Category

Welcome Guys

Pages

Send Quick Massage

Name

Email *

Message *

ads

Saturday, October 10, 2015

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR DI BPS

by Unknown  |  in Makalah at  7:01 PM


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Derajat kesehatan merupakan pilar utama bersama-sama dengan pendidikan dan ekonomi yang sangat erat dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia, sehingga dengan kondisi derajat kesehatan masyarakat yang tinggi diharapkan akan tercipta sumber daya manusia yang tangguh, produktif dan mampu bersaing untuk menghadapi semua tantangan yang akan dihadapi dalam pembangunan disegala bidang.
Berdasarkan data dari WHO, Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia tertinggi di Asia Tenggara. Karenanya, itu menjadi kegiatan  prioritas Departemen Kesehatan pada periode 2005-2010. Hal ini disebabkan oleh belum adanya sistem pendaftaran wajib untuk kelahiran dan kematian di negara kita. Menurut taksiran kasar, angka kematian maternal ialah 6-8 per 1000 kelahiran, angka ini sangat tinggi apabila dibandingkan dengan angka – angka di negara – negara lain, yang berkisar antara 1,5 dan 3 per 10.000 kelahiran hidup (KH). (Prawirohardjo, 2010 : 14).
            Sedangkan pada tahun 2011, Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK) BKKBN DR Sudibyo Alimoesa mengatakan, tingkat kematian ibu saat melahirkan di Indonesia masih tinggi, atau hampir setiap satu jam, dua ibu melahirkan meninggal dunia. "Bila jumlah tersebut ditotal maka dapat dibayangkan dalam satu hari berapa ibu melahirkan yang meninggal dunia". Berdasarkan data dan penelitian tentang kualitas penduduk Indonesia 2011 tercatat Angka Kematian Ibu (AKI atau MMR) masih sebesar 228/100.000 kelahiran hidup. Selanjutnya angka kematian bayi usia 0-11 bulan (AKB-IMR) adalah 34/1.000 kelahiran hidup, kemudian 60 persen penduduk hanya tamat SD atau lebih rendah, angka harapan hidup Indonesia sekitar 68/72 tahun.
(http://regional.kompas.com/read/2012/01/31).
Berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat, AKB dan AKI di Jawa Barat masih berada pada tingkat yang cukup tinggi, pada tahun 2011 AKI 321 kasus per 100.000 kelahiran hidup, dan AKB 44,6 per 1.000 kelahiran hidup. (www.karawangkab.go.id)
Berdasarkan hasil pencatatan dan pelaporan kematian bayi di Indramayu pada tahun 2010 sebanyak 537 bayi, sedangakan pada tahun 2011 yaitu sebanyak 350 bayi yang terdiri dari umur 0-7 hari sebanyak 240 bayi, umur 8-28 hari sebanyak 45 bayi, umur 1-12 bulan sebanyak 65 bayi dan lahir mati sebanyak 167 bayi. Penyebab kematian bayi menurut hasil pencatatan dan pelaporan di Kabupaten Indramayu yaitu 97 bayi atau 27,71% disebabkan karena BBLR, 90 bayi atau 25,71% disebabkan karena Asfiksia, 5 bayi atau 1,43% karena Tetanus Neonatorum (TN), 10 bayi  atau 2,68% karena infeksi, dan 148 bayi atau 42,29% meninggal karena penyebab lainnya, Sementara itu, jumlah kematian ibu pada tahun 2010 terdapat 56 orang dan pada tahun 2011 mencapai 58 kasus yang terdiri dari : 13  kasus atau 23,21% dengan perdarahan, 18 kasus atau 32,14% dengan eklampsia, 5 kasus atau 8,93% dengan infeksi, dan 20 kasus atau 35,71% dengan penyebab lainnya. (Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu, 2011).
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) sebenarnya dapat dicegah apabila ibu hamil mempunyai kesadaran untuk memeriksakan kehamilannya secara berkala ditenaga kesehatan minimal 4 kali, bersalin ditenaga kesehatan (bidan) sesuai standar APN, serta melakukan asuhan nifas dan bayi lahir secara rutin dengan dipantau oleh tenaga kesehatan (bidan). Untuk petugas kesehatan harus memberikan asuhan sesuai dengan standar dan untuk pemerintah yaitu pendekatan akses dan sarana pengadaan pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau apabila terjadi kegawatdaruratan sehingga Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) dapat dicegah.
Dengan demikian  peranan bidan  sangat besar bagi ibu dan bayi dalam  memberikan asuhan  kebidanan secara komperehensif sejak masa kehamilan, persalinan, masa nifas dan asuhan bayi baru lahir sampai dengan 6 minggu serta pelayanan kontrasepsi

B.     Tujuan
1.      Memberikan informasi kepada pembaca tentang Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir serta Perbandingannya dengan di Lapangan
Untuk memnuhi nilai tugas mata kuliah Mutu Pelayanan Kebidanan.


