diindikasikan. Catatan harus selalu memasukkan denyut
jantung janin, periksa dalam, pecahnya ketuban, perdarahan cairan vagina,
kontraksi uterus, tanda-tandavital ibu (suhu, nadi, dan tekanan darah), urin,
minuman, obat-obatan yang diberikan, dan informasi yang berkaitan lainnya serta
semua perawatan yang diberikan.
Kenyataan diBPS: Bidan tidak melakukan pencatatan
karena pada fase laten waktu pemantauannya lama dan kebanyakan pasien datang
sudah pada fase aktif.
11)
Catat
semua temuan pada patograf dan kartu ibu pada ssat ibu datang pada saat fase
aktif (pembukaaan 4 cm atau lebih).
Kenyataan diBPS: Bidan mencatat semua temuan pada
patograf dan kartu ibu pada saat ibu datang pada saat fase aktif (pembukaaan 4
cm atau lebih).
12)
Lengkapi
partograf dengan seksama untuk semua ibu bersalin.
Kenyataan diBPS: Bidan melengkapi partograf dengan
seksama untuk semua ibu bersalin.
13)
Memantau
dan mencatat denyut jantung janin sedikitnya setiap 30 menit selama proses
persalinan, jika ada tanda-tanda gawat janin (DJJ kurang dari 100x/menit atau
lebih dan 180x/menit), harus dilakukan tiap 15 menit.
Kenyataan diBPS: Bidan memantau dan mencatat denyut
jantung janin sedikitnya setiap 30 menit selama proses persalinan, jika ada
tanda-tanda gawat janin (DJJ kurang dari 100x/menit atau lebih dan 180x/menit),
harus dilakukan tiap 15 menit.
14)
Memantau
dan mencatat pada partograf hasil pemeriksaan dalam setiap 4 jam (lebih sering
jika ada indikasi medis).
Kenyataan diBPS: Bidan melakukan pemantau dan
pencatatan pada partograf hasil pemeriksaan dalam setiap 4 jam (lebih sering
jika ada indikasi medis).
15)
Catat
pada partograf kontraksi uterus tiap 30
menit pada fase aktif. Palpasi jumlah dan lamanya kontraksi selama 10 menit.
Kenyataan diBPS: Bidan mencatat pada partograf kontraksi uterus tiap 30 menit pada fase
aktif.palpasi jumlah dan lamanya kontraksi selama 10 menit.
16)
Catat
pada partograf dan amati penurunan kepala janin dengan palpasi abdomen setiap 4
jam dan teruskan setiap periksa dalam.
Kenyataan diBPS: Bidan mencatat pada partograf dan
amati penurunan kepala janin dengan palpasi abdomen setiap 4 jam dan teruskan
setiap periksa dalam.
17)
Pantau
dan catat pada partograf
-
Tekanan
darah setiap 4 jam, lebih sering jika ada komplikasi
-
Suhu
tiap 2 jam, lebih sering jika ada komplikasi
-
Nadi
setiap 4 jam
Kenyataan diBPS: Bidan memantau dan mencatat pada
partograf
-
Tekanan
darah setiap 4 jam, lebih sering jika ada komplikasi
-
Suhu
tiap 2 jam, lebih sering jika ada komplikasi
-
Nadi
setiap 4 jam
18)
Minta
ibu hamil agar sering buang air kecil sedikitnya setiap 2 jam. Catat pada
partograf jumlah pengeluaran urine setiapz kali ibu buang air kecil, dan cata
protein aseton yang ada dalam urine.
Kenyataan diBPS: Bidan menganjurkan pasien untuk
buang air kecil, tetapi pasien tidak mau membuang air kecil dikarenakan pasien
sudah merasa kesakitan.
19)
Anjurkan
ibu untuk mandi dan tetap aktif bergerak seperti biasa, dan memilih posisi yang
dirasakan nyaman; kecuali jika belum terjadi penurunan kepala sementara ketuban
sudah pecah.
