BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Usaha
Kesehatan Sekolah (UKS) adalah usaha untuk membina dan membangun
kebiasaan dan perilaku sehat pada peserta didik
usia sekolah yang dilakukan secara menyeluruh (komprehensif) dan terpadu
(Integrative). Perawat adalah salah satu petugas kesehatan yang terbanyak yang
dapat diandalkan untuk pembinaan UKS.
Pendekatan pelayanan kesehatan adalah proses
keperawatan yang dilaksanakan melalui asuhan keperawatan yang bertujuan
meningkatkan status kesehatan, menurunkan faktor resiko dan membantu dalam
proses rehabilitasi serta perbaikan fungsi tubuh secara optimal. Salah
satu yang memerlukan pelayanan
keperawatan yaitu Komunitas anak – anak sekolah.
Dari kasus diatas ada beberapa aspek yang perlu di
benahi pada TKIT Bina Insani terutama dari segi kesadaran tentang kebersihan.
Oleh sebab itu, saya merasa tertarik sekali untuk mengkaji dan membuat makalah
ini sampai selesai.
B.
TUJUAN
1.
Tujuan Umum
Makalah ini disusun untuk meningkatkan kemampuan
saya dalam membuat asuhan keperawatan dan untuk menggali kepekaan saya dalam
mengidentifikasi masalah keperawatan terutama keperawatan komunitas.
2.
Tujuan Khusus
Makalah yang saya buat ini untuk memenuhi tugas mata
kuliah komunitas. Selain itu untuk melakukan pengkajian sampan Rencana
Keperawatan sesuai dengan kasus.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.
PENGERTIAN
Karies (Gigi
Berlubang) Karies (gigi berlubang) merupakan sisamakanan yang berupa
karbohidrat atau gula yang tertinggal di dalam mulut diuraikan menjadi asam.
Asam inilah yang mengakibatkan proses demineralisasi (hilangnya unusr mineral
ca) pada lapisan email yang terbentuk bercak putih. Inilah awal terjadinya
karies
B.
ANATOMI
Gigi (dentis),
dimana terdapat dua macam gigi yaitu : gigi sementara (gigi susu) yang terdiri
dari 4 gigi insisisvus (gigi seri), 2 gigi caninus (gigi taring), dan 4 gigi
molar (gigi graham) pada setiap rahangnya, dan pada orang dewasa disebut gigi
tetap (gigi permanen) yang terdiri dari 4 gigi insisivus, 2 gigi caninus dan 6
gigi molar pada setiap rahangnya, bagian dari setiap gigi terdiri dari mahkota,
leher dan akar.
C.
ETIOLOGI
Ada empat hal utama yang menyebabkan karies gigi
yaitu:
1. Permukaan
gigi
2. Bakteri
kariogenis (penyebab karies)
3. Karbohidrat
yang di fermentasikan
4. Waktu
D.
PATOFISIOLOGI
Sisa
makanan (gula) pada mulut akbibat mulut tidak bersih
↓
Difermentasikan
oleh bakteri
↓
Asam
↓
Asam
+ bakteri + sisa makanan + air liur (menyatu)
↓
Membentuk
lapisan lengket
↓
Melekat
pada permukaan gigi
↓
Plak
gigi
Zat
asam pada plak
↓
Karomgam
leras gigi larut
↓
Karies
gigi
E.
KLASIFIKASI
Secara umum, ada
dua tipe karies gigi bila dibedakan lokasinya, yaitu karies yang ditemukan di
permukaan halus dan karies di celah atau fisura gigi.
1.
Karies celah dan fisura
Celah
dan fisura adalah tanda anatomis gigi. Fisura terbetnuk saat perkembangan alur,
dan tidak sepenuhnya menyatu, dan membuat suatu turunan atau depresio yang khas
pada struktur permukaan email. Tempat ini mudah sekali menjadi lokasi karies
gigi. Celah yang ada daerah pipi atau bukal ditemukan di gigi graham.
2.
Karies permukaan halus
Ada
tiga macam karies permukaan halus. Karies proksimal, atau dikenal juga sebgai
Karies interproksimal, tebentuk pada permukaan halus antara batas gigi. Karies
akar terbentuk pada permukaan akar gigi. Tipe ketiga karies permukaan halus ini
terbentuk pada permkaan lainnya.
F.
PENTALAKSANAAN
1. Pemeriksaan
Pemeriksaan
yang akan dilakukan oleh dokter gigi adalah pemeriksaan klinis, disertai dengan
pemeriksaan raido grafik bila dibutuhkan, tes sensitivitas pada gigi yang
dicurigai sudah mengalami nekrosisi, dan tes perkusi unuk melihat apakah
infeksi sudah mencapai jaringan penyangga gigi.
2.