BAB II
TINJAUAN TEORI

A.    Standar Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir
1.      Standar Masukan
Standar masukan ditetapkan pelayanan minimal unsur masukan yang perlu disediakan untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu, yakni jenis, jumlah dan kualifikasi tenaga pelaksana, jenis jumlah dan spesifikasi sarana serta jumlah dana (modal). Jika standar masukan tersebut merujuk pada tenaga pelaksana disebut dengan nama (standard of personal). Sedangkan jika standar tersebut merujuk pada sarana dikenal dengan nama standar sarana (standar of facilities).
a.       Standar tenaga pelaksana (standard of personal) dalam asuhan bayi baru lahir contohnya : Bidan, perawat, dokter anak serta dokter umum.
b.      Standar sarana (Standar of facilities) dalam asuhan bayi baru lahir contohnya : klem, gunting tali pusat, tali pusat, alat resusitasi, dan perlengkapan lain yang menunjang pelaksanaan auhan bayi baru lahir.
2.      Standar Proses
4
 
Pada Standar proses ditetapkan persyaratan minimal unsur proses yang harus dilakukan untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu, yakni garis garis besar kebijakan, pola organisasi serta sistem manajemen yang harus dipatuhi oleh setiap pelaksana pelayanan kesehatan. Standar ini populer dengan sebutan standar organisasi dan manajemen (standar of organization and management). Berikut ini merupakan standar proses dalam pelaksanaan asuhan pada bayi baru lahir.
a.       Membersihkan jalan nafas
Bayi sehat akan menangis dalam 30 detik : tidak perlu dilakukan apa-apa lagi oleh karena bayi mulai bernapas spontan dan watna kulitnya kemerah-merahan. Bila mulut bayi masih belum bersih dari cairan dan lendir, penghisapan lendir diteruskan, mula-mula dari mulut, kemudian dari lubang hidung, supaya jalan napas bebas dan bayi dapat bernapas sebaik-baiknya. (Prawirohardjo, 2010 : 368)
b.      Perawatan tali pusat
Pemotongan dan pengikatan tali pusat menyebabkan pemisahan fisik terakhir antara ibu dan bayi. Pemotongan sampai denyut nadi tali pusat terhenti dapat dilakukan pada bayi normal, sedangkan pada bayi gawat perlu dilakukan pemotongan tali pusat secepat mungkin agar dapat dilakukan resusitasi sebaik-baiknya. Tali pusat dijepit dengan kocher kira-kira 5 cm dan sekali lagi kira-kira 7,5 cm dari pusat. Pemotongan dilakukan diantara kedua penjepit tersebut. Kemudian bayi diletakkan diatas kain bersih atau steril yang hangat atau ditempatkan di tempat tidurnya untuk dilakukan pengikatan tali pusat.
(Prawirohardjo, 2010 : 370)
c.       Mempertahankan suhu tubuh
Keadaan telanjang dan basah pada bayi baru lahir menyebabkan bayi mudah kehilangan panas melalui empat cara yaitu : konduksi (kontak dengan benda padat), konveksi (aliran udara disekitar bayi), evaporasi (penguapan air pada kulit bayi yang basah) dan radiasi (kontak dengan benda secara tidak langsung dengan bayi), (Prawirohardjo 2010 : 367).
d.      Memberi Vitamin K
Di Indonesia 67% dari angka kematian bayi merupakan kematian neonatus dimana salah satu penyebabnya adalah perdarahan akibat defisiensi vitamin K1. pemberian vitamin K1 baik secara IM maupun oral terbukti menurunkan insiden kejadian  perdarahan defisiensi vitamin K1. Dosis pemberian vitamin K1 pada bayi baru lahir 1 mg dosis tunggal secara IM atau oral, diberikan pada waktu bayi baru lahir. (Prawirohardjo, 2010 : 372)
e.       Memberi obat salep mata
Pemberian antibiotik profilaksis pada mata terbukti dapat mencegah terjadinya konjungtivitis. Profilaksis mata yang sering digunakan yaitu tetes silver nitrat 1%, salep mata eritromisin dan salep mata tetrasiklin. Ketiga preparat ini efektif untuk mencegah konjungtivtis gonore. (Prawirohardjo, 2010 : 371)
f.       Identifikasi bayi
Identifikasi dilakukan segera setelah bayi lahir dan ibu masih berdekatan dengan bayinya di kamar bersalin. Sebagian negara mengambil tanda pengenal bayi dari cap jari atau telapak kaki. Akan tetapi pada umumnya tanda pengenal dapat berupa secarik kertas putih atau merah/biru (tergantung pada jenis kelamin bayi) dan disitu ditulis nama keluarga, tanggal dan jam bayi lahir. Kertas ini dimasukkan ke dalam kantong plastik yang dengan pita diikatkan di pergelangan tangan atau kaki bayi. Keterangan yang sama diikatkan pada pergelangan ibu. Pemasangan pita perlu dilakukan sedemikian rupa, sehingga hanya dapat lepas kalau digunting (Prawirohardjo, 2010 : 249)
g.      Pemeriksaan fisik bayi
Tujuan pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir adalah memaksimalkan jumlah informasi yang dikumpulkan, meminimalkan gangguan terhadap bayi baru lahir dan orang tua.
            Evaluasi pemeriksaan fisik meliputi :
1)      Pemeriksaan antropometri, meliputi mengukur panjang badan, lingkar dada dan lingkar kepala bayi.
2)      Evaluasi sistem organ, meliputi pemeriksaan jenis kelamin, kelainan-kelainan pada fisik bayi.
3)      Pemeriksaan neurologis, meliputi pemeriksaan reflek pada bayi.
            (Varney. 2007  ; 921 – 923).
3.      Standar Keluaran
Standar keluaran adalah yang merujuk pada penampilan pelayanan kesehatan yang masih dapat diterima. Standar ini, karena merujuk pada standar keluaran disebut dengan standar keluaran (standar of ouput) atau populer dengan sebutan standar penampilan (standar of performance). Untuk mengetahui apakah mutu pelayanan kesehatan yang diselenggarakan masih dalam batas-batas yang wajar atau tidak, perlu ditetapkan standar keluaran.
BAB III
PEMBAHASAN