Kenyataan diBPS: Bidan menganjurkan ibu untuk tetap
aktif bergerak seperti biasa, dan memilih posisi yang dirasakan nyaman; kecuali
jika belum terjadi penurunan kepala sementara ketuban sudah pecah
20)
Selama proses persalinan, anjurkan ibu untuk cukup minum
guna menghindari dehidrasi gawat janin.
Kenyataan diBPS: Bidan membuatkan pasien air gula dan
menganjurkan ibu untuk cukup minum, guna menghindari dehidrasi gawat janin.
21)
Selama
persalinan, beri dukungan moril dan perlakukan yang baik dan peka terhadap
kebutuhan ibu hamil, suami/keluarga/orang terdekat yang mendampingi. Anjurkan
pada orang terdekat ibu untuk mengambil peran aktif dalam memberikan kenyamanan
dan dukungan kepada ibu selama persalinan.
Kenyataan diBPS: Bidan memberikan dukungan moril dan perlakukan yang
baik dan peka terhadap kebutuhan ibu hamil, suami/keluarga/orang terdekat yang
mendampingi. Menganjurkan pada orang terdekat ibu untuk mengambil peran aktif
dalam memberikan kenyamanan dan dukungan kepada ibu selama persalinan.
22)
Jelaskan
proses persalinan yang sedang terjadi pada ibu, suami dan keluarganya. Beritahu
ibu kemajuan persalinan secara berkala.
Kenyataan diBPS: Bidan menjelaskan proses persalinan
yang sedang terjadi pada ibu, suami dan keluarganya.
23)
Saat
proses persalinan berlangsung, bersiaplah untuk menghadapi kelahiran bayi.
Kenyataan diBPS: Saat proses persalinan berlangsung
bidan bersiaplah untuk menghadapi kelahiran bayi.
24)
Lakukan
lakukan pertolongan persalinan secara bersih dan aman.
Kenyataan diBPS: Bidan melakukan pertolongan
persalinan secar bersih dan aman.
OUT PUT :
a.
Ibu
bersalin mendapat pertolongan darurat yang memadai dan tepat waktu, bila
diperlukan.
Kenyataan diBPS: Bidan dapat memberikan pertolongan
darurat yang memadai dan tepat waktu, serta disesuaikan dengan keadaan seperti
factor ekonomi, geografi,dan social budaya.
b.
Meningkatnya
cakupan persalinan dan komplikasi persalinan dan komplikasi lainnya yang
ditolong tenaga kesehatan terlatih.
Kenyataan diBPS: Menurunkan cakupan persalinan dan komplikasi persalinan serta komplikasi
lainnya yang ditolong tenaga kesehatan terlatih.
Hal ini terbukti dari hasil laporan peningkatan cakupan tiap
bulan.
c.
Berkurangnya
kematian/ kesakitan ibu/ bayi akibat partus lama.
Kenyataan diBPS: Berkurangnya kematian/ kesakitan
ibu/ bayi akibat partus lama.
2. Standar
10: Persalinan Kala II Yang Aman
Pernyataan Standar
Bidan
melakukan pertolongan persalinan yang aman, dengan sikap sopan dan penghargaan
terhadap klien serta memperhatikan tradisi setempat.
PROSES:
1. Menghargai ibu selama proses
persalinan.
Kenyataan diBPS: Bidan menghargai ibu seperti
mendengarkan semua keluh kesahnya dan memberikan motivasi.
2. Mengijinkan ibu memilih orang yang
akan mendampinginya selama proses persalinan dan kelahiran.
Kenyataan diBPS: Bidan mengijinkan ibu untuk memilih
orang yang akan mendampinginya selama proses persalinan dan kelahiran seperti
suami, orang tua dll
3. Memastikan tersedianya ruangan yang
hangat, bersih dan sehat untuk persalinan, dua handuk/kain hangat yang bersih
(satu untuk mengeringkan bayu, yang lain untukan dipakai kemudian), tempat
untuk placenta.
Kenyataan diBPS: Bidan memberikan ruangan yang
hangat, bersih dan sehat untuk persalinan, dua handuk/kain hangat yang bersih
(satu untuk mengeringkan bayu, yang lain untukan dipakai kemudian), tempat
untuk placenta.
