Category

Welcome Guys

Pages

Send Quick Massage

Name

Email *

Message *

ads

Saturday, October 31, 2015

makalah kesehatan

by Unknown  |  in Makalah at  10:34 PM


BAB I
PENDAHULUAN

A.                Latar Belakang
Kesehatan telah menjadi kebutuhan utama bagi setiap manusia di dunia dalam menjalankan aktivitas hidup. Berdasarkan pengertiannya bahawa keadaan sehat merupakan kondisi dimana seorang, sejahtera secara fisik, mental dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Artinya apabila salah satu dari ketiga unsur tersebut tidak dalam kondisi yang baik (dengan  kata lain sehat) maka akan timbul suatu masalah atau gangguan kesehatan. Hal ini akan sangat merugikan penderita karena akan menurunkan produktifitas terhadap kehidupan  pribadi dan negaranya. Dengan demikian perlu adanya suatu usaha-usaha untuk meningkatkan derajat kesehatan.
Menanggapi hal tersebut, Hippocrates (460-377 SM) muncul sebagai Bapak kedokteran yang menangani kasus kejadian sakit yang menitik beratkan pada kuratif atau metode pengobatan dan penyembuhan. Penyembuhan ini dilakukan setelah terjadi insiden sakit. Akan tetapi setelah perkembangan zaman, penyembuhan melalui bidang kedokteran saja tidak cukup berhasil dalam menyelesaikan masalah kesehatan di masyarakat. Setelah itu muncullah metode preventif yang mengedepankan upaya-upaya pencegahan penyakit. Hal ini dilakukan karena berdasarkan ilmu Epidemiologi atau ilmu pengetahuan yang mengenai distribusi, frekuensi dan determinan masalah kesehatan yang terjadi di masyarakt serta aplikasinya dalam memecahkan masalah kesehatan masyarakat.
Bidang epidemiologi lebih fokus pada pencegahan dan pengendalian penyakit bukan pada teknik pengobatan sekunder dan tersier yang ada dalam ilmu pengobatan tradisional. Pengertian pencegahan secara umum adalah mengambil tindakan terlebih dahulu sebelum kejadian. Dalam mengambil langkah-langkah pencegahan, haruslah didasarkan pada data atau keterangan yang bersumber dari hasil analisis dari epidemiologi. Pencegahan penyakit  berkembang secara terus menerus dan pencegahan tidak hanya ditujukan pada penyakit infeksi saja, tetapi pencegahan penyakit non-infeksi, seperti yang dianjurkan oleh James Lind yaitu makanan sayur dan buah segar untuk mencegah penyakit scorbut. Bahkan pada saat ini pencegahan dilakukan pada fenomena non-penyakit seperti pencegahan terhadap ledakan penduduk dengan keluarga berencana.
Usaha pencegahan penyakit secara umum dikenal berbagai strategi pelaksanaan yang tergantung pada jenis, sasaran serta tingkat pencegahan. Dalam strategi penerapan ilmu kesehatan masyarakat dengan prinsip tingkat pencegahan seperti tersebut di atas, sasaran kegiatan diutamakan pada peningkatan derajat kesehatan individu dan masyarakat,  perlindungan terhadap ancaman dan gangguan kesehatan, penanganan dan pengurangan gangguan serta masalah kesehatan, serta usaha rehabilisasi lingkungan.
 Tujuan pencegahan penyakit adalah menghalangi perkembangan penyakit dan kesakitan sebelum sempat berlanjut. Sehingga diharapkan upaya pencegahan penyakit ini mampu menyelesaikan masalah kesehatan di masyarakat dan menghasilkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

B.                Tujuan
Berdasarkan permasalahan yang telah terpapar diatas maka tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan mengenai pencegahan penyakit dan memahami tingkatan pencegahan serta memahami bagaimana cara dan upaya pencegahan penyakit.













BAB II
PEMBAHASAN

Epidemiologi merupakan ilmu dasar pencegahan dengan sasaran utama adalah mencegah dan menanggulangi penyakit dalam masyarakat. Secara umum, pencegahan yaitu mengambil tindakan terlebih dahulu sebelum kejadian. Tujuan utama pencegahan penyakit adalah menghalangi perkembangan penyakit dan kesakitan sebelum sempat berlanjut kearah yang lebih parah. Konsep pencegahan meluas, mencakup langkah-langkah untuk mengganggu atau memperlambat penyakit atau kelainan.
2.1     Pengertian Pencegahan
Pencegahan adalah mengambil suatu tindakan yang diambil terlebih dahulu sebelum kejadian, dengan didasarkan pada data/keterangan yang bersumber dari hasil analisis epidemiologi atau hasil pengamatan/penelitian epidemiologi (Nasry, 2006). Pencegahan merupakan komponen yang paling penting dari berbagai aspek kebijakan publik (sebagai contoh pencegahan kejahatan, pencegahan penyalahgunaan anak, keselamatan berkendara), banyak juga yang berkontribusi secara langsung maupun tidak langsung untuk kesehatan. Konsep pencegahan adalah suatu bentuk upaya sosial untuk promosi, melindungi, dan mempertahankan kesehatan pada suatu populasi tertentu (National Public Health Partnership,  2006).

