Category

Welcome Guys

Pages

Send Quick Massage

Name

Email *

Message *

ads

Saturday, October 31, 2015

Pembengkakan Pada Wajah dan Ekstremitas

by Unknown  |  in Makalah at  10:44 PM


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Penyebab langsung berkaitan dengan kematian ibu adalah komplikasi pada kehamilan, persalinan, dan nifas yang tidak tertangani dengan baik dan tepat waktu. Dari hasil survai (SKRT 2001) diketahui bahwa komplikasi penyebab kematian ibu terbanyak adalah pendarahan, hipertensi dalam kehamilan ( eklamsi), infeksi, partus lama, dan komplikasi keguguran. Angka kematian bayi baru lahir terutama disebabkan oleh antara lain infeksi dan berat bayi lahir rendah. Kondisi tersebut berkaitan erat dengan kondisi kehamilan, pertolongan persalinan yang aman, dan perawatan bayi baru lahir. Bengkak tangan/ wajah pusing, dan dapat diikuti kejang.
Sedikit bengkak pada kaki atau tungkai bawah pada umur kehamilan 6 bulan ke atas mungkin masih normal,. Tetapi, sedikit bengkak pada tangan atau wajah, apa lagi jika disertai tekanan darah tinggi dan sakit kepala ( pusing), sangat berbahaya. Bila keadaan ini dibiarkan maka ibu dapat mengalami kejang-kejang. Keadaan ini disebut keracunan kehamilan atau eklamsi.
Keadaan ini sering menyebabkan kematian ibu serta janin. Bila ditemukan salah satu atau lebih gejala tersebut, ibu harus segera meminta pertolongan kepada bidan terdekat untuk dibawa ke rumah sakit.
1.2  Tujuan
Tujuannya untuk memperoleh kebenaran ilmu pengetahuan atau pemecahan suatu masalah yang pada dasarnya menggunakan metode ilmiah, dan untuk mengetahui pembengkakan pada wajah dan ekstremitas yang biasanya terjadi pada ibu hamil.


BAB II
TEORI

2.1  Pengertian
Edema ialah penimbunan cairan secara umum dan berlebihan dalam jaringan dan biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta pembengkakan kaki, jari tangan dan muka. Edema paling umum terjadi pada feet (tungkai-tungkai) dan legs (kaki-kaki), dimana ia dirujuk sebagai peripheral edema. Pembengkakan adalah akibat dari akumulasi cairan yang berlebihan dibawah kulit dalam ruang-ruang didalam jaringan-jaringan. Organ tubuh mempunyai ruang-ruang interstitial dimana cairan dapat berakumulasi. Akumulasi cairan dalam ruang-ruang udara interstitial (alveoli) dalam paru-paru terjadi pada penyakit yang disebut pulmonary edema.
Sebagai tambahan, kelebihan cairan adakalanya berkumpul dalam apa yang disebut ruang ketiga, yang termasuk rongga-ronga dalam perut (rongga perut atau peritoneal - disebut ascites ) atau di dada (rongga paru atau pleural - disebut pleural effusion). Edema ialah edema biasa yang terjadi pada kehamilan normal sehingga edema bukan tanda pre eklampsi yang dapat dipercaya kecuali jika edema juga dimulai terjadi pada tangan dan wajah. Kadang-kadang edema tidak terlihat jelas pada pemeriksan teapi termanifestasi sendiri dalam bentuk kenaikan berat badan yang mendadak sebanyak 1 kg / lebih dalam seminggu atau 3 kg dalam sebulan adalah indikasi pre eklampsi.
A.    Pitting Edema
Pitting edema dapat ditunjukan dengan menggunakan tekanan pada area yang membengkak dengan menekan kulit dengan jari tangan. Jika tekanan menyebabkan lekukan ang bertahan untuk beberapa waktu setelah pelepasan dari tekanan, edema dirujuk sebagai pitting edema. Segala bentuk dari tekanan, seperti dari karet kaos kaki, dapat menginduksi pitting (lekukan) dengan tipe edema ini.