4. Cuci tangan dengan sabun dan air
bersih yang mengalir, kemudian keringkan hingga betul-betul kering dengan
handuk bersih.
Kenyataan diBPS: Bidan mencuci tangan dengan sabun
dan air bersih yang mengalir, kemudian mengeringkan dengan handuk bersih.
5.
Bantu
ibu mengambil posisi yang nyaman baginya.
Kenyataan diBPS: Bidan menganjurkan pada ibu untuk
miring kiri karena posisi miring kiri dapat mempercepat penurunan kepala.
6.
Pada
kala II anjurkan ibu untuk meneran hanya jika merasa ingin atau saat kepala
bayi sudah kelihatan.
Kenyataan diBPS: Pada kala II bidan anjurkan ibu
untuk meneran hanya jika merasa ingin atau saat kepala bayi sudah kelihatan.
7.
Pada
kala II, dengarkan DJJ setiap 5 menit setelah his terakhir, irama dan
frekuensinya harus segera kembali normal.
Kenyataan diBPS: Tidak selalu dipantau karena
disesuaikan dengan keadaan pasien
8.
Hindari
peregangan vagina secara manual dengan gerakan menyapu atau menarknya kearah
luar.
Kenyataan diBPS: Bidan melakukan gerakan menyapu
karena dengan gerakan menyapu akan mempercepat pengeluaran kepala
9.
Pakai
sarung tangan DTT, saat kepala bayi kelihatan.
Kenyataan diBPS: Memakai sarung tangan DTT, saat
kepala bayi kelihatan.
10.
Jika
ada kotoran keluar dari rectum, bersihkan dengan kain bersih.
Kenyataan diBPS: Jika ada kotoran keluar dari rectum,
bidan membersihkan dengan kain bersih.
11.
Bantu
kepala bayi lahir perlahan, sebaiknya diantar his.
Kenyataan dipBPS: Bidan membantu mengeluarkan kepala
bayi secara perlahan – lahan.
12.
Begitu
bahu sudah pada posisi anterior-posterior yang benar, bantulah persalinan
dengan cara yang tepat.
Kenyataan diBPS: Begitu bahu sudah pada posisi
anterior-posterior yang benar, bidan melahirkan bahu dengan cara biparietal dan
tehnik POLDA (jempol didada)
13.
Segera
setelah lahir, periksa keadaan bayi, letakkan diperut ibu, dan segera keringkan
bayi dengan handuk bersih dan hangat. Setelah bayi kering, selimuti bayi dengan
handuk bersih dan hangat.
Kenyataan diBPS: Segera setelah lahir, bidan
memeriksa keadaan bayi, dan meletakkan diperut ibu, dan segera keringkan bayi
dengan handuk bersih dan hangat. Setelah bayi kering, selimuti bayi dengan
handuk bersih dan hangat.
14. Minta ibu memegang bayinya. Tali
pusat diklem di dua tempat, lalu potong diantara dua klem dengan gunting tajan
steril/DTT.
Kenyataan diBPS: Bidan melakukan pengekleman dengan
menggunakan klem tali pusat dan pemotongan tali pusat menggunakan gunting tali
pusat
15.
Letakkan
bayi dalam pelukan ibu dan mulai menyusui.
Kenyataan diBPS: Tidak dilakukan karena IMD sulit
diterapkan didaerah pedesaan karena setelah di selimuti, bayi langsung diminta
keluarga untuk di adzanni.
16.
Menghisap
lendr dari jalan nafas bayi selalu diperlukan.
Kenyataan diBPS: Bidan tidak melakukan penghisapan
lender karena akan menyakiti bayi.
17.
Untuk
melahiran plasenta, mulailah langkah-langkah untuk penatalaksanaan manajemen
aktif kala tigayang tercantum distandar 11.
Kenyataan diBPS: Bidan melahiran plasenta dengan
langkah-langkah penatalaksaan manajemen aktif kala tiga.
18.