2.2              Tingkat pencegahan
Salah satu kegunaan pengetahuan tentang riwayat alamiah penyakit adalah untuk dipakai dalam merumuskan dan melakukan upaya pencegahan. Artinya, dengan mengetahui perjalanan penyakit dari waktu ke waktu serta perubahan yang terjadi di setiap masa/fase tersebut, dapat dipikirkan upaya-upaya pencegahan apa yang sesuai dan dapat dilakukan sehingga penyakit itu dapat dihambat perkembangannya sehingga tidak menjadi lebih berat, bahkan dapat disembuhkan. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan akan sesuai dengan perkembangan patologis penyakit itu dari waktu ke waktu, sehingga upaya pencegahan itu di bagi atas berbagai tingkat sesuai dengan perjalanan penyakit.
Dalam epidemiologi dikenal ada empat tingkat utama pencegahan penyakit, yaitu:
1.      Pencegahan tingkat awal (Priemodial Prevention)
2.      Pencegahan tingkat pertama (Primary Prevention)
3.      Pencegahan tingkat kedua (Secondary Prevention)
4.      Pencegahan tingkat ketiga (Tertiary Prevention)
Pencegahan tingkat awal dan pertama berhubungan dengan keadaan penyakit yang masih dalam tahap prepatogenesis, sedangkan pencegahan tingkat kedua dan ketiga sudah berada dalam keadaan pathogenesis atau penyakit sudah tampak. Bentuk-bentuk upaya pencegahan yang dilakukan pada setiap tingkat itu meliputi 5 bentuk upaya pencegahan sebagai berikut :
1.      Pencegahan tingkat awal (primodial prevention)
·                     Pemantapan status kesehatan (underlying condition)
2.      Pencegahan tingkat pertama (Primary Prevention)
·                     Promosi kesehatan (health promotion)
·                     Pencegahan khusus
3.      Pencegahan tingkat kedua (Secondary Prevention)
·                     Diagnosis awal dan pengobatan tepat (early diagnosis and prompt treatment)
·                     Pembatasan kecacatan (disability limitation)
4.      Pencegahan tingkat ketiga (Tertiary Prevention)
·                     Rehabilitasi (rehabilitation)
Tingkat pencegahan dan kelompok targetnya menurut fase penyakit
Tingkat pencegahan
Fase penyakit
Kelompok target
Primordial
Kondisi normal kesehatan
Populasi total dan kelompok terpilih
Primary
Keterpaparan factor penyebab khusus
Populasi total dan kelompok terpilih dan individu sehat
Secondary
Fase patogenesitas awal
Pasien
Tertiary
Fase lanjut (pengobatan dan rehabilitasi)
Pasien
Sumber : Beoglehole, WHO 1993
Hubungan kedudukan riwayat perjalanan penyakit, tingkat pencegahan dan upaya pencegahan
Riwayat penyakit
Tingkat pencegahan
Upaya pencegahan
Pre-patogenesis
Primordial prevention
Primary prevention
Underlying condition
Health promotion
Specific protection
Patogenesis
Secondary prevention


Tertiary prevention
Early diagnosis and prompt treatment
Disability limitation
Rehabilitation
Sumber : Beoglehole, WHO 1993