Pencegahan
a. Sikat
gigi dengan pasta gigi berfluoride dua kali sehari, pada pagi hari setalah
sarapan dan malam hari sebelum tidur.
b. Lakuakan
flossing sekali dalam sehari untuk mengangkat plak dan sisa makanan yang
tersangkut di antara celah gigi-gigi
c. Hindari
makanan yang terlalu manis dan lengket, juga kurangi minum minuman yang manis
seperti soda.
d. Lakukan
kunjungan rutin ke dokter gigi tiap 6 bulan sekali.
e. Perhatikan
diet pada ibu hamil dan pastikan kelengkapan asupan nutrisi, karena pembentukan
benih gigi dimulai pada awal trimester kedua.
f. Penggunaan
fluoride baik secara local maupun sistemik.
3.
Pentalaksanaan medis
Biasanya
perawatan yang diberikan adalah pemberishan jaringan gigi yang terkena karies
dan penambalan (resorasi). Bahan tambal yang digunakan dapat bermacam-macam,
misalnya resin komposit (penambalan dengan sinar dan bahannya sewarna gigi),
glass ionomer cement, kompomer, atau amalgam (sudah mulai jarang digunakan)
Pada
lubang gigi yang besar dibutuhkan restorasi yang lebih kuat, biasannya
digunakan inlay atau onlay, bahkan mungkin mahkota tiruan. Pada karies yang
sudah mengenai jaringan pulpa, perlu dilakukan perawatan saluran syaraf. Bila
kerusakan sudah terlalu luas dan gigi tidak dapat diperbaiki lagi, maka harus
dilakukan pencabutan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A.
PENGKAJIAN
Setelah dilakukan pengkajian pada kasus TKIT Bina Insani didapat
data-data sebagai berikut :
1. Data epidemologi
a. 13 siswa (16%) pernah mengalami sakit gigi dan 67
siswa (84%) tidak pernah mengalami sakit gigi dalam 3 bulan terakhir
b. 43 siswa (54%) mengalami caries gigidan 37 siswa
(46%) tidak mengalami ceries gigi.
2. Data prilaku dan lingkungan
a. 20 siswa TKIT Bina Insani (25%) mempunyai kebiasaan
selalu jajan es, permen, cokelat, ciki, 6 siswa (7,5%) kadang-kadang makan
jajanan es, permen, cokelat dan ciki.
b. 26 siswa (32,5%) tidak pernah menggosok gigi 2 kali
sehari setelah makan dan sebelum tidur
3. Data edukasi dan organisasi
a. 78 siswa (98%) berpendapat bahwa tidak menggosok
gigi menyebabkan gigi berlubang dan 2 siswa (2%) berpendapat bahwa tidak
menggosok gigi tidak menyebabkan gigi berlubang
b. Belum erdapat pendidikan kesehatan khusus mengenai
perilaku hidup sehat pada siswa manapun pada guru
c. 54 siswa (68%) berpendapat bahwa mereka setuju
untuk menggosok gigi setelah makan dan sebelum tidur dan 16 siswa (32%)
berpendapat bahwa mereka tidak setuju untuk menggosok gigi setelah makan dan
sebelum tidur.
4. Data administrasi dan Kebijakan
a. Belum pernah diadakan penyuluhan tentang cara
mencuci tangan dan gosok gigi yang benar kepada para siswa.
B.
ANALISA DATA
DATA
|
ETIOLOGI
|
MASALAH
|
DS : - 13
siswa (16%) pernah mengalami sakit gigi
DO : - 43
siswa (54%) mengalami carter gigi
-
20
siswa (25%) mempunyai kebiasaan selalu jajan es, permen cokelat, cream, 6 siswa
(7,5%) kadang-kadang makan jajan es permen cokelat dan tuu
|
Kekurangan kendaraan akan pentingnya kebersihan
gigi
|
Resiko tinggi sakit gigi di karenakan caries gigi
|
DS : - Belum
pernah diadakannya penyuluhan tentang cara mencuci tangan dan gosok gigi yang
benar bagi para siswa
DO : - 26 siswa (32,5%) tidak pernah gosok gigi
2 kali sehari setelah makan dan sebelum tidur
-
2
siswa (2%) berpendapat tidak menggosok gigi tidak menyebabkan gigi berklubang
-
Belum
terdapat pendidikan kesehatan khusus mengenai prilaku hidup sehat pada siswa
maupun pada guru
-
16
siswa (32%) berpendapat bahwa mereka tidak setuju untuk menggosok gigi
setelah makan dan sebelum tidur.
|
Kurangnya informasi yang adekuat mengenai gigi
|
Kurangnya pengetahuan tentang pentingnya
kebersihan gigi
|
C.
PRIORITAS MASALAH
I. Resiko tinggi sakit gigi dikarenakan caries gigi
berhubungan dengan kurangnya kesadaran akan pentingnya kebersihan gigi
II. Kurangnya pengetahuan tentang pentingnya kebersihan
gigi berhubungan dengan kurangnya informasi yang adekuat pada guru dan murid.
D.