Pada
saat plasenta sudah dilahirkan lengkap dan uttuh dengan mengikuti
langkah-langkah penatalaksanaan aktif persalinan kala tiga (lihat standr 11),
lakukan masase uterus agar terjadi kontraksi dan pengeluaran gumpalan darah.
Kenyataan diBPS: Pada saat plasenta sudah dilahirkan
lengkap dan uttuh dengan mengikuti langkah-langkah penatalaksanaan aktif
persalinan kala tiga (lihat standr 11), lakukan masase uterus agar terjadi
kontraksi dan pengeluaran gumpalan darah.
19.
Segera
satelah plasenta dikeluarkan, periksa apakah terjadi laserasi pada vagina atau
perineum.
Kenyataan diBPS: Segera satelah plasenta dikeluarkan,
bidan memeriksa apakah terjadi laserasi pada vagina atau perineum.
20.
Perkirakan
jumlah kehilangan darah secara akurat (ingat perdarahan sulit diukur dan sering
diperkirakan lebih sedikit).
Kenyataan diBPS: Bidan memperkirakan jumlah
kehilangan darah secara akurat
21.
Bersihkan
perineum dengan air matang dan tutupi dengan kain bersih/ telah dijemur.
Kenyataan diBPS: Bidan melakukan pembersihan perineum
tapi hanya menggunakan waslap.
22.
Berikan plasenta kepada suami/keluarga ibu.
Kenyataan diBPS: Bidan memberikan plasenta kepada
suami/keluarga ibu setelah dibingkus dengan kendi.
23.
Pastikan agar ibu dan bayi merasa nyaman. Berikan bayi
kepada ibu untuk diberi ASI.
Kenyataan diBPS: Bidan memastikan agar ibu dan bayi
merasa nyaman dan memberikan bayi kepada ibu untuk diberi ASI.
24.
Untuk perawatan bayi baru lihat
standar 13.
Kenyataan diBPS: Bidan melakukan perawatan tali pusat
pada bayi baru lahir.
25.
Catat
semua temuan dengan seksama.
Kenyataan diBPS: Bidan memcatat semua temuan dengan
seksama.
OUT PUT
1.
Persalinan
yang bersih dan aman
Kenyataan diBPS: Bidan memberikan pelayanan
persalinan yang bersih dan aman
2.
Meningkatnya
kepercayaan terhadap bidan
Kenyataan diBPS: Meningkatnya kepercayaan pasien
terhadap bidan
3.
Meningkatnya
jumlah persalinan yang ditolong oleh bidan
Kenyataan diBPS: Meningkatnya jumlah persalinan yang
ditolong oleh bidan
4.
Menurunnya
komplikasi seperti perdarahan postpartum, asfiksia neonatorum, trauma kelahiran
Kenyataan diBPS: Menurunnya komplikasi seperti
perdarahan postpartum, asfiksia neonatorum, trauma kelahiran
5.
Menurunnya
angka sepsis puerpuralis
Kenyataan diBPS: Menurunnya angka sepsis puerpuralis
3. Standar
11: Pengeluaran Plasenta Dan Peregangan Tali Pusat
Pernyataan Standar
Bidan
melakuakn penegangan tali pusat dengan benar untuk membantu pengeluaran
plasenta dan selaput ketuban secara lengkap.
PROSES:
1. Berikan penjelasan pada ibu, sebelum
melahirkan, tetntang prosedur penatalaksanaan aktif persalinan kala tiga
Kenyataan diBPS: Bidan memberikan penjelasan pada
ibu, sebelum melahirkan, tentang prosedur penatalaksanaan aktif persalinan kala
tiga
2.
Masukkan oksiitosin 10 IU IM ke dalm
alat suntik steril menjelang persalinan
Kenyataan diBPS: Bidan memasukkan oksitosin 10 IU IM
ke dalm alat suntik steril menjelang persalinan
3.
Setelah bayi lahir (lihat standar
10). Tali pusat diklem di dua tempat, lalu potong di antara du klem dengan
gunting tajam steril/DTT.