Salah satu teori public health yang berkaitan dengan pencegahan timbulnya penyakit dikenal dengan istilah 5 Level Of Prevention Against Diseases. Leavel dan Clark dalam bukunya Preventive Medicine For The Doctor In His Community mengemukakan adanya dua tingkatan dalam proses pencegahan terhadap timbulnya suatu penyakit. Kedua tingkatan utama tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut :
1)                  Fase sebelum sakit
Fase pre-pathogenesis dengan tingkat pencegahan yang disebut pencegahan primer (primary prevention). Fase ini ditandai dengan adanya keseimbangan antara agent (kuman penyakit/ penyebab), host (pejamu) dan environtment (lingkungan).
2)                  Fase selama proses sakit
Fase pathogenesis, terbagi dalam 2 tingkatan pencegahan yang disebut pencegahan sekunder (secondary prevention) dan pencegahan tersier (tertiary prevention).  Fase ini dimulai dari pertama kali seorang terkena sakit yang pada akhirnya memiliki kemungkinan sembuh atau mati. 
Pada dasarnya ada 4 tingkat pencegahan penyakit secara umum, yakni pencegahan tingkat dasar (primordial prevention), pencegahan tingkat pertama (primary prevention) yang meliputi promosi kesehatan dan pencegahan khusus, pencegahan tingkat kedua (secondary prevention) yang meliputi diagnosis dini serta pengobatan yang tepat, dan pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention) yang meliputi pencegahan terhadap terjadinya cacat dan terakhir adalah rehabilitasi. Keempat tingkat pencegahan tersebut saling berhubungan erat sehingga dalam pelaksanaannya sering dijumpai keadaan yang tumpang tindih.
1.                  Pencegahan tingkat Dasar (Primordial Prevention)
Pencegahan tingkat dasar merupakan usaha mencegah terjadinya risiko atau mempertahankan keadaan risiko rendah dalam masyarakat terhadap penyakit secara umum.
Tujuan primordial prevention ini adalah untuk menghindari terbentuknya pola hidup social-ekonomi dan cultural yang mendorong peningkatan risiko penyakit . upaya ini terutama sesuai untuk ditujukan kepada masalah penyakit tidak menular yang  dewasa ini cenderung menunjukan peningkatannya.
Pencegahan ini meliputi usaha memelihara dan mempertahankan kebiasaan atau pola hidup yang sudah ada dalam masyarakat yang dapat mencegah meningkatnya risiko terhadap penyakit dengan melestarikan pola atau kebiasaan hidup sehat yang dapat mencegah atau mengurangi tingkat risiko terhadap penyakit tertentu atau terhadap berbagai penyakit secara umum. Contohnya seperti memelihara cara makan, kebiasaan berolahraga, dan kebiasaan lainnya dalam usaha mempertahankan tingkat risiko yang rendah terhadap berbagai penyakit tidak menular.
Selain itu pencegahan tingkat dasar ini dapat dilakukan dengan usaha mencegah timbulnya kebiasaan baru dalam masyarakat atau mencegah generasi yang sedang tumbuh untuk tidak melakukan kebiasaan hidup yang dapat menimbulkan risiko terhadap berbagai penyakit seperti kebiasaan merokok, minum alkhohol dan sebagainya. Sasaran pencegahan tingkat dasar ini terutama kelompok masyarakat usia muda dan remaja dengan tidak mengabaikan orang dewasa dan kelompok manula. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pencegahan awal ini diarahkan kepada mempertahankan kondisi dasar atau status kesehatan masyarakat yang bersifat positif yang dapat mengurangi kemungkinan suatu penyakit atau factor risiko dapat berkembang atau memberikan efek patologis. Factor-faktor itu tampaknya banyak bersifat social atau berhubungan dengan gaya hidup atau pola makan. Upaya awal terhadap tingkat pencegahan primordial ini merupakan upaya mempertahankan kondisi kesehatan yang positif yang dapat melindungi masyarakat dari gangguan kondisi kesehatan yang sudah baik. Dari uraian diatas dapat dimengerti bahwa usaha pencegahan primordial ini sering kali disadari pentingnya apabila sudah terlambat. Oleh karena itu, epidemiologi sangat penting dalam upaya pencegahan penyakit.
2.                  Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)
Pencegahan tingkat pertama merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi sakit (Eko budiarto, 2001). Pencegahan tingkat pertama (primary prevention) dilakukan dengan dua cara : (1) menjauhkan agen agar tidak dapat kontak atau memapar penjamu, dan (2) menurunkan kepekaan penjamu. Intervensi ini dilakukan sebelum perubahan patologis terjadi (fase prepatogenesis). Jika suatu penyakit lolos dari pencegahan primordial, maka giliran pencegahan tingkat pertama ini digalakan. Kalau lolos dari upaya maka penyakit itu akan segera dapat timbul yang secara epidemiologi tercipta sebagai suatu penyakit yang endemis atau yang lebih berbahaya kalau tumbuldalam bentuk KLB.
Pencegahan tingkat pertama merupakan suatu usaha pencegahan penyakit melalui usaha-usaha mengatasi atau mengontrol faktor-faktor risiko dengan sasaran utamanya orang sehat melalui usaha peningkatan derajat kesehatan secara umum (promosi kesehatan) serta usaha pencegahan khusus terhadap penyakit tertentu. Tujuan pencegahan tingkat pertama adalah mencegah agar penyakit tidak terjadi dengan mengendalikan agent dan faktor determinan. Pencegahan tingkat pertama ini didasarkan pada hubungan interaksi antara pejamu (host), penyebab (agent atau pemapar), lingkungan (environtment) dan proses kejadian penyakit.
Pejamu (host)                    :
perbaikan status gizi, status kesehatan dan pemberian imunisasi.
Penyebab (agent)               :
menurunkan pengaruh serendah mungkin seperti dengan  penggunaan desinfeksi, pasteurisasi, sterilisasi, penyemprotan insektisida yang dapat memutus rantai penularan.
Lingkungan (environment):
perbaikan lingkungan fisik yaitu dengan perbaikan air bersih, sanaitasi lingkungan dan perumahan.