Standar masukan pada asuhan bayi baru lahir yang dilaksanakan di Bps Bidan Dewi Nurhayanti, Amd.Keb sudah sesuai dengan standar. Seperti standar tenaga kesehatan (standar of personal) sudah memenuhi standar, karena tenaga pelaksana layanan merupakan tenaga kesehatan yang sudah terlatih dan profesional di bidangnya masing- masing. Sedangakan standar sarana (standar of facilities) tersedia dan dalam keadaan masih layak pakai dan sesuai dengan standar penggunaan.
Standar proses pelaksanaan asuhan bayi baru lahir di Bps Bidan Dewi Nurhayanti, Amd.Keb sudah sesuai dengan standar kewenangan bidan yang tercantum pada Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan mengenai kewenangan normal dalam pelayanan kesehatan anak, yaitu :
1.      Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini (IMD), injeksi vitamin K 1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari), dan perawatan tali pusat
2.      Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk
3.      Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan
4.      Pemberian imunisasi rutin sesuai program Pemerintah
5.      Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah
6.     
8
 
Pemberian konseling dan penyuluhan
7.      Pemberian surat keterangan kelahiran
8.      Pemberian surat keterangan kematian
Standar keluaran dalam asuhan bayi baru lahir merujuk pada penampilan pelayanan kesehatan itu sendiri, hasil standar keluaran ini salah satunya adalah penurunan angka kematian bayi dan semakin meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di desa Lohbener khususnya di Bps Bidan Dewi Nurhayanti, Amd.Keb.


  
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Proses asuhan kebidanan pada bayi baru lahir di Bps Bidan Dewi Nurhayanti Amd.Keb tidak terdapat ketimpangan. Karena proses asuhan kebidanan pada bayi baru lahir di Bps Bidan Dewi Nurhayanti, Amd.Keb sudah memenuhi standar asuhan kebidanan pada bayi baru lahir.


DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu, 2011. Data Angka Kematian Maternal dan Neonatal.
Prawirohardjo, Sarwono, 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Varney, H. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 2. Jakarta : EGC


 --------------------------------------------------------------------------------------------------------
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan penulis pada Ny. E sejak masa kehamilan, bersalin, nifas dan bayi sampai 6 minggu post partum, maka akan dibahas tentang proses Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan, Persalinan, Nifas maupun Bayi Baru Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Lohbener Kabupaten Indramayu Tahun 2012.

A.       Kehamilan
Asuhan kebidanan yang diberikan oleh penulis kepada ibu berdasarkan alur berpikir yang sistematis, yakni mengkaji data-data yang ada, baik data subjektif maupun objektif, kemudian ditetapkan kebutuhan yang akan dipenuhi dengan rencana-rencana asuhan. Dari data-data yang didapat Ny. E berumur 26 tahun, tengah hamil anak kedua dari hasil pernikahan resmi dengan suaminya. Ibu berasal dari keluarga yang tidak mempunyai penyakit menular atau keturunan. Ibu dinyatakan hamil oleh tenaga kesehatan setelah ibu merasa telat haid 2 bulan. Setelah ibu mengetahui bahwa dirinya kini tengah hamil, ia rajin memeriksakan kehamilannya ditenaga kesehatan sejak ibu dinyatakan hamil 8 minggu sampai usia kehamilan memasuki 37 minggu. Ibu telah memeriksakan kehamilannya sebanyak 16 kali. Hal ini telah sesuai dengan kebijakan yang ada untuk Negara berkembang seperti Indonesia bahwa ibu hamil harus memeriksakan kehamilannya minimal 4 kali ke tenaga kesehatan sebagai data yang tercatat (Saifuddin AB, 2005).
Dari data subjektif yang ada Ny. E terakhir haid tanggal 28 Januari 2012. Sehingga pada saat penulis melakukan asuhan kebidanan, usia kehamilan Ny. E telah memasuki usia kehamilan 36 minggu. Dari hasil pemeriksaan ibu dan janin dalam keadaan baik dengan tekanan darah 110/70 mmHg, berat badan 54 kg, Hb 11,2 gr%, protein urin (-), glukosa urin (-), TFU 30 cm, DJJ reguler 135 kali/menit. Sesuai kebijakan pemerintah mengenai asuhan yang harus diberikan pada ibu hamil yang meliputi "14T" diantaranya adalah pemberian Immunisasi Tetanus Toxoid (TT) sebanyak 2 kali,  TT1 pada tanggal 18 April 2012 dan TT2 tanggal 30 Mei 2012.
Pada kasus Ny. E terdapat kesenjangan antara standar asuhan dengan tindakan yang dilakukan karena asuhan yang diberikan yaitu 11T yang seharusnya 14T. Asuhan yang tidak diberikan yaitu :
1.         Senam hamil karena kurang tersedianya media serta ibu menolak untuk melakukannya dengan alasan kesibukan sebagai ibu rumah tangga.
2.         Terapi yodium tidak diberikan karena wilayah domisili ibu bukan merupakan daerah endemis gonok.
3.         Terapi anti-malaria tidak diberikan karena wilayah domisili ibu bukan merupakan daerah endemis malaria.



B.       Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin
Pada saat usia kehamilan 37 minggu, Ny. E beserta keluarga datang ke Puskesmas,  karena Ny. E mengeluh mules-mules dan telah mengeluarkan lendir bercampur darah. Menurut referensi tanda-tanda awal persalinan adalah mules-mules yang datang lebih kuat dan teratur, diikuti dengan keluarnya lendir bercampur darah yang menandakan bahwa jalan lahir telah mulai membuka. Kemudian bidan melakukan pemeriksaan didapati hasil Ny. E  benar telah mengalami proses persalinan. Ny. E terlihat tenang dan tidak ada masalah sebelum menghadapi proses persalinan.
Kala I
Dimulai dari saat pembukaan serviks  sampai pembukaan lengkap (10 cm) Proses ini dibagi menjadi 2 fase, yaitu Fase laten (8 jam) serviks membuka sampai 3 cm. Fase aktif (6-8 jam) serviks membuka dari 4-10 cm. Kontraksi lebih kuat dan sering selama fase aktif (Wiknjosastro, 2005).
Pada jam 09.00 WIB Ny. E sudah ada pembukaan serviks 8 cm, portio tipis lunak, ketuban pecah spontan sisa cairan jernih, tidak ada moladge, kepala berada pada bidang H III, his kuat 5 kali dalam 10 menit lamanya 42 detik. Asuhan lanjutan pada Ny. E  yaitu : pemantauan keadaan ibu, janin dan  kemajuan persalinan sehingga bila ditemukan tanda-tanda komplikasi dapat dilakukan tindakan dini pencegahan dan penanganan kegawatdaruratan oleh bidan.