Kenyataan diBPS: Setelah bayi lahir. Tali pusat
diklem di dua tempat, lalu potong di antara du klem dengan gunting tajam
steril/DTT.
4.
Memeriksa fundus uteri untuk
memastikkan kehamilan ganda.
Kenyataan diBPS: Biidan memeriksa fundus uteri untuk
memastikkan kehamilan ganda.
5.
Tunggu uterus berkontraksi, lakukan
penegangan tali pusat terus – menerus sementara tangan kiri menekan uterus
dengan hati-hati kea rah punggung ibu dan kearah atas (dorsokranial). Ulangi
langkah ini tiap kali ada his. Berhati – hati jangan menarik tali pusat
berlebihan karena akan menyebabkan inversion uteri
Kenyataan diBPS: Menunggu uterus berkontraksi,
lakukan penegangan tali pusat terus – menerus sementara tangan kiri menekan
uterus dengan hati-hati kea rah punggung ibu dan kearah atas (dorsokranial).
Ulangi langkah ini tiap kali ada his.
6.
Bila plasenta belum lepas setelah
melakukan manajemen aktif persalinan kala tiga dalam waktu 15 menit:
-
Ulangi
10 unit oksitosin IM
-
Periksa
kandung kemih, lakukan katerisasi bila penuh
-
Beritahu
keluarga untuk persiapan merujuk
-
Teruskan
melakukan penatalaksaan aktif persalinan kala tiga selam 15 menit pertama.
-
Rujuk
ibu bila plasenta tidak lahir setelah 30 menit
Kenyataan diBPS: Bila plasenta belum lepas setelah
melakukan manajemen aktif persalinan kala tiga dalam waktu 15 menit.
7.
Bila sudah ada terasa pelepasan
plasenta, minta ibu untuk meneran sedikit pada saat tali pusat ditegakkan kea
rah bawah kemudian keatas sesuai dengan survey jalan lahir hingga hingga
plasenta tampak pada vulva (jangan mendorong fundus karena dapat mengakibatkan
inversion).
Kenyataan diBPS: Bila sudah ada terasa pelepasan
plasenta, minta ibu untuk meneran sedikit pada saat tali pusat ditegakkan kea
rah bawah kemudian keatas sesuai dengan survey jalan lahir hingga hingga
plasenta tampak pada vulva (jangan mendorong fundus karena dapat mengakibatkan
inversion).
8.
Setelah plasenta tampak divulva,
teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati. Bila perlu, pegang plasenta
dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah jarum jam untuk membantu
pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban.
Kenyataan diBPS: Meneruskan melahirkan plasenta
dengan hati-hati. Bila perlu, pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan
putaran searah jarum jam untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah
robeknya selaput ketuban.
9.
Segera setelah plasenta dan selaput
ketuban dikeluarkan, lakukan masase uterus supaya berkontraksi.
Kenyataan diBPS: Segera setelah plasenta dan selaput
ketuban dikeluarkan, bidan melakukan masase uterus supaya berkontraksi.
10.
Sambil melakukan masase fundus uteri
periksa plasenta dan selaput ketuban untuk memastikan plasenta utuh dan
lengkap.
Kenyataan diBPS: Sambil melakukan masase fundus
uteri, bidan memeriksa plasenta dan selaput ketuban untuk memastikan plasenta
utuh dan lengkap.
11.
Bila plasenta tidak dilahirkan utuh
dan lengkap, ikuti standar 20. Jika terjadi atonia uteri atau perdarahan pasca
persalinan lihat standar 21.
Kenyataan diBPS: Bila plasenta tidak dilahirkan utuh
dan lengkap, mengikuti standar 20. Jika terjadi atonia uteri atau perdarahan
pasca persalinan lihat standar 21.
12.
Perkirakan jumlah kehilangan darah
secara akurat(ingat perdarahan sulit
diukur dan sering diperkirakan lebih sedikit).
Kenyataan diBPSs: Bidan memperkirakan jumlah
kehilangan darah secara akurat
13.