Usaha pencegahan penyakit tingkat pertama secara garis besarnya dapat dibagi dalam usaha peningkatan derajat kesehatan dan usaha pencegahan khusus. Usaha peningkatan derajat kesehatan (health promotion) atau pencegahan umum yakni meningkatkan derajat kesehatan perorangan dan masyarakat secara optimal, mengurangi peranan penyebab dan derajat risiko serta meningkatkan lingkungan yang sehat secara optimal. contohnya makan makanan bergizi seimbang, berperilaku sehat, meningkatkan kualitas lingkungan untuk mencegah terjadinya penyakit misalnya, menghilangkan tempat berkembang biaknya kuman penyakit, mengurangi dan mencegah polusi udara, menghilangkan tempat berkembang biaknya vektor penyakit misalnya genangan air yang menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes atau terhadap agent penyakit seperti misalnya dengan memberikan antibiotic untuk membunuh kuman.
Adapun usaha pencegahan khusus (specific protection) merupakan usaha yang ter-utama ditujukan kepada pejamu dan atau pada penyebab untuk meningkatkan daya tahan maupun untuk mengurangi risiko terhadap penyakit tertentu. Contohnya yaitu imunisasi atau proteksi bahan industry berbahaya dan bising, melakukan kegiatan kumur-kumur dengan larutan Flour untuk mencegah terjadinya karies pada gigi. Sedangkan terhadap kuman penyakit misalnya mencuci tangan dengan larutan antiseptic sebelum operasi untuk mencegah infeksi, mencuci tangan dengan sabun sebelum makan untuk mencegah penyakit diare. Terdapat dua macam strategi pokok dalam usaha pencegahan primer, yakni : (1) strategi dengan sasaran populasi secara keseluruhan dan (2) strategi dengan sasaran hanya terbatas pada kelompok risiko tinggi. Strategi pertama memiliki sasaran lebih luas sehingga lebih bersifat radikal, memiliki potensi yang besar pada populasi dan sangat sesuai untuk sasaran perilaku. Sedangkan pada strategi kedua, sangat mudah diterapkan secara individual, motivasi subjek dan pelaksana cukup tinggi serta rasio antara manfaat dan tingkat risiko cukup baik.
Pencegahan pertama dilakukan pada masa sebelum sakit yang dapat berupa :
a)                  Penyuluhan kesehatan yang intensif.
b)                  Perbaikan gizi dan penyusunan pola menu gizi yang adekuat.
c)                  Pembinaan dan pengawasan terhadap pertumbuhan balita khususnya anak-anak, dan remaja pada umumnya.
d)                 Perbaikan perumahan sehat.
e)                  Kesempatan memperoleh hiburan yang sehat untuk memungkinkan pengembangan kesehatan mental maupu sosial.
f)                   Nasihat perkawinan dan pendidikan seks yang bertanggung jawab.
g)                  Pengendalian terhadap faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi timbulnya suatu penyakit.
h)                  Perlindungan terhadap bahaya dan kecelakaan kerja.
Pencegahan primer merupakan upaya terbaik karena dilakukan sebelum kita jatuh sakit dan ini adalah sesuai dengan “konsep sehat” yang kini dianut dalam kesehatan masyarakat modern.
3.                  pencegahan tingkat kedua (secondary prevention)
            Sasaran utama pada mereka yang baru terkena penyakit atau yang terancam akan menderita penyakit tertentu melalui diagnosis dini untuk menemukan status patogeniknya serta pemberian pengobatan yang cepat dan tepat. Tujuan utama pencegahan tingkat kedua ini, antara lain untuk mencegah meluasnya penyakit menular dan untuk menghentikan proses penyakit lebih lanjut, mencegah komplikasi hingga pembatasan cacat. Usaha pencegahan penyakit tingkat kedua secara garis besarnya dapat dibagi dalam diagnosa dini dan pengobatan segera (early diagnosis and promt treatment) serta pembatasan cacat.