B.     Non-Pitting Edema
Pada non-pitting edema, yang biasanya mempengaruhi tungkai-tungkai (legs) atau lengan-lengan, tekanan yang digunakan pada kulit tidak berakibat pada lekukan yang gigih. Non-pitting edema dapat terjadi pada penyakit-penyakit tertentu dari sistim lymphatic seperti lymphedema, dimana gangguan dari sirkulasi lymphatic yang mungkin terjadi setelah operasi mastectomy, lymph node, atau congenitally. Penyebab lain dari non-pitting edema dari legs disebut pretibial myxedema, yang adalah pembengkakan diatas tulang kering pada beberapa pasien-pasien dengan hyperthyroidism. Non-pitting edema dari legs adalah sulit untuk dirawat. Obat-obat diuretic umumnya tidak efektif, meskipun menaikan legs secara periodik sepanjang hari dan alat-alat penekan mungkin mengurangi pembengkakan.
C.    Idiopathic Edema
Idiopathic edema adalah pitting edema dari sebab yang tidak diketahui yang terjadi terutama pada wanita-wanita pre-menopause yang tidak mempunyai bukti dari penyakit jantung, hati, atau ginjal. Pada kondisi ini, penahanan cairan pertama mungkin terlihat terutama pre-menstrually (tepat sebelum menstruasi), yang adalah mengapa ia adakalanya disebut "cyclical" edema. Pasien-pasien dengan idiopathic edema seringkali mengambil diuretics untuk mengurangi edema dalam rangka untuk mengurangi ketidaknyamanan dari kembung dan pembengkakan. Secara bertentangan, bagaimanapun, edema pada kondisi ini dapat menjadi lebih persoalan setelah penggunaan dari diuretics. Pasien-pasien dapat mengembangkan penahanan cairan sebagai fenomena yang memantul kembali setiap waktu mereka menghentikan diuretics.
Pasien-pasien denga idiopathic edema nampak mempunyai kebocoran dalam kapiler-kapiler (pembuluh-pembuluh darah peripheral kecil yang menghubungkan arteri-arteri dengan vena-vena) sehingga cairan lewat dari pembuluh-pembuluh darah kedalam ruang interstitial yang mengelilingi. Jadi, pasien dengan idiopathic edema mempunyai volume darah yang berkurang, yang menjurus pada reaksi yang khas dari penahanan garam oleh ginjal-ginjal.
a.    Edema leg (kaki) pada pasien-pasien ini dilebih-lebihkan dalam posisi berdiri, karena edema cenderung untuk berakumulasi pada bagian-bagian tubuh yang dekat dengan tanah pada saat itu.
b.    Paien-pasien ini seringkali mempunyai edema sekitar mata-mata (periorbital edema) pada pagi hari karena cairan edema berakumulai selama malam hari sekitar mata-mata mereka ketika mereka tidur terbaring rata.
Pasien-pasien dengan idiopathic edema seringkali menjadi tergantung pada diuretics, dan ketergantungan ini seirngkali sulit untuk dipotong. Periode sepanjang tiga minggu lepas dari diuretics mungkin diperlukan untuk memutus siklus ketergantungan. Penarikan dari diuretics mungkin menjurus pada penahanan cairan yang menghasilkan ketidaknyamanan dan pembengkakan utama. Lebih jauh, ada risiko-risiko yang tertentu yang berhubungan dengan penggunaan diuretics yang berkepanjangan pada individu-individu ini, yang dipersulit oleh kecenderungan untuk meningkatkan dosis-dosis dari diuretics.