Kala II
Kala II persalinan dimulai dengan dilatasi lengkap serviks dan di akhiri dengan kelahiran bayi. Tahap ini dikenal dengan kala ekspulsi.
(Varney, 2007 : 751).
Pukul 10.00 WIB dilakukan pemeriksaan untuk memantau kemajuan persalinan dan didapatkan hasil bahwa persalinan Ny. E  normal dengan hasil pemeriksaan dalam : vulva dan vagina tidak ada kelainan, portio tidak teraba, pembukaan lengkap (10 cm), ketuban negatif, sisa air ketuban jernih, kepala H.IV  UUK depan, kontraksi uterus 5 kali dalam 10 menit lamanya 50 detik, DJJ 148 kali/menit, regular. Ibu mengatakan bahwa ia ingin meneran, dan ada tanda-tanda persalinan  yaitu : ada dorongan meneran, tekanan anus, perineum menonjol, dan vulva membuka. Kala II berlangsung selama 20 menit dari pembukaan lengkap, memimpin persalinan sampai lahirnya bayi, jam 10.20 WIB Bayi lahir spontan segera menangis, warna kulit kemerahan, gerakan aktif, jenis kelamin laki-laki berat badan 3000 gram, panjang badan 52 cm.
Kala III
Setelah bayi lahir, kala pelepasan plasenta ini dimulai dari lahirnya bayi sampai lepasnya plasenta berlangsung dalam 6 sampai 15 menit. (Wiknjosastro, 2007 : 185). Lepasnya plasenta ditandai oleh tali pusat memanjang, uterus globuler, dan adanya semburan darah.
Menejemen aktif kala III yaitu menyuntikan oksitosin 10 unit intra muskuler pada 1/3 paha bagian luar ibu segera dalam 1 menit setelah bayi lahir, melakukan penegangan tali pusat terkendali dam memassase uterus setelah plasenta lahir sebanyak 15 kali selama 15 detik. (APN, 2008)
Setelah bayi lahir, maka manajemen aktif kala III segera dilakukan kemudian dilakukan penegangan tali pusat terkendali, jam 10.25 WIB. Plasenta lahir spontan lengkap, berlangsung selama 5 menit dengan jumlah darah yang keluar ± 100 cc.
Kala IV
Kala IV adalah pemantauan ibu 2 jam post partum pada 1 jam pertama dilakukan obervasi tiap 15 menit, dan pada 1 jam kedua observasi dilakukan tiap 30 menit. Pemantauan yang dilakukan pada 2 jam post partum meliputi : tekanan darah, nadi, suhu, kontraksi uterus, kandung kemih, dan pendarahan. (APN, 2008).
Setelah proses persalinan selesai maka bidan  memantau  kondisi  Ny. E  selama 2 jam, dan  selama 2 jam tersebut melakukan pemantauan tanda-tanda vital, perdarahan, menilai kontraksi dan memberikan vitamin A 200.000 iu. Dari hasil tersebut keadaan ibu baik, tanda-tanda vital normal, kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong dan tidak terdapat perdarahan.
Secara keseluruhan pasien Ny. E berlangsung normal tanpa ada penyulit dan hasil pengkajian dalam batas normal.