            Tujuan utama dari diagnosa dini ialah mencegah penyebaran penyakit bila penyakit ini merupakan penyakit menular, dan tujuan utama dari pengobatan segera adalah untuk mengobati dan menghentikan proses penyakit, menyembuhkan orang sakit dan mencegah terjadinya komplikasi dan cacat. Cacat yang terjadi diatasi terutama untuk mencegah penyakit menjadi berkelanjutan hingga mengakibatkan terjadinya kecacatan yang lebih baik lagi.  
Salah satu kegiatan pencegahan tingkat kedua adalah menemukan penderita secara aktif pada tahap dini. Kegiatan ini meliputi : (1) pemeriksaan berkala pada kelompok populasi tertentu seperti pegawai negeri, buruh/ pekerja perusahaan tertentu, murid sekolah dan mahasiswa serta kelompok tentara, termasuk pemeriksaan kesehatan bagi calon mahasiswa, calon pegawai, calon tentara serta bagi mereka yang membutuhkan surat keterangan kesehatan untuk kepentingan tertentu ; (2) penyaringan (screening) yakni pencarian penderita secara dini untuk penyakit yang secara klinis belum tampak gejala pada penduduk secara umum atau pada kelompok risiko tinggi ; (3) surveilans epidemiologi yakni melakukan pencatatan dan pelaporan sacara teratur dan terus-menerus untuk mendapatkan keterangan tentang proses penyakit yang ada dalam masyarakat, termasuk keterangan tentang kelompok risiko tinggi. Selain itu, pemberian pengobatan dini pada mereka yang dijumpai menderita atau pemberian kemoprofilaksis bagi mereka yang sedang dalam proses patogenesis termasuk mereka dari kelompok risiko tinggi penyakit menular tertentu.
4.                  pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention)
Pencegahan pada tingkat ketiga ini merupakan pencegahan dengan sasaran utamanya adalah penderita penyakit tertentu, dalam usaha mencegah bertambah beratnya penyakit atau mencegah terjadinya cacat serta program rehabilitasi. Tujuan utamanya adalah mencegah proses penyakit lebih lanjut, seperti pengobatan dan perawatan khusus penderita kencing manis, tekanan darah tinggi, gangguan saraf dan lain-lain serta mencegah terjadinya cacat maupun kematian karena penyebab tertentu, serta usaha rehabilitasi. Rehabilitasi merupakan usaha pengembalian fungsi fisik, psikologis dan sosial seoptimal mungkin yang meliputi rehabilitasi fisik/medis (seperti pemasangan protese), rehabilitasi mental (psychorehabilitation) dan rehabilitasi sosial, sehingga setiap individu dapat menjadi anggota masyarakat yang produktif dan berdaya guna.
Metode Determinan Penyakit
2.3       Determinan Intrinsik Penyakit
 Determinan Faktor Intrinsik pada Penyakit erat hubungan dengan Segitiga Epidemiologi yang dikemukakan oleh Gordon dan La Richt (1950) dalam Timreck (2004), yang menyebutkan bahwa timbul atu tidaknya penyakit pada organisme dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu host, agent dan environment. Gordon dan La Richt mengemukakan bahwa :
a. Penyakit timbul karena ketidakseimbangan antara agent (penyebab) dan host (organisme hidup)
b. Keadaan keseimbangan bergantung pada sifat alami dan karakteristik agent dan host (baik individu maupun kelompok)
c. Karakteristik agent dan host akan mengadakan interaksi, dalam interaksi tersebut akan berhubungan langsung pada keadaan alami pada lingkungan (lingkungan sosial, fisik, ekonomi dan biologis
1. Determinan agen
Agen penyakit dapat berupa benda hidup atau mati dan faktor mekanis. kadang-kadang, untuk penyakit tertentu, penyebabnya tidak diketahui seperti penyakit ulkus peptiku, coronaryheart diseases, dan lain-lain. Menurut Bustan (2006), Agen penyakit dapat diklasifikasikan menjadi lima kelompok yaitu:
1. Agen Biologis
Virus, bakteri, fungi, riketsia, protozoa, dan metazoan.
2. Agen Nutrisi
Protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, dan air.
3. Agen Fisik
Panas, radiasi, dingin, kelembaban, tekanan.
4. Agen Kimiawi
Dapat bersifat endogenous seperti asidosis, diabetes (hiperglikimia), uremia, dan eksogenous seperti zat kimia, allergen, gas, debu, dan lain-lain.