2.2  Penyebab Edema
A.    Penyakit sistemik
Penyakit – penyakit systemic yaitu penyakit-penyakit yang mempengaruhi beragam sistim-sistim organ dari tubuh, atau oleh kondisi-kondisi lokal yang melibatkan hanya anggota-anggota tubuh yang dipengaruhi. Penyakit-penyakit systemic yang paling umum yang berhubungan dengan edema melibatkan jantung, hati, dan ginjal-ginjal.
B.     Pemasukan garam dan penahanan garam tubuh (sodium chloride)
Garam yang berlebihan menyebabkan tubuh menahan air. Air ini kemudian bocor kedalam ruang-ruang jaringan interstitial, dimana ia nampak sebagai edema. Orang yang normal dapat mengkonsumsi jumlah-jumlah garam yang kecil atau besar pada makanan tanpa keprihatinan untuk mengembangkan penipisan atau penahanan garam. Pemasukan garam ditentukan oleh pola-pola makanan dan pengeluaran garam dari tubuh dilaksanakn oleh ginjal-ginjal. Ginjal-ginjal mempunyai kapasitas yang besar untuk mengontrol jumlah garam dalam tubuh dengan merubah jumlah garam yang dieliminasi (dikeluarkan) dalam urin. Jumlah garam yang dikeluarkan oleh ginjal-ginjal diatur oleh faktor-faktor hormon dan fisik yang memberi sinyal apakah penahanan atau pengeluaran dari garam oleh ginjal-ginjal adalah perlu.
Jika aliran darah ke ginjal-ginjal berkurang oleh kondisi yang mendasarinya seperti gagal jantung, ginjal-ginjal bereaksi dengan menahan garam. Penahanan garam ini terjadi karena ginjal-ginjal merasa bahwa tubuh memerlukan lebih banyak cairan untuk mengkompensasi aliran darah yang berkurang. Jika pasien mempunyai penyakit ginjal yang mengganggu fungsi ginjal-ginjal, kemampuan untuk mengeluarkan garam dalam urin adalah terbatas. Pada kedua kondisi-kondisi, jumlah garam dalam tubuh meningkat, yang menyebabkan pasien untuk menahan air dan mengembangkan edema.
C.    Kekurangan vena
Vena-vena pada tungkai-tungkai (legs) bertanggung jawab untuk mengangkut darah naik ke vena-vena dari torso, dimana ia kemudian dibalikan ke jantung. Vena-vena dari legs mempunyai klep-klep yang mencegah aliran balik dari darah didalam mereka. Venous insufficiency adalah ketidakmampuan dari vena-vena yang terjadi karena pelebaran atau pembesaran dari vena-vena dan disfungsi dari klep-klep mereka. Ini terjadi, misalnya, pada pasien-pasien dengan varicose veins. Venous insufficiency menjurus pada backup dari darah dan meningkatkan tekanan pada vena-vena, dengan demikian berakibat pada edema dari legs (tungkai-tungkai) dan feet (kaki-kaki).
Edema dari legs juga dapat terjadi dengan episode dari deep vein thrombophlebitis, yang adalah bekuan atau gumpalan darah didalam vena yang meradang. Pada situasi ini, bekuan atau gumpalan pada deep vein menghalangi kembalinya darah, dan dengan konsekwensi menyebabkan tekanan balik yang meningkat pada vena-vena kaki (leg).Venous insufficiency adalah persolan yang terlokalisir pada legs, pergelangan-pergelangan kaki (ankles), dan feet. Satu kaki (leg) mungkin lebih dipengaruhi daripada yang lain (asymmetrical edema). Berlawanan dengannya, penyakit-penyakit systemic yang berhubungan dengan penahanan cairan umumnya menyebabkan jumlah yang sama dari edema pada kedua kaki-kaki (legs), dan dapat juga menyebabkan edema dan pembengkakan ditempat lain dalam tubuh.
Respon pada terapi dengan obat-obat diuretic pada pasien-pasien dengan venous insufficiency cenderung tidak memuaskan. Ini karena berkumpulnya cairan yang terus menerus pada ekstrimitas bagian bawah membuatnya sulit diuretics untuk mengerahkan cairan edema. Pengangkatan tungkai-tungkai (legs) secara periodok sepanjang hari dan penggunaan dari compression stockings mungkin meredakan edema. Beberapa pasien-pasien memerlukan perawatan secara operasi untuk menghilangkan edema yang kronis yang disebabkan oleh venous insufficiency.
D.    Kehilangan protein yang berat dalam urin
Kehilangan protein yang berat dalam urin (lebih 3.0 gram per hari) dengan edema yang menyertainya diistilahkan nephrotic syndrome. Nephrotic syndrome berakibat pada pengurangan pada konsentrasi dari albumin dalam darah (hypoalbuminemia). Karena albumin membantu mempertahankan volume darah pada pembuluh-pembuluh darah, pengurangan cairan pada pembuluh-pembuluh darah terjadi. Ginjal-ginjal kemudian mencatat bahwa ada penipisan atau pengurangan volume darah dan, oleh karenanya, mencoba untuk menahan garam. Dengan konsekwensi, cairan bergerak kedalam ruang-ruang interstitial, dengan demikian menyebabkan pitting edema.