INTERVENSI
No
|
Diagnosa Keperawatan
|
Intervensi
|
Rasionalosasi
|
I
|
Resiko
tinggi sakit dikarenakan caries gigi berhubungan dengan kurangnya kesadaran
akan pentingnya membersihkan gigi. Dengan kriteria :
DS : - 13 siswa (16%) pernah mengalami sakit
gigi
DO : - 43
siswa (54%) mengalami carter gigi
-
20
siswa (25%) mempunyai kebiasaan selalu jajan es, permen cokelat, cream, 6
siswa (7,5%) kadang-kadang makan jajan es permen cokelat dan tuu
|
- Adakah
pendekatan dan gali untuk lebih
mengenal siswa.
- Berikan
pengertian oada siswa makanan apa saja yang dapat merusak gigi.
- Ajak
diskusi siswa bersama orang tuanya untuk membuat simulasi tentang menggosok
gigi yang menyenangkan.
- Anjurkan
siswa untum membawa bekal dari rumah.
- Berikan
pasta gigi yang rendah fluoride.
|
- Dengan
mengenal siswa akan memudahkan untuk mensosialisasikan PBHS
- Dapat
merubah cara pandang siswa akan pentingnya menyikat menyikat gigi.
- Agar
menyikat gigi menjadi kegiatan yang menyenangkan.
- Agar
makanan siswa dapat terkontrol
- Kelebihan
fluoride dapat menyebabkan kerusakan gigi.
|
II
|
Kurangnya
pengetahuan tentang pentingnya kebersihan gigi berhubungan dengan kurangnya
informasi yang adekuat kepada guru dan murid.
Dengan
kriteria :
DS : - Belum
pernah diadakannya penyuluhan tentang cara mencuci tangan dan gosok gigi yang
benar bagi para siswa
DO : - 26
siswa (32,5%) tidak pernah gosok gigi 2 kali sehari setelah makan dan sebelum
tidur
- 2 siswa (2%) berpendapat tidak menggosok gigi
tidak menyebabkan gigi berklubang
- Belum terdapat pendidikan kesehatan khusus
mengenai prilaku hidup sehat pada siswa maupun pada guru
- 16 siswa (32%) berpendapat bahwa mereka tidak
setuju untuk menggosok gigi setelah makan dan sebelum tidur.
|
- Berikan
penyuluhan tentang gigi
- Simulasikan
cara menggosok gigi yang baik dan benar
- Jadwalkan
2x seminggu menggosok gigi bersama di sekolah.
- Jadwalkan
makan sehat bersama satu kali dalam satu minggu.
|
- Dapat
meningkatkan pengetahuan siswa.
- Siswa
dapat mempraktekan cara menggosok gigi yang bak dan benar
- Membiasakan
siswa untuk menggosok gigi
- Membiasakan
siswa memakan makanan yang bergizi membuat gigi lebih sehat.
- Meningkatkan
kemampuan pengetahuan siswa mengenai kebersihan gigi.
|
BAB
IV
PEMBAHASAN
Setelah melakukan asuhan keperawatan dan
tinjauan teoritis, di temukan beberapa kesenjangan diantaranya :
1. Tahap
pengkajian
Dalam tahap pengjadian ditemukan
banyak data-data pengembangan perilaku kesehatan (mulai dari siswa jarang
menggosok gigi sampai adanya angka kejadian siswa yang mengalami caries gigi),
setelah saya kaji lebih lanjut ternyata hal tersebut dikarenakan kurangnya
pengetahuan mengenai gigi oleh siswa maupun guru.
2. Tahap
diagnisa keperawatan
Tahap ini saya diagnosis mengenai :
Dx I : Resiko
tinggi sakit gigi akibat caries gigi berhubungan dengan kurangnya kesadaran
akan pentingnya kebersihan gigi
Dx II : Kurangnya
pengetahuan tentang PHBS terutama mengenai kebersihan gigi berhubungan dengan
informasi yang tidak adekuat.
3. Tahap
intervensi
Disini saya menitik beratkan pada
penyuluhan mengenai gigi dan simulasi tentang bagaimana membuat kegiatan
menyikat gigi menjadi sangat menyenangkan.
BAB V
KESIMPULAN
Setelah saya
menyelsaikan makalah ini dengan melalui proses penkajian, mendiagnosa masalah
yang terjadi di TKIT Bina Insani dan memprioritaskannya lalu merencanakan
tindakan asuhan keperawatan saya menyimpulkan :
1. Masalah
akan teratasi jika KHa benar-benar melakuakan pendekatan baik secara personal
(antar siswa) maupun institusional.
2. Tindakan
yang paling tepat untuk mengatasi masalah TKIT Bina Insani adalah dengan
memberikan pendidikan kesehatan (dalam hal ini melalui demonstrasi, cerita
bergambar, kuis) agar menarik minat para siswa karena usia mereka masih di usia
sekolah.
3. Masalah
di TKIT Bina Insani bisa di cegah dengan cara meningkatkan pelatihan kepada
para pendidik (khususnya guru TK) agar dapat mensosialisasikan secara nyata
kepada para muridnya.
0 comments:
Post a Comment