5. Agen Mekanis
Gesekan, benturan, pukulan yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan tubuh.
2.4       Agen
 Proses Perjalanan suatu penyakit bermula dari adanya gangguan keseimbangan antara agen penyakit, host dan lingkungan, sehingga menimbulkan gejala penyakit. Agen penyakit merupakan faktor awal proses terjadinya penyakit, sehingga faktor agen penyakit ini merupakan hal yang sangat penting untuk dipelajari, agar setiap organisme dapat melakukan pencegahan lebih awal terhadap timbulnya suatu penyakit.
Menurut Rajab (2009), menyebutkan bahwa ukuran yang menunjukkan kemampuan agen penyakit untuk mempengaruhi riwayat alamiah penyakit sebagai berikut: (1) infektivitas, (2) patogenesitas, dan (3) virulensi.
1. Infektivitas : kemampuan agen penyakit untuk menyebabkan terjadinya infeksi. Dihitung dari jumlah individu yang terinfeksi dibagi dengan jumlah individu yang terpapar.
2. Patogenesitas : kemampuan agen penyakit untuk menyebabkan penyakit klinis. Dihitung dari jumlah kasus klinis dibagi dengan jumlah individu yang terinfeksi.
3. Virulensi : kemampuan penyakit untuk menyebabkan kematian. Indikator ini menunjukkan kemampuan agen infeksi menyebabkan keparahan (severety) penyakit. Dihitung dari jumlah kasus yang mati dibagi dengan jumlah kasus klinis
2.5       Hubungan antara infeksi dengan penyakit
 Menurut Bustan (2006), mengemukan bahwa Infeksi dan penyakit mempunyai hubungan satu sama lain disebut juga sebuah proses interaksi. Proses terjadinya penyakit disebabkan adanya interaksi antara agen yang merupakan faktor penyebab penyakit, manusia sebagai penjamu atau lebih dikenal dengan Host, dan faktor lingkungan yang mendukung proses interaksi.
Selanjutnya Bustan (2007), mengemukan bahwa Proses interaksi ini dapat terjadi secara individu atau kelompok, karena adanya mikroorganisme yang kontak baik secara langsung maupn tidak secara langsung dengan manusia sebagai penjamu yang rentan, daya tahan tubuh yang rendah dan lingkungan yang tidak sehat yang menyebabkan sakit pada host.
Pada sebuah penelitian tentang kesehatan anak, Mubarak, dkk (1995) mengemukakan bahwa, Infeksi mempunyai konstribusi terhadap defisiensi energi, protein dan zat gizi lainnya karena menurunnya nafsu makan sehingga asupan makan menjadi berkurang. Kebutuhan energi pada saat infeksi bisa mencapai dua kali dari kebutuhan normal karena meningkatnya kebutuhan metabolisme basal.
Dalam riwayat alamiah penyakit infeksi, proses terjadinya infeksi, penyakit klinis, maupun kematian dari suatu penyakit tergantung dari berbagai determinan, baik intrinsik maupun ekstrinsik, yang mempengaruhi penjamu maupun agen kausal. Tergantung tingkat kerentanan (atau imunitas), individu sebagai penjamu yang terpapar oleh agen kausal dapat tetap sehat, atau mengalami infeksi (jika penyakit infeksi) dan mengalami perubahan patologi yang ireversibel.
Dalam epidemiologi penyakit infeksi, individu yang terpapar belum tentu terinfeksi. Hanya jika agen kausal penyakit infeksi terpapar pada individu lalu memasuki tubuh dan sel (cell entry), lalu melakukan multiplikasi dan maturasi, dan menimbulkan perubahan patologis yang dapat dideteksi secara laboratoris atau terwujud secara klinis, maka individu tersebut dikatakan mengalami infeksi.
1.3. Metode Transmisi/Penularan Agen Penyakit
Ketiga faktor ( Host, Agen dan Lingkungan ) terus menerus dalam keadaan berinteraksi satu sama lain. Bila interaksi seimbang terciptalah keadaan sehat, bila terjadi gangguan kesimbangan, muncul penyakit.
Menurut Chandra (2009), mengemukakan bahwa masuknya agent (bibit penyakit) yang dapat menimbulkan penyakit pada host disebabkan oleh agent melalui beberapa macam jalur penularan, sebagai berikut :
1. Inhalasi :