E.     Fungsi ginjal ( renal ) yang terganggu
Pasien-pasien yang mempunyai penyakit-penyakit ginjal yang mengganggu fungsi renal mengembangkan edema karena kemampuan ginjal yang terbatas untuk mengeluarkan sodium kedalam urin. Jadi, pasien-pasien dengan gagal ginjal dari penyakit apa saja akan mengembangkan edema jika pemasukan sodium mereka melebihi kemampuan ginjal-ginjal mereka untuk mengeluarkan sodium. Lebih lanjut gagal ginjalnya, lebih besar persoalan dari penahanan garam kemungkinan terjadi :
Ada beberapa hal yang memicu parahnya edema, yaitu :
1.      Cuaca panas
2.      Berdiri terlalu lama
3.      Kecapekan
4.      Kebanyakan sodium, biasanya pada garam
5.      Kebanyakan cafein
6.      Kurang potassium

2.3  Penyakit yang Menyertai Edema
A.    Penyakit Jantung
Gagal jantung adalah akibat dari fungsi jantung yang buruk dan dicerminkan oleh berkurangnya volume darah yang dipompa keluar oleh jantung, yang disebut cardiac output. Gagal jantung dapat disebabkan oleh kelemahan dari otot jantung, yang memompa darah keluar melalui arteri-arteri ke selurh tubuh, atau oleh disfungsi dari klep-klep jantung, yang mengatur aliran darah antara kamar-kamar (bilik-bilik) jantung. Peningkatan yang berhubungan dalam jumlah cairan dalam pembuluh-pembuluh darah dari paru-paru menyebabkan sesak napas karena cairan yang berlebihan dari pembuluh-pembuluh darah paru-paru bocor kedalam ruang-ruang udara (alveoli) dan interstitium pada paru-paru.
Akumulasi cairan dalam paru-paru ini disebut pulmonary edema. Pada saat yang bersamaan, akumulasi cairan pada kaki-kaki (legs) menyebabkan pitting edema. Edema ini terjadi karena penumpukan dari darah pada vena-vena dari kaki-kaki (legs) menyebabkan kebocoran cairan dari kapialer-kapiler kaki-kaki (pembuluh-pembuluh darah kecil) kedalam ruang-ruang interstitial. Dokter yang memeriksa pasien yang mempunyai gagal jantung congestif dengan penahanan cairan mencari tanda-tanda tertentu. Ini termasuk:
a.    Pitting edema dari legs (kaki-kaki) dan feet (tungkai-tungkai)
b.    Rales pada paru-paru (suara-suara gemercik yang lembab dari cairan yang berlebihan yang dapat didengar dengan stethoscope)
c.    Gallop rhythm (suara-suara tiga jantung sebagai gantinya dari dua yang normal yang disebabkan oleh kelemahan otot), dan
d.   Vena-vena leher yang menggelembung. Vena-vena leher yang menggelembung mencerminkan akumulasi dari darah pada vena-vena yang mengembalikan darah ke jantung.
B.     Penyakit Hati
Pada pasien-pasien dengan penyakit hati yang kronis, fibrosis (luka parut) dari hati seringkali terjadi. Ketika scarring (luka parut) berlanjut, kondisinya disebut sirosis hati. Peripheral edema, yang biasanya terlihat sebagai pitting edema dari legs dan feet, juga terjadi pada sirosis. Edema adalah konsekwensi dari hypoalbuminemia dan ginjal-ginjal yang menahan garam dan air.
Kehadiran atau ketidakhadiran dari edema pada pasien-pasien dengan sirosis dan ascites adalah pertimbangan yang penting pada perawatan dari ascites. Pada pasien-pasien dengan ascites tanpa edema, diuretics harus diberikan dengan perhatian yang ekstra. Diuresis (menginduksi peningkatan volume kencing dengan penggunaan diuretics) yang terlalu agresif atau cepat pada pasien-pasien ini dapat menjurus pada volume darah rendah (hypovolemia), yang dapat menyebakan gagal ginjal dan hati. Berlawanan dengannya, ketika pasien-pasien yang mempunyai keduanya edema dan ascites menjalani diuresis, cairan edema pada ruang interstitial melayani sedikit banyak sebagai penyangga terhadap perkembangan dari volume darah rendah.
C.    Pre eklamsi
Edema ialah edema biasa yang terjadi pada kehamilan normal sehingga edema bukan tanda pre eklampsi yang dapat dipercaya kecuali jika edema juga dimulai terjadi pada tangan dan wajah. Kadng-kadang edema tidak terlihat jelas pada pemeriksan teapi termanifestasi sendiri dalam bentuk kenaikan berat badan yang mendadak sebanyak 1 kg/lebih dalam seminggu atau 3 kg dalam sebulan adalah indikasi pre eklampsi.
Preeklamsia adalah masalah umum yang timbul saat kehamilan. Preeklamsia adalah tingginya tekanan darah dan kelebihan kadar protein dalam urin setelah kehamilan berusia 20 mingu. Pembengkakan (edema) pada wajah dan tangan sering menyertai preeklamsia walaupun tidak selalu merupakan gejala dari preeklamsia karena edema ini terjadi juga pada kehamilan yang normal.

2.4  Penanganan
1.    Tidak berdiri terlalu lama
2.    Rebahan dengan kaki agak terangkat
3.    Sepatu/sandal yang enak, jangan yang berhak tinggi
4.    Pake stocking ketat tapi tidak nyekik, ada yang khusus buat bengkak
5.    Jangan pakai pakaian ketat
6.    Pijit
7.    Minum air putih sebanyak-banyaknya
8.    Kurangi sodium pada garam


2.5  Penatalaksanaan
Terapi edema harus mencakup terapi penyebab yang mendasarinya yang reversibel (jika memungkinkan). Pengurangan asupan sodium harus dilakukan untuk meminimalisasi retensi air. tidak semua pasien edema memerlukan terapi farmakologis ,pada beberapa pasien terapi non farmakologis sangat efektif seperti pengurangan asupan natrium (yakni kurang dari jumlah yang diekskresikan oleh ginjal) dan menaikkan kaki diatas level dari atrium kiri. Tetapi pada kondisi tertentu diuretic harus diberikan bersamaan dengan terapi non farmakologis.
Pemilihan obat dan dosis akan sangat tergantung pada penyakit yang mendasari, berat-ringannya penyakit dan urgensi dari penyakitnya. Efek diuretic berbeda berdasarkan tempat kerjanya pada ginjal. Klasifikasi diuretic berdasarkan tempat kerja :
1.    Diuretic yang bekerja pada tubulus proksimalis
2.    Diuretic yang bekerja pada loop of henle
3.    Diuretic yang bekerja pada tubulus kontortus distal
4.    Diuretic yang bekerja pada cortical collecting tubule
5.    Prinsip terapi edema
6.    Penanganan penyakit yang mendasari
7.    Mengurangi asupan natrium dan air, baik dari diet maupun intravena
8.    Meningkatkan pengeluaran natrium dan air : Diuretik, hanya sebagai terapi paliatif,bukan kuratif, Tirah baring, lokal pressure
9.    Hindari faktor yang memperburuk penyakit dasar, diuresis yang berlebihan menyebabkan pengurangan volume plasma,hipotensi,perfusi yang inadekuat, sehinggga diuretic harus diberikan dengan hati-hati.




BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1  Asuhan kebidanan ibu nifas Ny.R G1P1A0 dengan kasus pembengkakan pada wajah dan ekstremitas
Tanggal           : 5 desember 2011
Waktu                         : 10.00 WIB
A.    Data Subyektif
1.      Biodata
Nama ibu   : Ny. R                                    Nama suami    : Tn.S
Umur                     : 26 tahun        Umur               : 29 tahun
Pendidikan            : SMA             Pendidikan      : SMA
Pekerjaan   : ibu rumah tangga      Pekerjaan          : Wiraswasta
Agama                   : islam              Penghasilan      : 2juta/bulan
Suku bangsa          : jawa               Agama             : islam
                                                      Suku bangsa    : jawa
Alamat                   : jl.wirapati no 33 sindang indramayu
2.      Keluhan utama
Ibu mengatakan ada pembengkakan diwajah , tangan, dan kaki. Disertai  pusing dan merasa lemah.
3.      Riwayat kehamilan
Ibu mengatakan ini kehamilan yang pertama, ibu merasa hamil 9 bulan, tidak pernah abortus,. Gerakan janin sudah dirasakan sejak umur kehamilan 4 bulan. Ibu sudah memeriksakan kehamilannya dirumah bidan. Ibu mendapatkan tablet penambah darah, vitamin  dan imunisasi TT 1 kali. Keluhan ibu saat hamil sekarang adalah mual muntah, pusing-pusing. Ibu juga oernah melakukan perawatan payudara dikarenakan puting susu tenggelam. Ibu tidak pernah minum jamu-jamuan atau obat-obatan terlarang, tidak melorokok, tidak minum-minuman keras dan tidak ada kekhawatiran khusus pada kehamilan ibu.
4.      Riwayat kesehatan ibu dan keluarga
Ibu  dan keluarga tidak pernah menderita penyakit menular seperti : hepatitis, HIV/ AIDS dan TBC. Ibu dan keluarga tidak pernah menderita penyakit berat seperti : darah tinggi, ginjal dan jantung. Ibu dan keluarga tidak pernah menderita penyakit keturunan seperti : asma, kencing manis, serta dan keluarga dari ibu tuidak memiliki keturunan kembar.
5.      Riwayat sosial ekonomi
Status pernikahan ibu sah, pernikahan yang pertama,  usia pernikahan 5 tahun usia saat menikah 20 tahun, kehamilan ini direncanakan hubungan ibu dan suami baik, pengambilan keputusan  suami, pekerjaan sehari-hari dilakukan oleh ibu sendiri baik itu yang ringan maupun yang berat, ibu tidur malam kurang lebih 8 jam, dan ibu jarang tidur siang.
B.     Data Objektif
Keadaan umum           : Baik
Kesadaran                   : Compometis
Tanda- tanda vital       : TD                 :140/90 mmHg
                                                  Nadi              :80x/menit
                                                  Respirasi        :20x/menit
                                                  Suhu              :37°C
Pemeriksaan Fisik
a.    Muka                                  :  Pucat, ada edema, tidak ada cloasma gravidarum
b.    Mata                                   :  Konjungtiva pucat, sclera putih
c.    Hidung                               :  Bersih, tidak ada polip
d.   Mulut dan gigi                    :  Bibir tidak pucat dan tidak kering, tidak ada stomatitis, tidak ada karies
e.    Leher                                  :  Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, vena jugularis dan kelenjar limfe
f.     Dada                                   :  Simetris, pergerakan nafas teratur
g.    Payudara                             :  Bentuk simetris, areola hyperpigmentasi, putting susu kana dan kiri menonjol, dan tidak ada benjolan
h.    Abdomen                            :  Tidak ada bekas luka operasi
i.      Ekstremitas atas dan bawah :  Ada edema
j.      Genetalia                            :  Keluar lochea berwarna kecoklatan
C.    Analisa
G1, P1, A0. 6 hari post partum ibu mengalami pembengkakan di wajah,tangan dan kaki. Keadaan umum ibu kurang baik.
D.    Penatalaksanaan
·         Membina hubungan baik dengan ibu → hubungan baik terjalin
·         Membuat informed consent untuk melakukan pemeriksaan → ibu menyetujuinya
·         Memberitahukan hasil pemeriksaan → ibu mengetahui hasil pemeriksaan
·         Menganjurkan ibu agar tidak banyak berdiri → ibu mengerti
·         Menganjurkan ibu untuk diet garam → ibu mengerti dan akan melakukannya
·         Memberikan konseling mengenai kebutuhan ibu nifas seperti
1.      Nutrisi yang cukup
2.      Pola istirahat yang teratur
3.      Mobilisasi
·         Menjelaskan kepada ibu bahwa keluhan yang dirasakannya tidak normal → ibu mengerti dan berhati – hati dengan kondisinya
·         Menganjurkan ibu untuk meminum suplemen yang mengandung potassium atau memakan makanan tinggi potassium seperti pisang, jus jeruk, tomat, dan kentang → ibu mengkonsumsi apa yang dianjurkan
·         Menjadwalkan kunjungan ulang → ibu menyetujuinya
·         Mendokumentasikan hasil pemeriksaan