C.       Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
Masa nifas (peurperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Lama nifas ini yaitu 6 minggu. (Saifuddin, 2006:122).
Tujuan kunjungan 2 sampai 6 jam postpartum adalah mencegah perdarahan, memberi konseling kepada ibu dan keluarga tentang bagaimana cara mencegah perdarahan dengan cara melakukan massase, pemberian ASI awal, memfasilitasi ibu melakukan hubungan dengan bayi, menganjurkan untuk tidak menahan BAK dan BAB, cara perawatan luka, istirahat yang cukup dan personal hygiene. Tujuan asuhan nifas 2 hari adalah untuk memastikan proses involusi berjalan normal dan laktasi. Tujuan 6 hari nifas adalah untuk memastikan proses involusi berjalan normal dan laktasi. Tujuan 2 minggu nifas adalah untuk memastikan proses involusi berjalan normal, TFU sudah tidak teraba, ASI lancar, konseling KB dan memastikan tidak ada diastasis rektus abdominalis. Tujuan 6 minggu nifas adalah untuk mengetahui laktasi dan memberikan pelayanan KB serta memberikan konseling tentang hubungan seksual (Saleha, 2009 : 6).
Pada masa nifas Ny. E mendapatkan asuhan kebidanan sebanyak 6 kali pemeriksaan, 2 jam post partum, 6 jam post partum, 2 hari post partum, 6 hari post partum, 2 minggu post partum dan 6 minggu post partum.
Masa nifas Ny. E  berlangsung normal, tanpa komplikasi dan pengeluaran ASI pun lancar. Selama masa nifas ibu telah menerima konseling tentang istirahat dan tidur, kebersihan diri dan bayi, ASI Eksklusif, kebutuhan nutrisi, tanda-tanda bahaya pada ibu nifas dan tanda-tanda bahaya pada bayi, cara merawat tali pusat, latihan senam nifas, perawatan payudara dan konseling tentang penggunaan kontrasepsi (KB) sedini mungkin dan hubungan seksual. Setelah diberi konseling ibu memilih menggunakan KB jenis suntik 3 bulan, dan untuk berhubungan seksual ibu akan melakukannya setelah menjadi akseptor KB. Pelayanan tersebut sesuai dengan kebijakan mengenai kunjungan nifas, yaitu dilakukan paling sedikit 4 kali dan hasil pengkajian dalam batas normal. (Saifuddin, 2005)

D.       Bayi Baru Lahir
Asuhan segera yang dilakukan pada bayi baru lahir adalah mengeringkan bayi, memotong tali pusat, menjaga kehangatan bayi, pemberian ASI dini (IMD), pencegahan infeksi, pemberian immunisasi. (APN, 2008).
Pada bayi Ny. E asuhan yang dilakukan segera setelah lahir adalah mengeringkan bayi, memotong tali pusat, menjaga kehangatan bayi dengan membungkus bayi dengan kain bersih dan kering kemudian melakukan bonding attachment ibu dengan bayinya.
Pemberian salep mata sebagai upaya profilaksis harus diberikan dalam waktu 1 jam pertama setelah kelahiran, pemberian salep mata tidak efektif jika tidak diberikan dalam 1 jam pertama kehidupan. Untuk mencegah perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir maka perlu diberi vitamin K. (APN, 2008)
Bayi Ny. E diberikan profilaksis mata tetracycline 1 %, dan diberikan vitamin K 1 mg, pada 1 jam pertama. Pada 1 jam kedua setelah persalinan, bayi telah diberikan immunisasi hepatitis HB0. Setelah melakukan pengkajian sampai evaluasi asuhan bayi baru lahir mulai dari 2 jam, 6 jam, 2 hari, 6 hari, 2 minggu dan 6 minggu, maka asuhan yang penulis berikan dari setiap kunjungan dengan memberikan konseling tentang cara menjaga kehangatan dan kebersihan bayi. pemberian ASI, perawatan tali pusat, yaitu dilakukan dengan cara membersihkan dan mengeringkan tali pusat setelah bayi dimandikan dan tidak di bungkus atau di beri apapun. Pada umur 2 hari bayi mengalami penurunan berat badan 3 ons namun ibu telah diberikan konseling bahwa hal tersebut normal pada bayi dan pada 40 hari bayi diberikan immunisasi BCG dan Polio 1.
Setelah melakukan pengkajian sampai evaluasi asuhan bayi baru lahir, 2 jam, 6 jam, 2 hari, 6 hari, 2 minggu sampai dengan 6 minggu, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa bayi dalam keadaan sehat tanpa adanya komplikasi apapun.







0 comments:

Proudly Powered by Blogger.