Yaitu masuknya agent dengan perantaraan udara (air borne transmission). Misalnya, terhirup zat-zat kimia berupa gas, uap, debu, mineral, partikel (golongan a-biotik) atau berupa kontak dengan penderita TB (golongan biotik).
2. Ditelan :
Yaitu masuknya agent melalui saluran pencernaan dengan cara memakan atau tertelan. Misalnya minuman keras, obat-obatan, keracunan logam berat.
3. Melalui Kulit :
Yaitu masuknya agent melalui kontak langsung dengan kulit. Misalnya keracunan oleh bahan kosmetika tumbuh-tumbuhan dan binatang.
2. Determinan Host
Menurut Rajab (2009), dijelaskan bahwa faktor pejamu (host) adalah semua faktor yang terdapat pada manusia yang dapat mempengaruhi timbulnya suatu perjalanan penyakit. Host erat hubungannya dengan manusia sebagai makhluk biologis dan manusia makhluk sosial sehingga manusia dalam hidupnya mempunyai dua keadaan dalam timbulnya suatu penyakit yaitu manusia kemungkinan terpajan dan kemungkinan rentan/resisten.
Faktor-faktor yang memegang peranan penting dalam proses kejadian penyakit pada pejamu (host) adalah sebagai berikut :
1. Faktor Keturunan. Ada beberapa penyakit keturunan yang dapat ditularkan dari kedua orang tua (misalnya penyakit asma dan diabetes mellitus).
2. Mekanisme Kekebalan Tubuh/Imunitas. Daya tahan tubuh seseorang tidaklah sama, namun faktor imunitas sangat berperan dalam proses terjadinya penyakit. Imunitas dibagi dalam beberapa kategori, yaitu : Imunitas alamiah, Imunitas didapat dan Kekebalan kelompok.
3. Usia
4. Jenis Kelamin
5. Ras
6. Sosial ekonomi
7. Status Perkawinan
8. Penyakit Terdahulu
9. Nutrisi
2.8       Determinan Ekstrinsik Penyakit
 Determinan Faktor Ekstrinsik pada Penyakit adalah faktor ketiga atau semua faktor luar dari suatu individu yang dapat berupa lingkungan fisik, biologik dan sosial sebagai penunjang terjadinya penyakit. Faktor ini disebut juga faktor ekstrinsik.
1. Iklim
Penularan beberapa penyakit menular sangat dipengaruhi oleh faktor iklim. Menurut Brisbois, dkk (2010), menyebutkan bahwa Parasit dan vektor penyakit sangat peka terhadap faktor iklim, khususnya suhu, curah hujan, kelembaban, permukaan air, dan angin.2 Begitu juga dalam hal distribusi dan kelimpahan dari organisme vektor dan host intermediate. Penyakit yang tersebar melalui vektor (vector borne disease) seperti malaria dan Demam Berdarah Dengue (DBD) perlu diwaspadai karena penularan penyakit seperti ini akan makin meningkat dengan perubahan iklim. Di banyak negara tropis penyakit ini merupakan penyebab kematian utama. Iklim dapat berpengaruh terhadap pola penyakit infeksi karena agen penyakit baik virus, bakteri atau parasit, dan vekor bersifat sensitif terhadap suhu, kelembaban, dan kondisi lingkungan ambien lainnya. Selain itu, WHO juga menyatakan bahwa penyakit yang ditularkan melalui nyamuk seperti DBD berhubungan dengan kondisi cuaca yang hangat. (Sitorus, 2003)
2. Tanah
Tanah adalah merupakan lingkungan biologis semua makluk hidup yang berada disekitar manusia yaitu flora dan fauna, termasuk juga manusia. Misalnya, wilayah dengan flora yang berbeda akan mempunyai pola penyakit yang berbeda. Faktor ini adalah faktor yang baik untuk tumbuh dan berkembangnya bakteri dan virus sebagai penyebab sakit.
3. Peran Manusia
Tahap ini digambarkan sebagai interaksi manusia dengan lingkungan, dimana suatu keadaan terpengaruhnya manusia secara langsung oleh lingkungannya dan terjadi pada saat pra-patogenesis (Periode sebelum manusia sakit terdapat interaksi antara faktor-faktor host, agent dan environment yang berlangsung terus menerus) suatu penyakit, misalnya udara dingin, hujan dan kebiasaan membuat/menyediakan makanan. Akibatnya faktor tersebut akan mempengaruhi agen penyakit, host dan lingkungan secara serentak, sehingga akan mempengaruhi agen penyakit untuk masuk ke dalam tubuh manusia, misalnya pencemaran air sumur oleh kotoran manusia yang akan menyebabkan muntaber (Rajab, 2009).