Bersihkan vulva dan perineum dengan
air matang dan tuttup dengan pembalut wanita/ kain bersih/ telah dijemur.
Kenyataan diBPS: Bidan membersihkan vulva dan
perineum dengan waslap dan tuttup dengan pembalut wanita/ kain bersih/ telah
dijemur.
14.
Periksa tanda-tanda vital. Catat
semua temuan dengan seksama. Berikanplasenta kepada suami atau keluarga ibu.
Kenyataan diBPS: Bidan memeriksa tanda-tanda vital.
Catat semua temuan dengan seksama. Berikan plasenta kepada suami atau keluarga
ibu.
15.
Catat semua perawatan dan temuan
dengan seksama.
Kenyataan diBPS: Bidan memcatat semua perawatan dan
temuan dengan seksama.
OUT PUT
1. Menurunkan terjadinya perdarahan
yang hilang pada persalinan kala tiga
Kenyataan diBPS: Menurunkan terjadinya perdarahan
yang hilang pada saat persalinan kala tiga
2. Menurunkan terjadinya atonia uteri
Kenyataan diBPS: Menurunkan terjadinya atonia uteri
3. Menurunkan terjadinya retensio
plasenta
Kenyataan diBPS: Menurunkan terjadinya retensio
plasenta
4. Memperpendek waktu persalinan kala
tiga
Kenyataan diBPS: Memperpendek waktu persalinan kala
tiga
5. Menurinkan terjadinya post partum
akibat salah penanganan kala tiga.
Kenyataan diBPS: Menurinkan terjadinya post partum
akibat salah penanganan kala tiga.
4. Standar
12: Penanganan Kala II dengan Gawat Janin Melalui Episiotomi
Pernyataan
Standar
Bidan
mengenali secara tepat tanda-tanda gawat janin pada kala II yang aman, dan
segera melakukan episiotomy dengan aman untuk memperlancar persalinan, diikuti
dengan penjahitan perineum.
PROSES:
1.
Memperliatkan
alat steril/DTT untuk tindakan ini
2.
Memberitahu
ibu tetang perlunya episiotomy dilakukan dan yang akan dirasakannya.
3.
Kenakan
sarung tangan sreril/DTT
4.
Jika
kepala janin meregangkan perineum, anastesi local diberikan (pada saat his). Masukkan dua jari tangan
kiri kedalam vagina untuk melindungi kepala sbayi, dan dengan tangan kanan
tusukkan jarum sepanjang garis yang akan digunting (sebaiknya dilakukakn insisi
medio-lateral). Sebelum menyuntikannnya, tarik jaruum sedikit (untuk memastikan
jarus tidak menembus pembuluh dararh). Masukan anastesi perlahan-lahan, sambil
menarik alat suntik perlahan sehingga garis yang akan digunting teranastesi.
5.
Tunggu
satu menit agar anastesinya bekerja, lakukan tes kekebalan/ mati rasa
6.
Pada
puncak his berikutnya, lindungi kepala janin seperti diatas, kemudian lakukan
pengguntingan tunggal secar mantap, (sebaiknya medio lateral).
7.
Tangan
kanan melindungi perineum, sementara tangan kiri menahan puncak kepala agar
tidak terjadi defleksi terlalu cepat saat kepala lahir. Minta ibu meneran
diantata dua his, kemudian lahirlah bayi secara normal.
8.
Begitu
bayi lahir, keringkan dan selimuti bayi. Mulai melakukan resusitasi bayi baru
lahir jika diperlukan.(lihat standar 24)
9.
Lahirkan
plasenta dan selaput ketuban secara lengkap mengikutti
langkah-langkahpenatalaksanaan aktif kala tiga, sesuai dengan standar 11.
10.
Periksa
perineum untuk menentukan tingkat luka episiotomy, perluasan episisotomi
dan/atau laserasi
11.
Segera
setelah plasenta dan selaput ketuban dikeluarkan, dengan menggunakan tehnik
aseptic, berikan anastesi local (lidokain
1%), lalu jahit perlukaan dan/atau laserasi dengan peralatan steril/DTT. (lhat standar 12).