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1   Oedema   
Oedema atau sembab adalah meningkatnya volume cairan ekstraselular dan ekstravaskuler ( cairan interstitium) yang disertai dengan penimbunan cairan abnormal dalam sela-sela jaringan dan rongga serosa ( jaringan ikat longgar dan rongga-rongga badan). Edema dapat bersifat setempat ( lokal) dan umum ( general).
Edema yang bersifat lokal seperti terjadi hanya di dalam rongga perut ( hydroperitoneum atau ascites), rongga dada ( hydrothorax), di bawah kulit ( edema subkutis atau hidropsanasarca), pericardium jantung ( hydropericardium) atau di dalam paru-paru ( edema pulmonum). Sedangkan edema yang ditandai dengan terjadinya pengumpulan cairan edema dibanyak tempat dinamakan edena umum ( general edema).
Cairan edema diberi istilah transudat, memiliki berat jenis dan kadar protein rendah, jernih tidak berwarna atau jernih kekuninga dan merupakan caiaran yang encer atau mirip gelatin bila mengandung didalamnya sejumlah fibrinogen plasma.
Penyebeb (cause) edema adalah adanya kongesti, obstuksi limfaik, permeabilitasi kapiler yang bertambah, hipoproteinemia, tekanan osmotikc koloid dan retensi natrium dan air.
Mekanisme :
1.      Adanya kongesti
Pada kondisi vena yang terbendung (kongesti), terjadi peningkatan tekanan hidrostatik intra vaskula ( tekaan yang mendorong darah mengalir di dalam vaskula oleh kerja pompa jantung) menimbulkan pembesaran cairan plasma kedalam ruang interstitium. Cairan plasma ini akan mengisi pada sela-sela jaringan ikat longgar dan rongga badan (terjadi edema).
2.       Obstruksi limfatik
Apabila terjadi gangguan limfe pada suatu daerah ( obstruksi/ penyumbatan), maka cairan tubuh yang berasal dari  plasma darah dan hasil metabolisme yang masuk kedalam saluran limfe akan tertimbun (limfe edema). Limfedema ini sering terjadi akibat mastektomi radikal untuk mengeluarkan tumor ganas pada payudara atau akibat tumor ganas menginfiltrasi kelenjar dan saluran limfe.selain itu, saluran dan kelenjar inguinal yang meradang akibat infestasi filaria dapat juga menyebabkan edema pada scrotum dan tungkai (penyakit filariasis atau kaki gajah/ elephantiasis)
3.      Permeabilitas kapiler yang bertambah
Endotel kapiler merupakan suatu membran semi permeabel yang dapat dilalui oleh air dan elektrolit secara bebas, sedangkan protein plasma hanya daopat melalui sedikit atau terbatas. Tekanan osmotic darah lebih besar dari pada limfe.
Daya permeabilitis ini tergantung kepada subtansi yang mengikat sel-sel endoteltersebut. Pada keadaan tertentu, misalnya akibat pengaruh toksin yang bekerja terhadap endotel, permeabilitasi kapiler dapat bertambah. Akibatnya ialah protein plasma keluar kapiler, sehingga tekanan osmotic koloid darah menurun sebaliknya tekanan osmotic cairan interstitium bertambah. Hal ini mengakibatkan makin banyak cairan yang meninggalkan kapiler dan menimbulkan edema. Bertambahnya permeabilitas kapiler dapat terjadi pada kondisi infeksi berat dan analfilaksi.
4.      Hipoproteinemia
Menurunnya jumlah protein darah (hipoproteinemia) menimbulkan rendahnya daya ikat air protein plasma yang tersisa, sehingga cairan plasma merembes keluar caiaran vaskula sebagai cairan edema. Kondisi hipoproteinemia dapat diakibatkan kehilangan darah secara kronis oleh cacing heamonchus contortus yang menghisap darah di dalam mukosa lambung kelenjar (abomasum) dan akibat kerusaka pada ginjal yang menimbulkan gejala abluminuria (proteinuria, protein darah ablumin keluar bersama urin)  berkepanjangan. Hipoproteinemia ini biasanya mengakibatkan edema umum.
5.      Tekanan osmotic koloid
Tekanan osmotic koloid dalam jaringan biasanya hanya kecil sekali, sehingga tidak dapat melawan tekanan osmotic yang dapat dalam darah. Tetapi pada keadaan tertentu jumlah protein dalam jaringan dapat meninggi, misalnya jika permeabilitas kapiler bertambah. Dalam hal ini maka tekanan osmotic jaringan dapat menyebabkan edema.
Filtrasi cairan plasma juga mendapat perlawanan dari tekanan jaringan (tissue tension) tekanan ini berbeda- beda pada berbagai jaringan. Pada jaringan subcutis yang renggang seperti kelopak mata, tekanan sangat rendah, oleh karena itu pada tempat tersebut mudah timbul edema.
6.      Retensi natrium dan air
Retensi natrium terjadi bila eksteresi natrium dalam kemih lebih kecil dari pada yang masuk ( intake). Karena konsentarasi natrium meninggi maka akan terjadi hipertoni. Hipotoni menyebebkan air ditahan, sehingga jumlah cairan ekstraselular dan eksravaskular (cairan interstitium) bertambah. Akibat terjadi edema.