2.8.      GAMBARAN KEJADIAN PENYAKIT PADA POPULASI
 Perkembangan alamiah suatu penyakit penting artinya untuk menggambarkan perjalanan suatu penyakit, terutama yang berkaitan dengan perkembangan penyakit yang berhubungan dengan keadaan waktu, tempat, dan orang. Maka akan dapat dilakukan berbagai upaya untuk mencegah atau menghentikan perjalanan penyakit tersebut. Semua individu yang berisiko terhadap penyakit/kejadian yang diteliti di dalam suatu kelompok yang diteliti. Contohnya untuk mengukur kejadian penyakit mastitis, population at risk adalah sapi betina produktif, sedangkan sapi jantan, pedet dan sapi betina yang tidak produktif tidak termasuk ke dalamnya karena tidak berisiko terkena mastitis. Dengan mengetahui faktor – faktor resiko yang dilakukan dalam penyelidikan epidemiologi, maka dapat direncanakan program pengembangan pemberantasan penyakit dan usaha–usaha penaggulangan masalah kesehatan secara keseluruhan.
1. Diagnosis Penyakit
Dewasa ini berkembang berbagai macam gangguan kesehatan atau penyakit, baik penyakit menular maupun penyakit tidak menular. Misalnya saja penyakit menular. Penyakit menular dapat saja menjadi kejadian luar biasa atau wabah dalam suatu masyarakat di suatu daerah karena banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran atau penularan suatu penyakit sehingga menjadi suatu kejadian luar biasa. Adanya kejadian luar biasa menjadikan banyak dinas kesehatan di berbagai daerah kewalahan dalam menghadapi hal ini. Oleh sebab itu diadakanlah suatu penyelidikan dan pengumpulan data dengan berbagai tujuan yang dapat diperoleh dan dapat menyelesaikan fenomena yang dihadapi. Diagnosis penyakit dilakukan untuk mendeteksi suatu penyakit, untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang penyakit yang ada di masyarakat, agar masyarakat dapat segera diobati dan tidak menjadi kronis apalagi menular (Chandra, 2009) Pengetahuan tentang diagnosis penyakit tersebut pada sebuah populasi berguna untuk menciptakan lingkungan fisik, sosial, ekonomi, kultural, politik, yang dapat meningkatkah status kesehatan dan kesejahteraan populasi secara keseluruhan.
2. Distribusi kejadian penyakit pada waktu dan daerah tertentu
Distribusi penyakit adalah penyebaran penyakit pada sebuah populasi atau daerah tertentu. Distribusi penyebaran penyakit ini harus dianalisa secara seksama tentang siapa yang terjangkit, kapan terjadinya dan dimana terjadinya penyakit tersebut (Rajab, 2009). Selanjutnya, Rajab, 2009 menggambarkan bahwa seseorang dapat sakit atau terjangkit suatu penyakit sengaja atau tidak sengaja mengadakan penyakit. Proses ini melalui tahapan. Dalam proses ini terdapat enam komponen yang dapat menimbulkan terjadinya penyakit, yaitu : Penyebab penyakit. Bibit penyakit yang dapat menyebabkan penyakit disebut patogen. Reservoar dari agen penyebab adalah habitat normal tempat agen penyakit hidup, tumbuh dan berkembang biak. Cara keluarnya penyebab penyakit dari penjamu (melalui saluran nafas, saluran kemih, pencernaan, kulit dan transplansental). Cara penularan agen ke pejamu baru melalui metode kontak langsung dan droplet (tetes ludah) dan metode tidak langsung, yaitu melalui perantara (seperti nyamuk). Tempat masuk ke dalam pejamu umum sama antara tempat masuk dan keluarnya. Kerentanan/kepekaan pejamu. Faktor imunitas, faktor ketahanan tubuh, malnutrisi, dan sistem imunologi.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan     : Upaya pencegahan yang dapat dilakukan akan sesuai dengan perkembangan patologis penyakit itu dari waktu ke waktu, sehingga upaya pencegahan itu di bagi atas berbagai tingkat sesuai dengan perjalanan penyakit.
Dalam epidemiologi dikenal ada empat tingkat utama pencegahan penyakit, yaitu :
·                     Pencegahan tingkat awal (Priemodial Prevention)
·                     Pencegahan tingkat pertama (Primary Prevention)
·                     Pencegahan tingkat kedua (Secondary Prevention)
·                     Pencegahan tingkat ketiga (Tertiary Prevention)
penanggulangan penyakit menular (control) adalah upaya untuk menekan peristiwa penyakit menular dalam masyarakat serendah mungkin sehingga tidak merupakan gangguan kesehatan bagi masyarakat tersebut. Penanggulangan penyakit menular dapat pula dikelompokan pada tiga kelompok sesuai dengan sasaran utamanya yang meliputi: sasaran langsung melawan sumber penularan atau reservoir, sasaran ditunjukan pada cara penularan penyakit, dan sasaran yang ditunjukan terhadap pejamu dengan menurunkan kepekaan pejamu.


0 comments:

Proudly Powered by Blogger.