12.
Lakukan
jahitan sekitar 1 cm diatas ujung luka episiotomy atau laserasi si dalam
vagina. Lakukan penjahitan secar berlapis. Mulai dari vagina kea rah perineum,
lalu dengan perineum
13.
Sesudah
penjahitan, lakuakan masase uterus untuk memastikan bahwa uterus kontraksi
dengan baik. Pastikan, bahwa tidak ada kasa yang tertinggal I vagina dan
masukan jari dengan hai-hati ke rectum untukmemastikan bahwa penjahitan tidak
menembus dinding rectum. Bila hal tersebut terjadi, lepaskan jahitan dan
lakukan jahit ulang. Lepaskan sarung tangan yang sudah berkontaminasi.
14.
Kenakan
sarung tangan yang bersih, bersihkan perineum dengan air matang, buatlah merasa
bersih dan nyaman. Periksa apakah perdarahan dari daerah insisi sudah berhenti.
Bila perdarahan masih ada, periksa sumbernya. Bila berasal dari luka episiotomy,
temukan titik perdarahan dan segera ikat, jiak bukan, ikuti standar 21.
15. Pastikan ibu diberitahu agar menjaga
perineum tetap bersih dan kering, serta menggunakan pembalut wanita/kain bersih
yang telah dijemur.
16. Catat semua perawatan an temuan
dengan seksama. Ikti standar untuk perawatan postpartum.
OUT PUT
1. Komplikasi segera dideteksi dan di rujuk.
2. Penurunan kejadian infeksi pada Ibu dan bayi baru lahir,
3. Penurunan kelahiran akibat perdarahan pasca perslinan
4.
Pemberian ASI
dimulai 1 jam pertama sesudah persalin.
5.
penurunan
kejadian asfiksia neonatorum berat
6.
Penurunan
kejadian lahir mati pada kala dua
2.
Standar
Penampilan Minimal
Dari standar personel, standar fasilitas,standar
lingkungan serta standar proses dalam proses pertolongan perasalinan di BPS Yayuk Kuntarti, Amd, Keb. di atas sudah
cukup baik di lihat dari alat-alat sudah cukup lengkap dan dalam proses
pertolongan persalinan baik
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Persalinan adalah proses pengeluaran janin serta plasenta dari uterus melalui jalan lahir. Ketika
persalinan dimulai, peranan ibu adalah untuk melahirkan bayinya yaitu dengan cara ibu meneran
apabila ada kontraksi. Peran petugas adalah memantau persalinan dan mendeteksi adanya tanda bahaya
yang akan terjadi saat persalinan, dalam hal itu bidan harus memenuhi
standar persyaratan minimal yaitu standar personel, standar fasilitas, standar proses serta standar lingkungan
sehingga pasien merasa puas dengan pelayanan yang kita berikan dalam pelayanan
kebidanan.
Standart
pelayanan berguna dalam penerapan norma dan tingkat kinerja yang di perlukan
untuk mencapai hasil yang diinginkan. Penerapan standart pelayanan akan
sekaligus melindungi masyarakat, karena penilaian terhadap proses dan hasil
pelayanan dapat dilakukan dengan dasar yang jelas. Dengan adanya standart
pelayanan, yang dapat di bandingkan dengan pelayanan yang diperoleh, maka
masyarakat akan mempunyai kepercayaan yang lebih mantap terhadap pelaksana
pelayanan.
Dari
pembahasan yang kami bahas di atas maka dapat di simpulkan bahwa standart
pelayanan minimal pertolongan persalinan di BPS Yayuk Kuntarti, Amd. Keb. wilayah
kerja puskesmas pakong sudah memenuhi standar. Serta manajemen di BPS sudah
baik dan terencana sehingga mendapatkan output yang baik.
3.2 Saran
Diharapkan
pada mutu pelayanan dibps dapat ditingkatkan untuk menjadi lebih baik lagi.
sehingga masyarakat mendapatkan pelayanan yang memuaskan dan nyaman lebih
bermutu.
0 comments:
Post a Comment