4.2   Kaki Begkak
Kaki bengakak (anakle edema) adalah pembengkakan  pada tungkai bahwa yang disebabkan oleh penumpukan cairan pada kaki tersebut. Banyak faktor yang menyebabkan anakle edema ini. Faktor yang berperan adalah kadar protein (ablumin) dalam darah yang rendah, fungsi pompa jantung menurun, sumbatan pembuluh darah atau pembuluh limfe, penyakit liver dan ginjal kronis, posisi tungkai terlalu lama tergantung ( gravitasi). Ankle edema ini terjadi pada kedua tungkai tetapi dapat juga terjadi pada tungkai saja. Ankle edema hanya satu tungkai saja disebabkan karena aliran pembuluh darah atau pembuluh limfe tersembat, sumbatan ini dapat terjadi karena darah yang kental lalu membeku didalam pembuluh darah yang menekan pembuluh darah atau pembuluh limfe.
Pemeriksaan yang dilakukan sangat mudah yakni denan menekan pada daerah mata kaki akan timbul cekungan yang cukup lama untukkembali pada keadaan normal. Pemeriksaan lanjutan untuk menentukan penyebab dari ankle edema adalah menentukan kadar protein darah dan di air seni ( urin ), pemeriksaan jantung ( rontgen dada,EKG) fungsi liver dan ginjal.
Pengobatan awal yang dapat dilakukan dengan mengganjal kaki agar tidak tergantung dan meninggkan kaki pada saat berbaring. Pengobatan lanjutan disesuaikan dengan penyebab yang mendasarinya.

4.3   Hindari penyebab Oedema
Kaki bengkak alias edema ini pada umumnya normal terjadi pada wanita hamil. Tapi anda sebaiknya tetap waspada. Pembengkakan atau edema selama hamil, terutama terjadi di trimester terakhir. Namun ada juga ibu hamil  yang mulai merasa ada pembengkakan saat usia kehamilan baru 5 bulan. Tubuh wanita hamil memproduksi darah dan cairan tubuh kira-kira 30% lebih banyak. Hal ini untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhanjanin. Cairan yang meningkat inilah diduga penyebab edema. Meski ada juga penyebab lain yaitu adanya gangguan sirkulasi darah.
Rahim yang terus bertambah besar akan terus menekan pembuluh darah dipanggul serta vena. Hal ini diperberat lagi dengan adanya gaya gravitasi bumi yang menyebabkan gaya tarikan ke bawah. Itu sebabnya, pembengkakan umumnya terjadi di kaki. Biasanya pembengkakan bertambah buruk di sore hari akibat anda lama berdiri, atau jika anda berada di lingkungan yang panas. Selain di kaki, pembengkakan juga bisa terjadi diwjah, tangan, dan bagian tubuh yang lain. Pembengkakan yang terjadi selama kehamilan umumnya bukan merupakan masalah serius, walau mungkin menimbulkan rasa tidak nyaman dan merepotkan. Sebagian besar ibu hamil merasakan pembengkakan yang dialaminya berkurang setelah berbaring beberapa jam, atau setelah tidur di malam hari.
Jika pembengkakan yang anda alami tidak tidak kunjung berkurang setelah anda beristirahat beberapa jam, sebaiknya waspada. Siapa tau anda termasuk golongan ibu hamil yang beresiko tinggi mengalami komplikasi kehamilan yang di kenal dengan nama pre-eklamsi.

4.4   Bengkak Pada Tangan Dan Kaki ( Oedema)
Apa yang anda dikenali sebagai penyakit oedema. Ia adalah akibat cairan berlebihan yabg berkumpul semasa kehamilan anda. Rahim anda yang sedang membesar juga memberi tekanan pada vena anda. Kadang kala wanita hamil juga menyimpan air berlebihan, yang menjadikan keadaan bengkak lebih terus.
Malangnya, wanita hamil mudah untuk mengalami penyakit oedema. Namun begitu, jika anda mengalami bengkak yang terus pada tangan dan muka anda, hubungi dokter. Karena mungkin saja itu tanda pre-eklamsi, dan sejenis penyakit – penyakit yang serius.

4.5   Eklamsi dan preeklamsi
Biasanya orang menyebutnya keracunan. Ini ditandai dengan munculnya tekanan darah tinggi, oedema atau pembengkakan pada tungkai, dan bila diperiksa dilaboratorium urinnya terlihat mengandung protein. Dikatakan eklamsi bila sudah terjadi kejang. Kalau hanya gejala dan tanda-tandanya saja dikatakan preeklamsi.Asal tahu saja, gangguan ini merupakan penyebab kematian ibu yang nomor satu. Penyebabnya sendiri sebetulnya masih berupa silang pendapat. Ada yang mengatakan akibat kekurangan asam arakkidonat, dari kacang-kacangan, ada juga yang menduga akibat stres pada ibu dan faktor emosional lainnya.
Selama masa nifas di hari ke-1 sampai 28, ibu harus mewaspadai munculnya gejala preeklamsi. Jika keadaannya bertambah berat bisa terjadi eklamsi, dimana kesadaran hilang dan tekanan darah  meningkat tinggi sekali. Akibatnya, pembuluh darah otak bisa pecah, terjadi oedema pada paru-paru yang memicu batuk darah. Semuanya ini bisa menyebabkan kematian.

















BAB V
PENUTUP

5.1    Kesimpulan
Edema ialah penimbunan cairan secara umum dan berlebihan dalam jaringan dan biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta pembengkakan kaki, jari tangan dan muka. Untuk menghidari hal-hal yang tidak di inginkan, bidan harus terus memantau tekanan darah, berat badan, dan protein urin pasien. Agar ginjal kembali normal, ibu hanil harus menjalani diet tinggi protein ( mengonsumsi daging, ikan, telur, susu dan kacang-kacangan), diet rendah garam natrium, rendah karbohierat, dan perbanyak minum air putih. Sedangkan diet rendah garam berguna untuk menghentikan kelebihan garam.
      Perlu diketahui, kelebihan garam akan menyebabkan pengurangan air dalam ginjal karena natrium tidak keluar ginjal. Natrium yag tertinggal ditubuh tadi, menyerap lebih banyak air dan air ditimbun dirongga antar sel tadi, alhasil darah mengeluarkan lebih banyak tenaga kedinding  arteri sehingga tekanan darah pun meningkat.
      Tentunya bukan Cuma garam dapur saja dibatasi, konsumsi bahan makanan yang diolah menggunakan garam natrium pun sebaiknya dijauhi. Misalnya, produk makanan yang diawetkan dengan garam, juga bumbu-bumbu instan yang menggunakan garam dapur. Umumnya dalam keadaan normal, kita mengonsumsi garam dapur tidak lebih dari 7-15 gr per hari. Dalam keadaan oedema, sebaiknya tak lebih dari 1-2 gr.
      Selain itu, pasien diharapkan melakukan istirahat total di tempat tidur. Ini penting karena terlalu bergerak akan meningkatkan gerak jantung. Peningkatan tekanan ini menyebabkan tekanan darah menungkat pula. Bila  upaya istirahat total telah dilakukan tapi tekanan darah tetapi meningkat di atas 160/100 mmHg , pasien akan diberi magnesium untuk menghindari kejang.
      Dipihak lain, oedema sebenarnya juga terjadi karena penyakit hepar, liver, dan gagal ginjal. Jadi, waspada harus jalan terus. Rajinlah berkonsultasi dengan bidan dan dokter anda agar tidak terjadi sesuatu yang tidak di inginkan.





















KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadiran ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayahnya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah asuhan kebidanan III dengan baik dan tridak ada halangan.
Dalam penyusunan ini tentunya kami tidak lepas dari bantuan dan kerjasama dari pihakpihak yang terkait baik secara langsung maupun tidak langsung. Kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya bisa membangun agar dalam pembuatan makalah yang akan datang akan lebih baik lagi dari hasil yang sekarang dari makalah ini.
Demikian makalah yang kami susun mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi semua yang membacanya dan menambah pengetahuan serta wawasan pembaca, akhir kata dan kesempurnaan hanya milik ALLAH SWT dan kekurangan hanya milik kita semua.





                                                           Indramayu, desember 2011

                                                                       Penyusun




i
 
 

MAKALAH
Pembengkakan Pada Wajah dan Ekstremitas
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah asuhan kebidanan tiga
Dosen : Yati nurhayati, S.S.T
STIKES                                               








Disusun oleh kelompok 4 :
1.    Amalia Inzani
2.    Ima Nurapriyanti
3.    Novita Sarih
4.    Sri Rasni Anggraeni
5.    Sarah Riyanti


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
Jl. Wirapati Sindang Indramayu
2011/ 2012

 

DAFTAR PUSTAKA


www.asuhan nifas.com
Buku panduan asuhan kebidanan




















 

DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR.......................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1     Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2     Tujuan..................................................................................................... 1
BAB II TEORI
2.1     Penertian................................................................................................. 2
2.2     Penyebab Edema..................................................................................... 4
2.3     Penyakit Yang Menyertai Edema........................................................... 7
2.4     Penanganan............................................................................................. 9
2.5     Penatalaksanaan...................................................................................... 10
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1      Asuhan kebidanan ibu nifas Ny.R G1P1A0 dengan kasus
pembengkakan pada wajah dan ekstremitas........................................... 11
BAB IV PEMBAHASAN
4.1     Oedema................................................................................................... 14
4.2     Kaki Bengkak......................................................................................... 16
4.3     Hindari Penyebab Oedema..................................................................... 17
4.4     Bengkak Pada Tangan dan Kaki............................................................. 18
4.5     Eklamsi dan preeklamsi........................................................................... 18
BAB V PENUTUP
5.1    
ii
 
 Kesimpulan............................................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA

0 comments:

Proudly Powered by Blogger.